Cari Di Blog Ini

Selasa, 03 April 2012

MEMAHAMI YESUS SEBAGAI FIRMAN (Part 2)



Apakah firman itu? Islam memahami Firman sebagai sebuah “kata kerja” yang menggambarkan kehendak Allah. Misalnya kata: "Allah berfirman, ...."  atau "Dengan Firman segala sesuatu dijadikan oleh Allah."

Bagaimana jika ada yang berkata bahwa Firman adalah Allah? Saudara-saudara Kristen mengatakan Firman adalah Allah. Hal ini bisa kita lihat dalam pembukaan ayat Yohanes sebagai berikut:

Pada mulanya adalah Firman ; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. “In the beginning was the Word, and the Word was with “God,” and the Word was “God”.

Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana ayat diatas dipahami? Bagaimana memahami Firman sebagai Allah?

Jika ayat diatas dipahami secara apa adanya dapat disimpulkan bahwa Firman adalah Allah dan segala sesuatu terjadi karena Firman. Boleh dibilang semua yang tampak maupun yang tidak tampak adalah Firman, berarti semuanya adalah Tuhan.

Itulah sebabnya mengapa dalam pemahaman Hindu juga ditemukan bahwa segala sesuatu adalah Tuhan. Tetapi seperti halnya konsep Dewa-dewa ada Dewa yang paling kuasa dan ada Dewa yang menjadi Bawahan. Filsafat ini merupakan filsafat kuno yang juga menjadi pemahaman filsafat bagi orang Yunani kuno dan orang-orang yang sepaham dengan mereka. Bahwa pada mulanya ada Dewa yang paling kuasa, kemudian Dewa yang paling kuasa ini menciptakan Para Dewa bawahan.

Karenanya dalam Kitab Perjanjian Lama (Taurat) istilah Anak Tuhan erasa begitu kental. Anak Tuhan sebagai tuhan kecil (t kecil). T-uhan dan t-uhan jelas memiliki pengertian berbeda layaknya “God” dan “a god”. God adalah Tuhan itu sendiri yang Maha Pencipta sedangkan “a god” adalah sifat ketuhanan atau religiusitas yang ada pada diri seseorang. Saksi Yehowa juga memaknai Yohanes 1:1 dimana kata “Word” sebagai “a god” (The Word was a god).

Jadi dalam konsep Perjanjian Lama Tuhan berbeda dengan Firman. Layaknya dalam Islam, dalam Taurat Firman masih dipandang sebagai sesuatu yang dibuat oleh Tuhan tetapi bukan Tuhan. Lalu mengapa Yohanes bisa menuliskan ayat Yohanes 1:1 dimana Firman sebagai Allah? Yang perlu dicermati adalah apakah ayat diatas ada kesalahan penulisan kata, ataukah salah di pemahaman kalimat?

Kesalahan ini kemungkinan terjadi sejak Bible diterjemahkan dalam bahasa Barat. Kita mengetahui bahwa dalam tata bahasa barat mengenal huruf kecil dan huruf besar. Sedangkan dalam bahasa Yahudi atau Arab tidak mengenal huruf kecil dan besar. Sehingga ketika kata “Word” disandingkan dengan kata “God” bisa membuat salah pengatian. Dimana Hal ini jelas membuat pengertian yang berbeda antara “God” dan “god”. Coba perhatikan ayat diatas, ada dua kata God disana. Keduanya berhuruf G semua. Dalam kaidah Yunani seharusnya yang pertama huruf besar “G” dan yang kedua huruf kecil “g”. Mengapa?. kata God dalam “And the word was with God” adalah HO-THEOS yang berarti THE GOD. Sedangkan kata god pada kalimat “and the word was with god” adalah Ton-theosyang berarti a god (sifat ketuhanan).

Jadi dalam kalimat akhir “Firman adalah Tuhan” atau “The Word was God” seharusnya tidak diterjemahkan seperti itu. Dalam bahasa Yunani God = theos, mengindikasikan sebagai Bapa. Hal ini juga digunakan untuk menunjuk Tuhan Palsu (2 Korintus 4:4) , Tuhan-tuhan lain (1 Korintus 8:5), Orang-orang suci (Yohanes 10:34-35). Jadi akan menjadi suatu kebingungan bagaimana kita tahu kata theos itu mengacu ke siapa, apakah Bapa, Tuhan Palsu, Tuhan-tuhan lain atau manusia suci!. Sehingga Yohanes 1:1 seharusnya diterjemahkan sebagai berikut.

KONSEP MESIAS DALAM ALKITAB DAN MESIAS MENURUT YAHUDI



Sebelum kedatangan Yesus ke dunia, Umat Yahudi memiliki konsep tentang "Mesias" atau padanan kata Yunaninya, "Kristus", yaitu sebuah konsep lama yang mendambakan kedatangan seorang tokoh Yahudi, yang mampu membawa bangsa Yahudi menuju kejayaan. Mereka berkeyakinan bahwa mesias yang diidam-idamkan itu akan datang kemudian dan berasal dari keturunan Daud (Yeremia 23:5; 33:15).

Secara harfiah, arti kata "Mesias" atau "Kristus" adalah "seseorang yang diurapi dengan minyak yang kudus" atau "seseorang yang ditahbiskan".

Dalam catatan-catatan Perjanjian Lama, ada banyak orang yang disebut sebagai "Mesias", sebut saja Koresh dan Daud.

MAZMUR:
2:2. Raja-raja dunia bersiap-siap dan para pembesar bermufakat bersama-sama melawan Tuhan dan mesias-Nya (Daud - lihat juga 1 Samuel 16:12-13 dan 2 Samuel 5:1-5).

YESAYA:
45:1. Beginilah firman TUHAN: "Inilah firman-Ku kepada mesias, kepada Koresh yang tangan kanannya Kupegang supaya Aku menundukkan bangsa-bangsa di depannya dan melucuti raja-raja, supaya Aku membuka pintu-pintu di depannya dan supaya pintu-pintu gerbang tidak tinggal tertutup;

Selain Yesus, Koresh, dan Daud, Alkitab juga mencatat beberapa orang lainnya yang juga disebut sebagai "Mesias", yaitu:

Hadits adalah Wahyu Allah kepada Nabi




Oleh Syaikh Muhammad Hisyam Kabbani [1]

Al-Qur'an adalah kitab suci. Ia memuat wahyu Tuhan yang suci dan abadi. Ia berlaku sepanjang zaman dan untuk seluruh umat manusia. Sedangkan Nabi Muhammad sall-Allahu 'alayhi wasallam yang bergelar "Rasul Allah" sebagai manusia pilihan Allah untuk menyampaikan wahyu-Mya kepada kita, senantiasa dibimbing dengan petunjuk dan ilham dari  Allah dalam setiap ucapan dan tindakannya.

Allah berfirman:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَى مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَى وَالنَّجْمِ إِذَا هَوَى

"Bismillahirrahmanirrahiim. Wa n-najmi idza hawa Ma dhalla saahibukum wa ma ghawa Wa ma yanthiqu 'ani l-hawa in huwa illa wahyun yuuhaa"

"Demi bintang ketika terbenam, kawanmu [Muhammad] tidaklah sesat dan tidak pula keliru, dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang disampaikan kepadanya". (QS. An-Najm[53]:1-4)

Allah bersumpah demi bintang yang terbenam bahwa Nabi-Nya sedikit pun tidak akan menyelewengkan perintah Tuhan. Nabi sall-Allahu 'alayhi wasallam. juga tidak tidak berbicara mengikuti hawa nafsu dan keinginannya sendiri. Setiap ucapan, gerakan, dan tarikan napas beliau, sesunguhnya merupakan wahyu Tuhan, sehingga semuanya memiliki nilai yang sangat tinggi sebagai sumber untuk memahami dan mengikuti ajaran Al-Qur'an dan agama Islam.

Seorang sahabat, Jabir ibn Abd Allah, berkata, "Rasulullah sall-allahu 'alayhi wasallam berada di tengah-tengah kita ketika Al-Qur'an diturunkan kepadanya dan dia segera mengetahui maksudnya. Apa pun yang dia lakukan, pasti kami ikuti." [2]

Ketika ditanya tentang kepribadian Nabi, 'Aisyah (salah seorang istri Nabi sall-Allahu 'alayhi wasallam dan seorang ahli hukum pada masanya) mengatakan, "Kepribadian beliau adalah Al-Qur'an.' [3]

hadits-hadits tersebut menunjukkan bagaimana menerapkan prinsip-prinsip dalam Al-Qur'an, mulai dari bentuk ibadah yang sangat sederhana hingga yang tak sederhana. Sebagai contoh, Allah berkali-kali memberi perintah kepada umat manusia untuk mendirikan shalat:

وَأَقِيمُواْ الصَّلاَةَ وَآتُواْ الزَّكَاةَ وَارْكَعُواْ مَعَ الرَّاكِعِينَ

"Wa aqiimus salaata wa aa-tuz zakaah ......"

"Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat ......" (QS. Al-Baqarah[2]:43; 83; 110; An-Nisa[4]:77; An-Nuur[24]:56; Al-Muzzammil[73]:20) [4]

Dari ayat ini kita dapat memahami dengan jelas bahwa manusia dituntut (baca: diwajibkan) untuk melaksanakan shalat dan zakat. Namun, untuk mengetahui rincian pelaksanaan shalat, misalnya cara dan waktu shalat serta kepada siapa saja kewajiban ini dibebankan, dlsb. kita harus merujuk pada hadits Nabi. Demikian juga halnya gambaran praktis tentang pelaksanaan zakat, besarannya, siapa saja yang dikenai kewajiban berzakat, siapa pula yang berhak memperoleh zakat dlsb, hanya ditemukan dalam hadits. Itu juga berlaku dalam semua kewajiban-kewajiban dalam menjalankan syari'at agama menurut ajaran Islam lainnya.

Singkatnya, hadits Nabi sall-Allahu 'alayhi wasallam diperlukan untuk memahami Al-Qur'an. Dalam setiap kejadian pada masa hidup Nabi sall-Allahu 'alayhi wasallam, Allah mewahyukan ke dalam dadanya apa-apa yang harus ia ucapkan atau ia lakukan. Baik Al-Qur'an maupun hadits sama-sama berasal dari wahyu Tuhan dan merupakan dua sumber yang tak terpisahkan untuk memahami dan menerapkan pesan-pesan Ilahi, yakni ajaran Islam.

Tentang ini Rasulullah sall-Allahu 'alayhi wasallam bersabda:

PERTENTANGAN SIFAT YESUS SEBAGAI TUHAN ALLAH DALAM PERJANJIAN BARU



Umat Kristen yang awam, kebanyakan percaya bahwa semua yang tertulis di dalam Alkitab merupakan tulisan-tulisan yang diilhamkan oleh Allah.Benarkah seluruh isi kandungan yang tertulis di dalam Alkitab itu merupakan ilham dari Allah? Apakah keyakinan umat Kristen itu adalah keyakinan yang benar? Ataukah itu adalah kebodohan yang menyebabkan keyakinan yang sesat?

Mengenai hal ini, Dr. Groenen, Ofm, mengajar di beberapa sekolah seminari tinggi, seorang sarjana Kitab Suci dari Roma mengatakan bahwa isi kandungan kitab suci itu, khususnya di New Testament (Perjanjian Baru), adalah: "Karangan-karangan umat yang percaya kepada-Nya."

Para ahli Kitab Suci tahu bahwa Alkitab hanyalah karangan-karangan umat zaman kapak yang sama sekali tidak menitik beratkan pentingnya pemahaman keimanan dengan berpedoman kepada apa yang diajarkan Yesus, melainkan keimanan mereka semata-mata menitikberatkan pada keyakinan bahwa Yesus adalah titisan Tuhan ke dunia.

Berangkat dari pengakuan Paulus tentang pengalaman yang dialaminya (tanpa disertai dengan statement tertulis yang mengukuhkan dari para saksi?), Paulus menuliskan di dalam pembukaan surat-surat khotbahnya bahwa dirinya adalah rasul Yesus Kristus [Rom 1:1, I Kor 1:1, II Kor 1:1, Gal 1:1, Ef 1:1, Kol 1:1, Tit 1:1, II Tim 1:1] yang dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah [Rom 1:1].

Benarkah semua ajaran Paulus yang tertulis di dalam Alkitab itu adalah ilham dari Allah? Benarkah seperti yang dikatakannya bahwa Yesus adalah Tuhan? Di dalam Alkitab [I Kor 4:9, 7:12, 7:40, II Kor 8:10, 11:5], Paulus dengan terus terang mengatakan bahwa bukan semua yang tersurat itu merupakan ilham Allah, melainkan sebagiannya adalah berasal dari pemikiran dan pendapat dirinya sendiri. Berikut pertentangan sifat Yesus sebagai Tuhan Allah didalam Perjanjian Baru:

Pertentangan PertamaBERAPAKAH JUMLAH ANAK TUHAN?

MEMAHAMI YESUS SEBAGAI FIRMAN (Part 1)



Umat Kristen memahami bahwa firman identik dengan Yesus, sehingga Yesus pun dianggap sebagaifirman yang mendaging. Untuk memahami paradigma berfikir seperti ini, tentu kita harus coba mengerti apa itu firman dan apa pula itu daging.

Firman adalah petunjuk dari Tuhan untuk dimengerti, difahami, dan dilaksanakan oleh manusia. Petunjuk ini pada gilirannya masing-masing dapat berupa lisan maupun tulisan. Sedangkan sebelum manusia mengenal tulisan, biasanya petunjuk dituangkan dalam hafalan sampai pada saatnya manusia yang paling hafal firman itu kemudian mentransfer hafalannya kepada orang lain melalui suatu proses cerita atau periwayatan.

Semua nabi, dari Adam hingga nabi Muhammad boleh dibilang adalah orang-orang yang hafal akan firman Tuhan. Jadi, jika Umat Kristen menganggap Yesus sebagai firman yang mendaging tentu saja keliru. Sebab jika pahamnya memang demikian, berarti Adam, Ibrahim, Musa , Muhammad, dan lainnya juga bisa dikatakan firman yang mendaging.

Jika Yesus dianggap firman yang mendaging, maka dari kecil sampai usia 30 tahun seharusnya tidak ada kata-kata yang terucap selain firman Tuhan. Tetapi ini adalah hal yang mustahil. Selama 30 tahun kehadirannya di dunia, pasti Yesus bercakap-cakap dengan orang-orang disekitarnya di mana konteksnya bukan sedang menyampaikan Firman! Misalnyanya Yesus sebagai seorang anak mengajak anak-anak lainnya bermain, Yesus sebagai anak kecil yang merengeek pada ibunya agar dibuatkan sesuatu, Yesus sebagai seorang pemuda meminta ijin ibunya untuk mencari kayu bakar, dan banyak ucapan-ucapannya yang bersifat manusiawi layaknya seorang manusia yang bercakap-cakap dengan manusia lain membicarakan hidup sehari-hari dan lain sebagainya. Situasi seperti ini tentu konteksnya bukan Yesus yang sedang menyampaikan Firman Tuhan!

Pemahaman terdekat Umat Kristen yang menganggap Yesus sebagai firman yang mendaging adalah karena Yesus lahir dari seorang perawan dimana Yesus dianggap sebagai penjelmaan Tuhan (Roh Tuhan), dimana Kristen mempunyai dogma bahwa Firman itulah Tuhan dan sesuatu tercipta oleh firman. Pemahaman ini merupakan pemahaman terdekat dengan Filsafat Helenisme (Plato), ataupun Yahudi sendiri. Jadi Firman menciptakan firman, dimana yang perlu digarisbawahi adalah bahwa dalam pemahaman Helenisme (Plato) dan (Yahudi), Firman (Tuhan) menciptakan firman (Makhluk) dengan tingkat berbeda. Dimana Tuhan sebagai Firman (God) memiliki kedudukan lebih tinggi terhadap firman (god).

Jauh sebelum Yesus lahir para pemikir filsafat semisal Plato, Philo dll berusaha mencari jalan untuk memahami hubungan antara Tuhan dan Manusia. Para pemikir sadar bahwa Tuhan itu tidak dapat di gambarkan dan diketahui jati diri-NYA. Dalam artian Tuhan itu misterius dan menciptakan dengan cara misterius pula.

Salah satu cara Tuhan dalam menciptakan sesuatu hanya dapat dimengerti oleh kalimat sebagai berikut:

SIAPAKAH SEBENARNYA SAFFIYAH BINTI HUYAI?



Beliau adalah Shafiyyah binti Huyai binti Akhthan bin Sa’yah cucu dari Al-Lawi bin Nabiyullah Israel bin Ishaq bin Ibrahim a.s, termasuk keturunan Rasulullah Harun a.s.

Shafiyyah adalah seorang wanita yang cerdas dan memiliki kedudukan yang terpandang, berparas cantik dan bagus diennya. Sebelum Islamnya beliau menikah dengan Salam bin Abi Al-Haqiq, kemudian setelah itiu dia menikah dengan Kinanah bin Abi Al-Haqiq. Keduanya adalah penyair yahudi. Kinanah terbunuh pada waktu perang Kkaibar, maka beliau termasuk wanita yang di tawan bersama wanita-wania lain. Bilal “Muadzin Rasululllah” menggiring Shafiyyah dan putri pamannya. Mereka meleweti tanah lapang yang penuh dengan mayat-mayat orang Yahudi. Shafiyyah diam dan tenang dan tidak kelihatan sedih dan tidak pula meratap mukanya, menjerit dan menaburkan pasir pada kepalanya.

Kemudian keduanya dihadapkan kepada Rasulullah saw, Shafiyyah dalam keadaan sedih namun tetap diam, sedangkan putri pamanya kepalanya penuh pasir, merobek bajunya karena maresa belum cukup ratapannya. Maka Rasulullah saw bersabda sedangkan tersirat rasa tidak suka pada wajah beliau : “Enyahkanlah syetan ini dariku.” Kemudian beliau saw mendekati Shafiyyah kemudian mengarahkan pandangan atasnya dengan ramah dan lembut, kemudian bersabda kepada Bilal : “Wahai Bilal aku berharap engkau mendapat rahmat tatkala engkau bertemu dengan dua orang wanita yang suaminya terbunuh.”

Selanjutnya Shafiyyah dipilih untuk beliau dan beliau mengulurkan selendang belieu kepada Shafiyyah, hal itu sebagai pertandan bahwa Rasulullah saw telah memilihnya untuk dirinya. Hanya kaum muslimin tidak mengetahui apakah Shafiyyah di ambil oleh Rasulullah sebagai istri atau sebagai budak atau sebagai anak ? Maka tatkala beliau berhijab Shafiyyah, maka barulah mereka tahu bahwa Rasulullah saw mengambilnya sebagai istri. Di dalam hadist yang diriwayatkan oleh Anas r.a bahwa Rasulullah tatkala mengambil Shafiyyah binti Huyai belaiu bertanya kepadanya, “Maukah engkau menjadi istriku?”  Maka Shafiyyah menjawab,”Ya Rasulullah sungguh aku telah berangan-angan untuk itu tatkala masih musyrik, maka bagaimana mungkin aku tidak inginkan hal itu manakala Allah memungkinkan itu saat aku memeluk Islam?”

PERSPEKTIF YUDEO-KRISTEN TENTANG AGAMA



Perspektif Yudeo-Kristen adalah cara pandang yang diajarkan secara sistematis di seluruh lembaga akademik Barat, dimulai pada pengajaran sejarah di sekolah menengah pertama dan dilanjutkan dalam kuliah-kuliah di tingkat universitas. Ia bisa dilihat dari pernyataan-pernyataan dalam buku-buku teks sekolah menengah pertama seperti, "Yahudi adalah agama monoteistik pertama", sebuah pernyataan yang ditolak dengan keras oleh perspektif Islam yang akan dibahas kemudian. Sebagai lanturan singkat, dinyatakan bahwa sebagai besar orang tua muslim di Amerika kemungkinan gagal memahami bahwa anak-anak mereka secara sistematis ditarik-masuk dengan perspektif Yudeo-Kristen sebagai bagain dari pendidikan sekolah umum anak-anak mereka. Dengan memperumit perosalan tersebut, karena kurangnya keakraban mereka dengan eprspektif Islam, para guru di sekolah umum yang ditempati anak-anak muslim ini kemungkinan gagal menyadari bahwa mereka bahkan dilibatkan dalam sebuah tindakan proselitisasi permurtadan).

Sementara persoalan-persoalan utama dari Yudeo-Kristen secara khas sudah dikenal dengan baik oleh sebagian besar kaum Kristen dan Yahudi, beberapa perosalan khusus yang dibahas dalam esai ini mungkin menyuguhkan pengetahuan tertentu yang belum pernah mereka terima. Ini utamanya pelbagai macam sekte dalam yahudi dan Kristen, juga berkenaan dengan tahun-tahun dan peristiwa-peristiwa khusus yang diurai di bawah ini.

UR-YAHUDI DAN PERJANJIAN DENGAN NUH
Perspektif Yudeo-Kristen dimulai dengan Adam-semoga kesejahteraan senantiasa terlimpah atasnya - dan diturunkan pada umat manusia melalui pelbagai Bapa leluhur Perjanjian Lama, hingga tiba pada Nuh -semoga kesejahteraan senanatiasa terlimpah atasnya. Garis keturunan sesungguhnya yang dikemukakan oleh Kiab Kejadian adalah Adam ke Set ke Enos ke cainan ke Mahalaleel ke Jared ke Henokh ke Metusalem ke Lamech ke Nuh. Dengan datangnya Nuh, ada hal baru yang memasuki kerangka perspektif senanatiasa terlimpah atasnya. Garis keturunan sesungguhnya yang dikemukakan oleh Kitab Kejadian adalah Adam ke Set ke Enos ke cainan ke Mahalaleel ke Jared ke Henokh ke Metusalem ke Lamech ke Nuh.[1] Dengan datangnya Nuh, ada hal baru yang memaduki kerangka perspektif Yudeo-Kristen. Konon, Nuh adalah orang pertama yang dengannya Allah[2] mengadakan perjanjian.[3] Kini, perjanjuan tersebut konon sudah menjadi primitif dan terbatas, dan rincian berkenaan dengan perjanjian itu sangat sedikit yang dilaporkan dalam Kitab Kejadian. Kenyataannya, rincian-rincian yang dicatat dalam Kitab Kejadian berkenaan dengan perjanjian Nuh hanyaah bahwa Nuh membuat bahtera, dan kemudian dengan bahtera itu ia menyelamatkan binatang-binatang di bumi;[4] bahwa Allah tidak akan pernah menghancurkan seluruh umat manusia melalui air bah, dan janji-Nya disimbolkan dalam bentuk pelangi.[5] Namun, dalam riwayat Kitab Kejadian selanjutnya tidak disebutkan tenang komitmen peribadatan monoteistik, dan sebagainya. Namun demikian, perjanjian Nuh ini bisa digunakan sebagai pijakan awal mengenai asal-muasal bagi Yahudi, atau yang mungkin lebih baik disebut proto-Yudaisme.

YAHUDI DAN PERJANJIAN DENGAN IBRAHIM

KEBOHONGAN ILAHI ATAU KEBOHONGAN MATIUS?



Ada banyak distorsi yang telah dilakukan oleh "pengarang" Injil Matius (selanjutnya disebut Matius) khususnya yang berkaitan dengan gagasan pemenuhan nubuat akan datangnya sang Juru Selamat.Ditemukan lebih dari 25 (dua puluh lima) distorsi yang berkaitan dengan hal tersebut.

Mungkin sekali gagasan-gagasan Matius dilatarbelakangi oleh ramalan akan datangnya seorang Nabi yang seperti Musa, semoga kesejahteraan senantiasa terlimpah atasnya, sebagaimana disebutkan dalam Kitab Ulangan berikut ini:

18:18 seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini;
Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya. 
18:19 orang yang tidak mendengarkan segala firman-Ku yang akan diucapkan nabi itu demi nama-Ku, dari padanya akan Kutuntut pertanggungjawaban.   
18:20 Tetapi seorang nabi, yang terlalu berani untuk mengucapkan demi nama-Ku perkataan yang tidak Kuperintahkan untuk dikatakan olehnya, atau yang berkata demi nama allah lain, nabi itu harusdibunuh. [al. Douay Rheims & New Century Version].

Untuk memenuhi ramalan tersebut dan gagasan-gagasannya, Matius, yang telah menjadikanSEPTUAGINTA -  Perjanjian Lama berbahasa Yunani sebagai salah satu sumber inspirasi karangannya, berusaha meyakinkan pembaca dengan melakukan banyak distorsi dalam tulisannya, yaitu:

DISTORSI MATIUS 1: Yesus anak Daud anak Abraham.
Dalam seluruh literatur manapun di dunia ini yang berkaitan dengan Yesus atau Isa Al-Masih, semoga kesejahteraan senantiasa terlimpah atasnya, telah sepakat bahwa Yesus lahir dari seorang perawan suci bernama Maria. Akan tetapi demi memenuhi gagasannya, Matius menafikkan garis keturunan Yesus melalui bapak tirinya, Yusuf, suami Maria. Ini sesuatu yang menggelikan, bagaimana mungkin seseorang yang bukan darah dagingnya "dipaksa" mengikuti garis keturunan Yusuf demi menyambung tali keturunan dari Daud hingga Abraham?

Berikut ini "silsilah Yesus" menurut Matius:

MENGINTIP RAHASIA DI BALIK BISNIS GEREJA



Selama ini banyak kalangan beranggapan bahwa missi Kristenisasi yang dilakukan oleh gereja semata bermotifkan agama. Tetapi sesungguhnya ada motif lain yang tak kalah kuat, bisnis.

Bisnis apa yang paling menggiurkan saat ini?. Jawaban yang cukup nakal dikemukakan oleh seorang blogger Kristen, Mang Ucup. Di dalam blognya ia menulis, “Bisnis properti sekarang sudah tidak sehebat seperti dahulu lagi, oleh sebab itu banyak dari mereka yang berganti haluan mengalih ke bisnis politik, nah apa salahnya kalau bisnis atau usaha Anda dialihkan jurusannya ke bisnis rohani?”

Bisnis rohani yang ia maksud adalah mendirikan gereja. Bahkan dengan terang-terangan ia menawarkannya sebagai jasa waralaba. “Untuk hal ini mang Ucup ingin menawarkan jasa waralaba (franchise) untuk mendirikan Gereja ‘Angin Surga’,” begitulah tawarannya.

Di blog “Sabdaspace” bahkan ada seorang blogger yang menulis, “Salah satu resolusi tahun baru yang saya buat di awal bulan Januari 2010 adalah membuka bisnis. Setelah saya pikirkan selama beberapa bulan terakhir, saya memutuskan untuk membuka bisnis gereja di tahun ini”.

Bukan tanpa perhitungan dan perencanaan matang, mereka bahkan sudah melakukan analisis pasar dengan menggunakan teori Bauran Pemasaran (Marketing Mix). Analisa product (produk), promotion (promosi), price (harga) dan place (tempat)-nya sudah mereka siapkan.  Dengan begitu mereka telah membuka peluang baru untuk menggabungkan antara bisnis dan sisi rohani. “Secara bisnis kita untung banyak, dan bisa berlindung dibawah "payung" secara rohani. Kesimpulannya, sekali mendayung dua-tiga pulau terlampaui”, ujarnya.

Franchise gereja ‘Angin Surga’ yang ditawarkan Mang Ucup diperkirakan akan menuai keuntungan yang besar. Ia menjanjikan modal akan kembali dalam waktu 6 bulan. Bahkan Lambok A. Sitorus  mencatat total keuntungan yang bisa diraup dari sekali ibadah adalah Rp. 18,5 juta. Dari mana uang sebesar itu diperoleh? Lihat di sini. 

Hitung-hitungannya begini. Modal awal yang diperlukan Rp. 16,5 juta. Rincian pengeluarannya untuk sewa gedung 10 juta (lengkap dengan fasilitas musik), biaya pembicara Rp. 500 ribu, tim musik, WL, singer dan tamborin Rp. 1 juta. Jika memakai 2 artis maka pengeluarannya Rp. 2 juta. Keamanan (polisi) Rp. 1 juta,  kartu undangan dan iklan Rp. 1 juta, makan makan Rp. 2 juta. Jadi total pengeluarannya  Rp. 16, 5 juta.

Sementara estimasi pemasukannya dengan target jemaat yang hadir 1000 orang, akan didapatkan kolekte Rp. 5 juta (@Rp. 5000),  korban tantangan  Rp. 20 juta, pengusaha dan sponsor untuk investasi Rp. 10 juta. Total pemasukan akan didapatkan Rp. 35 juta. Jadi, total keuntungan bila buka bisnis seperti ini untuk sekali ibadah adalah Rp. 18,5 juta. Jika sebulan minimal dilakukan empat kali maka akan terkumpul keuntungan sebesar Rp. 74 juta. Belum lagi jika benar-benar mendirikan bangunan gereja, dana dari kalangan pengusaha Kristen dan luar negeri akan mengalir deras. “Kalau Protestan akan didanai para pengusahanya dan dari lembaga khusus milik mereka, sementara Katolik akan dapat dana dari Vatikan”, jelas mantan evangelis (penginjil) Bernadus Doni.

Menyuap Untuk Gereja