Rasulullah
SAW sebelum diangkat menjadi Nabi dan menerima wahyu dari Allah SWT,
dia adalah seorang yang hanif berada dalam millah (ajaran) agama nabi
Ibrahim as sebagai Bapak dari para nabi. Beliau lahir dan tinggal di
tempat dimana dahulu Bapak para nabi itu membangun Baitullah. Beliau
mewarisi kesucian dan kelurusan agama yang dibawa oleh kakeknya (Abdul
Muththalib).
Rasulullah SAW sebelum menjadi nabi tidak
pernah melakukan hal-hal yang nantinya terlarang dan diharamkan dalam
syariat yang diturunkan kepadanya. Wajahnya belum pernah sujud kepada
berhala, perutnya belum pernah meminum khamar, lidahnya belum pernah
digunakan untuk membicarakan orang, mencaci atau hal yang dilarang.
Beliau pernah berdagang tapi tidak pernah terjebak sistem ribawi.
Bahkan
ketika masih anak-anak, beliau pernah berniat menonton hiburan malam
dalam sebuah pesta, namun atas izin Allah SWT beliau tidak jadi
melakukannya lantaran tertidur dan hal itu berulang untuk esoknya.
Sehingga
kalau pun dia tidak menjadi nabi, pastilah dia akan dikatakan sebagai
orang suci yang shalih dan dicintai semua orang. Namun dengan diangkat
menjadi nabi, maka beliau menjadi pembawa paket risalah yang berisi
hukum dan aturan hidup manusia sedunia dan berlaku hingga akhir masa.
Karena tidak ada nabi sesudahnya.
Dalam Gua Hira