II. ARABIA PRA ISLAMAjaran Ibrahim Adalah Agama yang Lurus dan Kepasrahan…
MISI SANG NABI
Oleh : Irene handono
menjawab buku Islamic Invation (robert morey)
Semua agama yang
diturunkan Allah SWT ke muka bumi (agama samawi) menempatkan tauhid
ditempat yang pertama. Karena itu setiap Rasul yang diutus Allah SWT
mengemban tugas untuk menanamkan tauhid ke dalam jiwa umatnya, mengajak
mereka supaya beriman kepada Allah, menyembah mengabdi, dan berbakti
kepada-Nya ; melarang mereka menyekutukan Allah dalam bentuk apapun,
baik zat, sifat maupun af’al -Nya.
Misi risalah semacam ini pulalah yang
diemban oleh Nabi Muhammad SAW karena itu, tema sentral setiap dakwah
dan seruannya adalah tauhid. Bahkan, pada awal masa kerasulannya,
selama di Mekkah, beliau memfokuskan perhatian kepada pembinaan tauhid
ini sehingga semua aktivitas tablighnya diarahkan kesana.
Agama Muhammad dikenal dengan nama Islam,
kepasrahan eksistensial yang diharapkan untuk diberikan setiap Muslim
kepada Allah: seorang muslim adalah seseorang yang menyerahkan segenap
dirinya kepada Sang Pencipta. Di sini Dr. Robert Morey
kurang begitu memahami sejarah dan bahasa Arab dengan mengatakan :
“Kata islam adalah kata Arab yang aslinya merujuk kepada sifat
kejantanan dan mendiskripsikan seorang yang gagah berani dan jantan
dalam pertempuran.13 Yang dimaksud oleh Dr. Morey dengan kejantanan adalah sifat “Muru’ah”, sebagaimana telah kita bahas diatas.
Dr.
Morey mengatakan bahwa “Pandangan-pandangan dan ritus-ritus keagamaan
yang ditemukan dalam Islam dan Al-Quran, dapat ditelusuri kembali
kepada pengaruh dari kehidupan keagamaan, adat istiadat, dan budaya
jaman praIslam.” Pernyataan ini sama sekali tidak didasarkan sejarah.
Apa tidak pernah menela’ah buku sejarah Islam dimana kaum Quraisy
terkejut ketika melihat umat Muslim generasi pertama melakukan shalat:
mereka tidak bisa menerima bahwa anggota suku Quraisy yang selama
berabad-abad telah membanggakan independensi Badui harus tersungkur
bersujud di atas tanah seperti seorang budak. Hal ini mengakibatkan
kaum Muslim harus menarik diri ke lembah-lembah kecil tersembunyi di
sekitar kota untuk melaksanakan shalat secara rahasia. Reaksi kaum Quraisy memperlihatkan bila Islam menentang segala penyembahan kepada berhala, batu, bulan, dan benda-benda yang lain dari agama pagan.
Ayat-ayat al Quran yang turun pada periode Mekkah banyak yang berisi masalah-masalah ketauhidan. Sebagaimana firman Allah dalam surat an-Najm : 18-23.
‘Adakah kamu perhatfkan Lat dan ‘Uzza. Dan
Martat yang ketiga, yang terakhir. Adakah untuk kamu itu yang
laki-laki dan untuk Dia yang perempuan ? kalau begitu ini adalah
pembagian yang tak seimbang Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu
dan nenek moyang kamu buat sendiri. Allah tidak mernberikan suatu
keteranganpun untuk nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti
sangkaan-sarrgkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka, dan
sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan rnereka.”
Ini adalah ayat-ayat yang
paling radikal di antara semua ayat Al Quran yang mencela dewa-dewa
pagan leluhur kaum Quraisy. Setelah ayat ini, Rasulullah menjadi
seorang monoteis yang keras, dan syirk (secara harfiah berarti
menyekutukan Allah dengan sesuatu yang lain) menjadi dosa paling besar
dalam pandangan Islam.
Kepercayaan kepada satu Tuhan yang
dikenalkan oleh Rasulullah menuntut perubahan kesadaran yang
menyakitkan. Sepem halnya orang-orang Kristen awal, kaum Muslim
generasi
pertama dituduh sebagai penganut “ateisme” yang
membahayakan masyarakat. Di Makkah, di mana peradaban kota masih baru
dan tentunya tampak sebagai keberhasilan yang rentan bagi kaum Quraisy
yang amat bangga akan kecukupan dirinya, banyak yang merasakan
ketakutan dan kegelisahan yang sama seperti dirasakan penduduk Roma
yang pada awalnya menolak Kristen. Kaum Quraisy tampaknya merasa
keterputusan dengan dewa-dewa leluhur mereka sebagai ancaman besar, dan
tak lama kemudian nyawa Rasulullah sendiri pun terancam.
Pada tahun 622 komunitas muslim yang mengalami penganiayaan, hanya memiliki satu alternatif yaitu meninggalkan kota Makkah. Dengan permintaan beberapa muallaf dari Yastrib mereka pindah ke kota itu, tempat yang
kemudian mempertemukan mereka untuk bergabung dengan Nabi. Hijrah
inilah yang mengubah secara drastis nasib umat Islam. Sehingga para
penerus Nabi memilih momen ini sebagai awal kalender musim sebagai
pengganti tahun kelahiran nabi.
Selain ajakan untuk pasrah kepada Tuhan Yang Esa, kayakinan baru ini diperkaya dengan sebuah hukum yang bersumber kepada Rasulullah. Di kota Yastrib itu, yang kemudian dikenal sebagai madinat ar-Rasul, kota utusan Allah, atau sering disebut Madinah saja, suatu kota yang
penting untuk menata kehidupan bersama antara Muhajirin : emigran, dan
Anshar : penolong. Islam selain merupakan suatu keyakinan dengan pesan
universal, juga mempunyai satu ruh yang ditanamkan oleh Nabi, yaitu
ukhuwwah Islamiyah untuk mempersatukan menjadi sebuah komunitas dimana
pertalian darah digantikan dengan persaudaraan keimanan. Semua Muslim
bersaudara dan sama di hadapan Allah, apa pun latar belakang social,
afiliasi kesukuan, atau tingkat ekonomi mereka. Dan dalam hal ini,
seluruh saudara satu sama lain saling membantu. Tak lama kemudian,
kebutuhan
akan suatu aturan umum sangat terasa guna melengkapi budaya kesukuan, mentransformasikan dan
menyatukan mereka ke dalam suatu pandangan hidup yang baru. Syari’at,
yaitu sesuatu yang dikembangkan secara permanen yang di dalamnya memuat
ritual dan praktek peribadatan yang betul-betul mapan.
Karena Madinah berlokasi di jalan yang menghampar dari Makkah menuju Palestina, perang tidak dapat dielakkan antara dua kota itu. Akhirnya kemenangan di pihak Muslim setelah sembilan tahun tepatnya pada tahun 630.
Setelah Rasulullah mengambil alih Mekkah tanpa setetes darah pun
yang tumpah. Dia menghancurkan patung-patung di seputar Ka’bah,
mempersembahkan tempat itu hanya untuk Allah, Tuhan Yang Esa, dan
mengubur upacara pemujaan berhala dan menggantinya dengan ibadah haji
sesuai ajaran Islam dan menghubungkannya dengan cerita Hajar, dan
Ismail. Kemenangan Rasulullah memberi keyakinan kepada para musuh
besarnya, Seperti Abu Sufyan, bahwa agama lama sudah gagal. Setelah
Rasulullah wafat pada tahun 632, hampir semua suku Arab telah bergabung
dengan umat dalam konfederasi atau telah masuk Islam. Karena anggota
umat tidak boleh saling menyerang, maka lingkaran mengerikan dari
perang suku, dan saling balas dendam telah berakhir. Seorang diri
Rasulullah telah membawa perdamaian di Arab yang terpecah-belah oleh
perang.14
Walaupun demikian tidak ada seorang pun
suku Quraisy yang dipaksa masuk Islam, demikian juga Rasulullah tidak
pernah meminta orang Yahudi atau Kristen untuk menganut agama Allah
kecuali jika mereka sendiri yang betul-betul menginginkannya, karena
mereka telah memiliki kitab suci tersendiri yang juga autentik.
Al-Quran tidak memandang pewahyuan sebagai pembatalan pesan-pesan dan
pandanganpandangan dari nabi terdahulu, tetapi justru menekankan
kesinambungan pengalaman keagamaan umat manusia.15 Al
Quran tidak mencela tradisi keagamaan lain sebagai hal yang keliru
atau tidak lengkap, tetapi menunjukkan bahwa setiap nabi baru selalu
meneguhkankan dan melanjutkan pandangan para pendahulunya. Al Quran
mengajarkan bahwa Tuhan telah mengirim para utusan kepada setiap umat
manusia di muka bumi: sebuah hadis menyebutkan adanya 124.000 nabi
seperti itu, sebuah angka simbolik yang menunjukkan ketakterbatasan.
Al-Quran berulang-ulang menyatakan bahwa yang disampaikannya bukanlah
suatu risalah yang sama sekali baru clan bahwa kaum Muslim harus
menekankan keserumpunan mereka dengan agama-agama yang lebih tua.16
Kehidupan dan jasa Rasulullah akan mempengaruhi pandangan spiritual, politik, dan etika umat Islam untuk selamanya. Mereka mengekspresikan pengalaman
“keselamatan” Islam
yang tercapai dengan prestasi masyarakat dalam melaksanakan perintah
Tuhan. Ini tidak hanya menyelamatkan umat Islam dari neraka politik dan
sosial yang ada di Arab pra-Islam, tetapi juga memberi mereka konteks
yang membuat mereka lebih mudah berserah diri sepenuh hati kepada
Tuhan. Rasulullah menjadi contoh mendasar dari penyerahan diri yang
sempurna kepada Tuhan, dan Muslim berusaha menyesuaikan kehidupan sosial
dan spiritual mereka dengan standar tersebut.
Muhammad tidak pernah dimuliakan sebagai figur Tuhan, tetapi dianggap sebagai Manusia Sempurna dan sebagai utusan. Penyerahan dirinya kepada Tuhan sangat menyeluruh sehingga dia bisa mengubah masyarakat dan memungkinkan bangsa Arab
hidup berdampingan dengan damai. Dalam etimologi, kata Islam
berhubungan dengan salam (perdamaian), dan Islam memang menawarkan
kesatuan dan kerukunan.
Rasulullah mencapai keberhasilan ini dengan menjadi penerima wahyu Tuhan. Lewat dirinya, Tuhan mengirim firmanfirman yang membentuk al-Qur’an. Saat menghadapi krisis atau
dilema Rasulullah masuk ke dalam dirinya sendiri amat dalam dan mendengar jawaban dari Tuhan. Kehidupannya menyajikan dialog
teratur antara keberadaan realitas dan kejadian-kejadian Yang diwarnai
kekerasan, teka-teki, dan gangguan dari keduniaan.17
Keberhasilan
Nabi Muhammad adalah sangat luar biasa. Tatkala wafat pada tahun 632,
dia telah berhasil menyatukan hampir semua suku Arab menjadi sebuah
komunitas baru, atau ummah. Dia telah mempersembahkan kepada
orang-orang Arab sebuah spiritualitas yang lain dari tradisi mereka dan
yang membukakan kunci bagi sumber kekuatan yang besar sehingga dalam
waktu seratus tahun mereka telah mendirikan imperium sendiri yang luas
membentang dari Himalaya hingga Pirenia, dan membangun sebuah peradaban
baru, peradaban Islam.18
NOTES
13 . Robert Morey, Op. cit. ha140
14 . Karen Amstrong, Islam: A Short History Terj. Ira Puspito Rini, Ikon Teralitera, Yogyakarta, 2002, ha128-29
15 . Karen Amstrong, Sejarah Tuhan, Op. cit., hal 211
16 . Q.S. A1 Ankabut 29:46
17. Karen Amstrong, Islam: A Short History Op. cit., ha130.
18 . Karen Amstrong, Sejarah Tuhan, Op. cit., hal 188-190.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar