II. ARABIA PRA ISLAMAjaran Ibrahim Adalah Agama yang Lurus dan Kepasrahan…
MILLATU IBRAHIM
oleh : Irene handono
menjawab buku The Islamic invation
Menurut sejarah biblical Ibrahim As. lahir pada masa antara abad 20-19 SM di Ur-Kaldea.1
Lahir dari seorang ayah yang masih menyembah berhala, bahkan pembuat
patung berhala yang disembah oleh manusia. Pemuda Ibrahim yang merasa
aneh dengan penyembahan berhala, berusaha mencari Tuhan yang
sebenarnya, yang dapat memberi manfaat dan dan menghilangkan mudlarat
tidak seperti patung. Ibrahim (Abraham) oleh para peneliti diduga
merupakan salah satu pemimpin kafilah yang membawa rakyatnya dari
Mesopotamia menuju Laut Tengah pada akhir milenium ke tiga SM.2
Terlepas dari kebenaran dugaan tersebut, namun berita tentang
pengembaraan Ibrahim dari Kaldea menuju Kan’an agaknya sudah umum
diketahui pemeluk ketiga agama samawi. Oleh sebab itu kami hanya
menyorot pengembaraannya sebagai individu Ibrahim yang digambarkan oleh
al-Qur’an berusaha mencari hakekat Allah. Penelitian Ibrahim As.
terhadap kepercayaan masyarakat sekelilingnya, baik di tempat asalnya
-Kaldea- maupun negeri yang dilewatinya dalam pengembaraan, menghendaki
dirinya untuk menganalisa bentuk kepercayaan Yang berkembang.
Banyak pendapat tentang asal mula kepercayaan manusia, ada yang berpendapat bahwa kepercayaan itu dimulai dari rasa takut yang
kemudian manusia menyandarkan pada apa yang dapat membuatnya tenang,
ada yang mendasarkan pada kepercayaan terhadap roh hingga menimbulkan
kepercayaan Totemisme, ada yang mendasarkan pada kepentingan individu
dan umum, serta macam-macam perkiraan lain yang bukan dimaksudkan untuk
dibahas disini. Apapun yang mendasarinya, kepercayaan terhadap
penyembahan berhala adalah termasuk kepercayaan kuno. Suatu kepercayaan
yang menurut penganutnya dapat mendekatkan dirinya dengan sesembahan
yang diyakininya.
Selain kepercayaan terhadap berhala, kepercayaan lama
yang ada pada masa Ibrahim diwilayah timur tengah kuno, adalah
kepercayaan terhadap benda-benda luar angkasa, seperti bintang-bintang,
bulan, dan matahari. Kaldea yang masuk wilayah Mesopotamia-Babilonia
mengenal penyembahan bintang-bintang seperti dewa Marduk yang mereka
anggap sebagai dewa perang, adalah planet Mars, serta dewa-dewa lain
hingga 12 dewa, yang nama-namanya dipakai dalam astronomi hingga
sekarang.3
Mesir kuno, mengenal penyembahan dewa Matahari sebagai dewa Re, yang adalah Matahari itu sendiri. Kepercayaan terhadap Re (dewa matahari) bertahan dari dinasti ke II (+- 3000
SM) raja-raja Mesir Kuno hingga dinasti Khofo (1400 SM). Hal dikuatkan
dengan ditemukannya tulisan di makam salah satu raja dinasti II, yang
menyebut dewa matahari dengan sebutan “Nabire”.4
Kepercayaan ini pada masa-masa selanjutnya berkembang menjadi banyak
dewa seiring perkembang perebutan kekuasaan yang menjadikan dewa
sebagai alat propaganda paling mujarab, maka tidak heran jika dewa-dewa
kemudian didatangkan dari luar.
Kepercayaan-kepercayaan yang
berkembang pada masa Ibrahim ini, penyembahan berhala,
bintang-bintang, bulan, dan matahari, diisyaratkan oleh al-Qur’an dalam
surat al-An’am ayat 76-80.
Tatkala gelap malam mencungkupnya, ia (Ibrahim) pun
dapat melihat bintang-bintang. Maka katanya: “Ini adalah
Tuhanku.”Ketika bintang itu hilang, ia berkata: Aku tidak suka kepada
apa-apa yang hilang.”
Tatkala
ia melihat bulan muncul, ia berkata: “Inilah Tuhanku.” Ketika bulan
itu terbenam, ia berkata: “Kalau Tuhanku tidak menunjuki aku, tentulah
aku termasuk orang yang sesat. “
Ketika
ia melihat matahari terbit, ia berkata: “Inilah Tuhanku, ini lebih
besar.”Tetapi setelah matahari terbenam, ia berkata: ” Wahai kaumku!
Aku berlepas tangan dari apa yang kalian sekutukan.
Aku menghadapkan wajahku kepada Dzat yang menciptakan langit dan bumi, dengan kecenderungan kepada agama yang benardan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik.”
Kaumnya
menyangkalnya, maka katanya:; ‘Adakah kalian menyangkal aku tentang
Tuhan, sedang Dia telah menunjuki aku dan aku tidak takut terhadap apa yang
kalian sekutukan, kecuali jika Tuhanku menghendaki sesuatu. Tuhanku
meliputi segala sesuatu dengan ilmuNya. Adakah kalian tidak dapat
mengambil pelajaran?”
Jika dilihat adanya upaya akal yang
kemudian dibarengi pengembaraan yang cukup jauh, agaknya Ibrahim juga
menggunakan media lain selain akal dalam upayanya, yaitu hati. Seperti
yang diceritakan oleh Qur’an bahwa beliau memiliki hati yang lembut dan
santun. Kriteria hati yang semacam ini hanya didapat dari olah batin
yang serius. Dengan upaya akal dan hati serta usaha yang sangat
bersungguh-sungguh inilah maka Allah memberikan petunjuk kepadanya.
Penemuannya yang secara otodidak inilah yang menjadikan Ibrahim menjadi
orang yang sangat pasrah kepada Tuhannya. Sebab beliau sudah
membuktikan keberadaan Tuhan yang dicarinya itu melalui mata batinnya.
Pertemuannya dengan Tuhan ini tentu saja dengan sarana hati, sebab
otak hanya sebagai sarana awal dari pencariannya. Kepasrahan inilah yang menjadi ajaran Ibrahim sehingga ia menamakan dirinya muslim (orang yang pasrah).
Ajaran
Ibrahim pada masa itu tentu saja sangat bertentangan dengan pandangan
manusia tentang konsep ketuhanan. Di mana penyembahan berhala clan
dewa dewi lebih dapat mereka pahami dari pada pengesaan Allah. Adat
kekeluargaan yang kuat menjadi sarana untuk mempertahankan ajaran
beliau. Itulah sebabnya maka Nabi-nabi yang datang setelah nya
kebanyakan dari keturunan beliau -khususnya para nabi dan rasul yang
diceritakan oleh Taurat, Injil clan al-Qur’an. Nabi Musa yang datang
setelahnya juga masih mempertahankan keluarga besar Bani Israel sebagai
benteng ajaran Tauhid, walaupun pada masa itu paham umat manusia
secara umum belum mampu menalar ajaran Tauhid. Maka tidak heran jika
beliau harus berhadapan dengan Fir’aun yang menuhankan dirinya. Bahkan
sebagian umatnya pun pernah tergelincir mengikuti penyembahan berhala.
Hingga pada masa Uzair (Ezra) pun sistem kekeluargaan masih sangat
ketat, dimana bangsa Yahudi tidak boleh mengawini orang pagan.
Ajaran
ini terus berlanjut hingga masa menjelang kenabian Isa. Pada masa itu
ajaran dipegang erat oleh kelompok Esenes, sementara kelompok bani Israel
yang lain lebih memilih bergabung dengan masyarakat pagan Romawi yang
kala itu menguasai bangsa Yahudi. Dari kelompok inilah (Esenes) muncul
nabi Yahya (Yohanes pembabtis) yang berjuang melawan Romawi hingga
akhirnya tertangkap dan dibunuh akibat pengkhiatan sekte Yahudi lain
yaitu Farisi dan Saduki. Dua kelompok ini juga dicela oleh Yesus dalam
Injilnya. Nabi Isa As. yang melanjutkan perjuangan pendahulunya
ternyata mengalami hal yang sama. Pengkhiatan bangsanya yang berkomplot
dengan Romawi membuatnya hanya bertahan selama tiga tahun dalam masa
dakwahnya. Berkomplotnya sebagian bangsa Yahudi dengan Romawi inilah
yang mengakibatkan ajaran tauhid Yesus menjadi terasimilasi dengan
kebudayaan Romawi hingga menjadikan Tuhan yang Satu dipahami sebagai
tiga, walaupun masih tetap mengatakan “Esa”. Pada masa nabi Isa paham
`keluarga’ masih sangat kental, hingga beliau mengatakan : “…aku diutus hanya kepada dombadomba yang hilang dari umat Israel” . Hal ini bukanlah tanpa alasan, sebab pada masa itu bangsa lain
masih belum mampu menalar paham monoteisme. Apalagi bangsa Romawi yang
menguasai bangsa Israel, mitos dewa-dewi mereka masih sering
diceritakan hingga saat ini.
Melihat kesinambungan ini, mestinya ajaran Kristen
yang mengaku pengikut Yesus (Isa) adalah monoteisme. Yudaisme yang ada
sekarangpun tetap berpaham monoteisme, walaupun syariatnya menjadi
syariat nasionalisme. Kenapa Yudaisme tetap bertahan dengan
monoteismenya? Hal ini mudah ditebak karena hingga saat ini pun agama
Yudaisme hanya milik bangsa Yahudi. Artinya faktor “keluarga yang mampu
mempertahankan tradisi” sangat berpengaruh sebagai benteng ajaran
Monoteisme. Hanya saja ketika tradisi keluarga itu terlalu diunggulkan
maka jadilah ajarannya nasionalisme buta yang menganggap bangsa lain
sebagai budak.
Doa Nabi Ibrahim yang
menginginkan agar keturunannya menjadi para pemimpin agama terwujud
melalui kesinambungan peran keluarga dalam menjaga ajarannya. Keluarga
dari keturunan Nabi Ibrahim tidak saja yang dari Ishaq, tapi juga
Isma’il yang kelak menurunkan Muhammad.
Jika bangsa Yahudi/Israel memiliki silsilah nasab hingga sampai kepada Nabi Ibrahim melalui Nabi Ishaq, maka bangsa Arab khususnya keluarga nabi Muhammad juga memiliki nasab hingga
sampai kepada Nabi Ibrahim melalui nabi Isma’il. Kita tidak perlu
mengupas tentang nasab ini secara panjang lebar, sebab jika ada yang
mempertanyakan keotentikannya, maka hal itu juga berlaku pada nasab
nabi-nabi Israel (termasuk Yesus) kepada Ibrahim As. Maka yang akan
kita bahas adalah tradisi ajaran Ibrahim As, yang berada di tanah
Hejaz, lebih khususnya di tanah Makkah.
Pada masa jahiliyah, jazirah Arab -sebagaimana peradaban lainnya- masih dipenuhi dengan paham-paham penyembahan berhala, pohon, hewan, fenomena alam, dan
benda-benda angkasa seperti bintang, matahari, dan bulan; seperti yang
telah kita bahas sebelumnya. Namun demikian ada diantara mereka yang
masih memegang tradisi Ibrahim. Mereka inilah yang disebut kaum Ahnaf,(literal-orang-orang
yang lurus). Tradisi Ibrahim ada pada mereka karena memang mereka
masih satu keturunan dengan umat Israel yaitu bangsa Semit. Sebagian
mereka menganut ajaran Yudaisme karena bersinggunangan dengan bangsa
Yahudi yang menempati daerah-daerah pertanian yang subur seperti Yasrib
(Madinah). Keturunan semit lainnya disekitar jazirah Arab sudah
mengenal ajaran Nasrani yang berkembang sejak abad 4 M. melalui Siria.
Paham yang mereka anut adalah monoteisme karena rata-rata mereka
mengikuti ajaran Ya’kubi (di Ghassan dan Syam), walaupun sebagian
mengikuti paham Nestorian yang menuhankan Yesus (di wilayah Hirah).5
Secara umum, di Jazirah Arab,
paham monoteisme bukanlah hal sangat baru. Maka disini kita melihat
bahwa faktor `keluarga’ masih berperan dominan dalam penjagaan ajaran
tauhid. Tidak mengherankan jika ajaran Nasrani yang mereka anut
terdapat ajaran yang tidak mengakui ketuhanan Yesus, yang dianggap
gereja sebagai bid’ah.
Nabi Muhammad dilahirkan dari keluarga ahnaf yang memegang tradisi Ibrahim. Kakek Nabi -Abdul Muntalibmisalnya pernah berujar mengorbankan putranya -Abdullah ayah Nabi Saw-,
seperti yang pernah dilakukan oleh nabi Ibrahim. Keponakan Rasulullah
Waraqah bin Noufal juga seorang tokoh ajaran ahnaf yang kemudian masuk
nasrani -sebelum kenabian Muhammad-. Beberapa ajaran Ibrahim dengan
tradisi Hanifiyah yang dicemooh oleh masyarakat Makkah pagan, adalah:
puasa Asyura, haji, menjauhi minum khamr (seperti yang dilakukan oleh
Abu Bakar), menyambung tali persaudaraan, shadaqah, memerdekakan budak
(ketiga hal ini pernah dilakukan oleh sahabat Hakim bin Hizam sebelum
Islam),6 dan berkhalwat (menyepi-seperti yang dilakukan oleh Nabi); keseluruh ajaran ini mereka sebut tahannuts atau tahannuf.7 Tahannuf dalam bentuk khalwat adalah ibadah mengasingkan diri (`uzlah) dengan
hitungan tertentu. Dan ibadah semacam ini dilakukan oleh para nabi
seperti yang termaktub dalam Bibel (lihat bab Ibadah).
Satu hal yang sangat penting dari tradisi Ibrahim yang dipegang teguh oleh para Ahnaf,
adalah penyembahan kepada Allah saja, seperti yang pernah dinyatakan
oleh Rasulullah pada masa sebelum kenabian, saat ditanya oleh Khadijah,
beliau menyatakan, “Aku tidak akan menyembah ‘Uzza selamanya”.
Satu pernyataan yang membedakan antara penyembahan kepada Allah dan
penyembahan lain dari kepercayaan Arab. Itulah sebabnya maka kata Allah
hanya menunjuk kepada Allah saja sebagai Tuhan yang tidak disekutukan
oleh para Ahnaf, Nazarean, dan Esenes. Masyarakat pagan Arab adalah
masyarakat yang terkontaminasi kepercayaan nenek moyang, hingga mereka
menempatkan ilah-ilah lain selain Allah, sepert Uzza, lata, dan Manat.
Itulah sebabnya maka nama-nama mereka pun mencerminkan kepercayaan
mereka, ada Abd Syams (hamba/penyembah matahari), ada Abdul Uzza (hamba uzza), dan ada juga Abdullah (hamba
Allah). Maka nama Abdullah (ayah Nabi) merujuk pada nama Allah seperti
yang disembah oleh para Ahnaf pengikut ajaran Ibrahim.
Ajaran monoteisme yang
diajarkan oleh Nabi Ibrahim yang sudah islam (pasrah kepada Allah
saja) kini dipertegas lagi oleh kenabian Muhammad, dengan menghancurkan
seluruh kepercayaan lama
yang menyimpang dari ajaran Ibrahim. Hal yang sama dilakukan oleh
Yahya As. dan Isa As. yang ingin membersihkan ajaran Musa As. dan
Ibrahim As. serta nabi-nabi bani Israel sebelumnya. Maka tidak
mengherankan jika kedua nabi yang hidup sezaman mendapat pertentangan
dari Yahudi dari sekte Saduki dan Parisi, hingga menyebabkan kematian
YahYa dan penganiayaan terhadap Isa As. dan pengikut keduanya.
Monoteisme yang
diajarankan oleh Ibrahim dan dilestarikan oleh keturunannya hingga
masa Yesus, ketika dipegang oleh orang-orang Romawi -yang tentu saja
bukan dari
keturunan Ibrahim- ternyata melenceng dari tradisi yang
sudah dipegang selama berabad-abad oleh keturunan Ibrahim. Hal ini
dapat dimaklumi bahwa masyarakat Romawi yang tidak memiliki tradisi
keluarga monoteis seperti bangsa Yahudi masih dipenuhi pemikiran
filsafat helenisme dan kepercayaan pagan.
Anggapan
bahwa Yesus adalah `anak’ tuhan pada awalnya, ditambah Paulus dengan
menempelkan sifat-sifat ketuhanan pada Yesus untuk kemudian menjadi
bentuk imajener Kristus. Hal ini tergambar dalam ajaran Gereje Paulus yang berbicara tentang “Tuhan Bapak” dan “Anak Tuhan”. Masyarakat
Romawi dan Yunani yang empunya Filsafat Helenisme segera saja menerima
ajaran Paulus, karena pandangan mereka tentang ketuhanan adalah
Tripartite (tiga keberadaan). Mereka tinggal menambahkan satu unsur
saja yaitu Roh Qudus agar bisa selaras dengan pandangan mereka tentang
tuhan. Karen Armstrong (A History of God) yang mengutip pernyataan
tokoh pemikir Trinitas abad IV (Gregory of Nazianzus) menceritakan
bagaimana masalah masuknya Roh Kudus dalam jajaran Trinitas yang
diperkenalkan pada abad ke N telah menimbulkan banyak permasalahan.8
Kepercayaan masyarakat Romawi terhadap dewa-dewi saat itu amatlah kental hingga 2 misionaris, Paulus dan Barnabas dianggap sebagai dewa seperti yang tergambar dalam Perjanjian Baru :
:”… Tatkala
orang banyak nampak perbuatan Paulus itu, mereka itupun mengangkat
svaranya sambil berkata dengan bahasa Likaonia: ..Dewa-dewa telah turun
kepada kita menjelma menjadi manusia. Lalu digelarkannya Barnabas itu
Zius, tetapi Paulus Itu Hermes, sebab ialah pemberita yang utama. “(Kisah Rasul-Rasul 14:11-12).
Kini, sangat disayangkan bahwa pada saat manusia modern melihat paganisme sebagai hal yang dikesampingkan dan tahayyul, otoritas Gereja malah semakin getol mempertahankan penodaan monoteisme dengan kepercayaan peradaban kuno yang sering memandang dewa-dewa sebagai “tiga keberadaan”.9
Logika manapun tidak akan sampai pada pernyataan bahwa tiga adalah
satu, atau satu adalah tiga. Apalagi salah satu dari ketiganya adalah
dilahirkan oleh seorang wanita dan memakan makanan. Memang agak rumit,
umat Kristen percaya bahwa Tuhan itu satu, tapi pada saat yang sama
mereka percaya 100% bahwa Yesus adalah Tuhan, sama percayanya bahwa
Yesus juga 100% manusia.
Ajaran Ibrahim (monoteisme) yang
dipertahankan oleh keturunannya dari keluarga Ya’kub bin Ishaq (bangsa
Yahudi) dan Ismail (bangsa Arab) adalah ajaran yang hak, sebab pada
dasarnya manusia akan mengatakan bahwa Tuhan itu satu. Terbukti
masyarakat yang pada sekian abad lalu tidak mampu menalar, masyarakat
modern menganggap paham paganisme adalah kemunduran akal. Namun
demikian kenapa justru yang mengaku keturunan Ibrahim mengatakan tentang
Tuhan dengan hal-hal yang tidak selayaknya untuk dikatakan
terhadapNya. Padahal bangsa Yahudi hingga saat ini masih berpaham
monoteisme, walaupun mereka bersikap kejam terhadap Penganut ajaran
Ibrahim lainnya yaitu umat Islam. Allah terbebas dari segala apa yang
mereka sekutukan.
Buku The Islamic Invasion dibuka dengan “Sekapur sirih”10 Robert Morey menulis antara lain :
“Dunia penuh dengan kekusutan ruhani dan kebenaran. Ada
banyak kondisi dan cara dimana kita melenceng tanpa mengetahui
betul-betul bahwa kita ini tersesat. Al – Kitab mengungkapkan betapa
canggihnya si penyesat ketimbang manusia yang disesatinya: “Iblispun
menyamar sebagai malaikat terang. “
Tetapi, 2000 tahun yang lalu, hal ini telah diperingatkan oleh Yesus:
‘ …..akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah. ” (Yohanes,16: l)
Menyimak ayat Bibel, Yohanes,16:
2 sebagaimana tersebut diatas, bagi orang yang paham tentang sejarah
awal umat Kristiani, bahwa ucapan Yesus tersebut justru ditujukan
kepada Paulus dan pengikutnya yang telah membunuh pengikutpengikut
setia Yesus.
Umat Kristiani menyangka bahwa ia (Paulus) berbuat bakti bagi Allah,
sehingga dia diangkat sebagai Bapak Gereja sedunia. Padahal dialah
orang pertama yang menodai ajaran Yesus. Robert Morey melanjutkan
tulisannya.
“Itulah ciri-ciri dunia yang
kehilangan tolok hakiki: alasan aktual don nurani kejujuran. Yang
ramai adalah kesemuan yang membonceng kesejatian. Kembali ini
diperingatkan oleh Yesus bahwa sijahat selalu menaburkan benih lalang
di fengah-tengah benih gandum. Keduanya lalu tumbuh bersama, sulit
dibedakan, sulit di cabufi satu terhadap yang lainnya.” (Matius,13 : 24-30).
Maka menjamurlah alasan, fakta clan keadilan “tandingan” antara gandum clan lalang.
Siapakah penabur benih lalang sebagaimana disinyalir oleh Yesus yang
tercantum dalam Matius,l3 :24-30, itu? Tidak lain dia adalah Paulus,
seorang pengkhianat yang menyusup seolaholah menjadi murid Yesus.
Kemudian mengadakan kudeta terhadap ajaran Yesus, dan mendirikan agama
yang dia beri nama Kristen, pada tahun 40 Masehi di kota Antiokhia.
Simaklah informasi Bibel dibawah ini:
“Mereka
tinggal bersama-sama dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil
mengajar banyak orang. Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama
kalinya disebut Kristen.” (Kisah Para Rasul, 11 :26)
Secara jujur, marilah kita perbandingkan:
1.
Agama yang dibawa Yesus (Nabi Isa a.s.), bernama agama Nasrani.
Nasrani dari kata Nasaret, yaitu nama sebuah desa tempat kelahiran
Yesus.
Ajaran agama Nasrani antara lain:
a. Yesus dikhitan pada umur 8 hari
b. Yesus meninggal dunia diberi kain kafan.
c. Yesus tidak minum khamr (minuman keras).
d. Yesus tidak makan babi.
e. Yesus tidak makan darah.
f. Yesus adalah utusan Allah.
c. Yesus tidak minum khamr (minuman keras).
d. Yesus tidak makan babi.
e. Yesus tidak makan darah.
f. Yesus adalah utusan Allah.
Pengikut Yesus disebut kaum Khawariyun yaitu yang
kemudian disebut kaum Nazarean (Nasrani) kemudian Unitarian dan habis
dibantai oleh para pengikut Paulus dengan penjagalan yang disebut
“lembaga Inkuisisi”.
2. Agama yang dikembangkan oleh Paulus disebut agama Kristen, dilahirkan pada tahun 40 Masehi di kota Antiokia.
Diantara ajarannya adalah:
a. Khitan tidak perlu.
b. Meningggal dunia berpakaian pengantin.
c. Khamr (minuman keras) halal.
d. Babi halal.
e. Darah halal.
f. Yesus adalah Tuhan (oknum ke-2 dalam doktrin Trinitas).
Pengikut
Paulus disebut kaum Kristiani. Dengan uraian tersebut di atas,
hendaknya para pembaca dengan cermat bisa membedakan antara agama
Nasrani yang
dibawa oleh Yesus (Nabi Isa a.s.), dan agama Kristen yang dibawa oleh
Paulus, orang yang membunuhi pengikut-pengikut setia Yesus.
Maka jelas sekali, yang dimaksud oleh Yesus dalam ayat Bibel, Matius, 13: 24-30, tidak lain adalah Paulus.
Selanjutnya para pembaca juga harus cermat membedakan bahwa agama Nasrani yang
dibawa Yesus (Nabi Isa a.s.) disebut agama Samawi atau agama Langit,
namun agama Kristen yang dibawa oleh Paulus, tidak bisa disebut agama
Samawi atau agama Langit. Kristen adalah agama bumi karena hasil olahan
Paulus yang ayahnya orang Romawi clan ibunya orang Yahudi
NOTES
1. Karen Armstrong, Sejarah Tuhan, terj. Zaimul Am, Penerbit Mizan, Bandung, 2002, hal 37.
2. Ibid.
3. Abas Mahmud al-’Aqod, Allah, Nahdlatu Mihr-Cairo, 1998, hal. 74
4. Mu’jam al-Hadlarah al-Mashriyah al-Qadimah (Insklopedi Peradaban Mesir Kuno), hal. 170.
5. Dr. Husain al-Haj Hasan, Hadarah al-Arab fi Shadr al-Islam, al-Muassasah al-Jami’iyyah-Beirut,
Cet. I 1992, hal. 27.
6. HR. Bukhari.
7.
Menurut Ibnu Hisyam, tahannut adalah tahannuf, pemakaian tsa’ setelah
nun bersyidah rupanya berat bagi lesan Arab, maka bergeser merljadi
fa’. Maka makna tahannuf jika dirujuk keakar katanya ha, nun, fa;
kembali pada nama ajaran Ibrahim yaitu hanifiah. Kata tahannuf juga
berarti tabarrur (berbuat kebaikan) sebab ajaran Ibrahim (hanifiah) mengajarkan kebaikan.
8. Karen Armstrong, Sejarah Tuhan, Op. cit., hal. 165
9.
Di Mesir kuno, sebelum munculnya paham pantheisme, muncul paham
tripartite yang mamandang dewa matahari berujud tiga, yaitu Khabire
(pagi), Re (siang), dan Atom (sore), pada masa selanjutnya menjadi
Isis, Osiris, dan Horus.
10. Robert Morey, The Islamic Invasion – confronting the World’s Fastest Growing Relegion, Scholars Press, Las Vegas, 1991,ha1 5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar