Oleh: Badrul Tamam
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah,
Rabb yang senantiasa kita memuji-Nya, memohon pertolongan dan meminta
ampun kepada-Nya. Kita berlindung kepada-Nya dari keburukan diri kita
dan jeleknya amal perbuatan kita. Siapa yang diberi petunjuk oleh Allah,
maka tidak ada seorangpun yang sanggup menyesatkannya. Sebaliknya,
siapa yang disesatkan oleh Allah, maka tak seorangpun yang sanggup
memberinya petunjuk.
Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
penyampai risalah, pembawa kebenaran, dan suri teladan dalam kehidupan
berislam. Semoga shalawat dan salam juga dilimpahkan kepada keluarga,
para sahabat, dan siapa yang mengikuti sunnah-sunnahnya hingga akhir
zaman.
Meyakini adanya kehidupan akhirat dan Jaza' Ukharwi
(balasan di akhirat) merupakan bagian dari prinsip pokok ajaran Islam.
Setiap muslim di negeri bagian timur dan baratnya wajib meyakininya.
Al-Qur'an dan al-Sunnah penuh dengan kabar-kabar tentang adanya
kehidupan sesudah kematian, perhitungan amal dan tempat persinggahan
terakhir; surga dan neraka, di antaranya:
زَعَمَ
الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ لَنْ يُبْعَثُوا قُلْ بَلَى وَرَبِّي
لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْ وَذَلِكَ عَلَى
اللَّهِ يَسِيرٌ
"Orang-orang yang kafir mengatakan,
bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: "Tidak
demikian, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian
akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". Yang demikian
itu adalah mudah bagi Allah." (QS. Al-Taghabun: 7)
Bagian dari karaktristik syariat Islam, menjanjikan Jaza' Ukhrawi kepada umatnya. Lebih mengutamakan dan mengedepankannya daripada Jaza' Duniawi
(balasan di dunia). Sehingga janji baik dan ancaman di akhirat lebih
ditekankan. Sementara hukuman di dunia, diancamkan kepada mereka yang
kurang percaya kepada negeri akhirat, yaitu dari kalangan munafikin,
atau orang yang menampakkan kekufuran dan orang yang lemah iman di
hadapan maksiat. Kemudian syariat datang dengan memaksanya berhenti dari
kemaksiatan tersebut dan menghapuskan kesalahan tersebut supaya ia
selamat dari azab ukhrawi.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ
لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
"Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang
keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. " (QS. Al-Tahrim: 6)
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا
عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ
جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ
"Hai orang-orang yang beriman,
bertobatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya,
mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan
memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, " (QS. Al-Tahrim: 8)
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ
يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
"Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar,
niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu
dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka
sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar." (QS. Al-Ahzab: 70-71)
Bagi seorang mukmin, persoalan akhirat
mendapat perhatian besar. Karena akhirat adalah negeri pembalasan amal.
Di sanalah mereka akan kekal. Siapa yang beruntung di sana, dialah yang
benar-benar sukses. Sebaliknya, siapa yang buntung (celaka) di sana, ia
benar-benar orang yang merugi.
"Supaya Allah memisahkan (golongan)
yang buruk dari yang baik dan menjadikan (golongan) yang buruk itu
sebagiannya di atas sebagian yang lain, lalu kesemuanya ditumpukkan-Nya,
dan dimasukkan-Nya ke dalam neraka Jahanam. Mereka itulah orang-orang
yang merugi." (QS. Al-Anfal:37)
Dan orang-orang yang beriman
berkata: "Sesungguhnya orang-orang yang merugi ialah orang-orang yang
kehilangan diri mereka sendiri dan (kehilangan) keluarga mereka pada
hari kiamat. Ingatlah, sesungguhnya orang-orang yang lalim itu berada
dalam azab yang kekal." (QS. Al-Syuura: 45)
"Katakanlah: "Sesungguhnya
orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka
sendiri dan keluarganya pada hari kiamat". Ingatlah yang demikian itu
adalah kerugian yang nyata.Bagi mereka lapisan-lapisan dari api di atas
mereka dan di bawah mereka pun lapisan-lapisan (dari api)." (QS. Al-Zumar: 15-16)
Kesuksesan hidup di akhirat adalah saat
seseorang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan kedalam surga. Dan untuk
meraihnya, mereka harus menundukkan nafsunya untuk sungguh-sungguh
melaksanakan perintah Allah, melakukan hal-hal yang berlawanan dengan
hawa nafsunya, menjauhi kemalasan dan perbuatan maksiat yang disukai
oleh jiwa manusia.
. . . Siapa yang beruntung di sana (akhirat), dialah yang benar-benar sukses. Sebaliknya, siapa yang buntung (celaka) di sana, ia benar-benar orang yang merugi. . .
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
حُجِبَتْ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ وَحُجِبَتْ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ
"Neraka diliputi oleh syahwat sedangkan surga diliputi oleh sesuatu yang tidak disuka." (Muttafaq 'Alaih, lafaz milik Al-Bukhari dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu)
Lafaz hadits di atas merupakan bagian dari Jawami' Kalim (kalimat ringkas yang penuh makna) Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam
dalam mencela syahwat walau jiwa ini cenderung kepadanya, juga dalam
menganjurkan berbuat ketaatan walau jiwa ini tidak menyukainya dan
merasa berat menjalankannya. Di mana seseorang yang berkeinginan masuk
surga itu harus mampu menundukkan diri/jiwanya untuk menjalankan beban
syariat dari Allah dalam bentuk mengerjakan perintah atau meninggalkan
larangan dengan perkataan maupun perbuatan. Dan maksud surga diliputi
dengan makarih (sesuatu yang tak disuka) karena beratnya beban
yang harus ditanggung dan pelaksanaannya yang sulit, bersabar atas
musibah dan menerima keputusan Allah dengan lapang dada.
. . . Surga diliputi dengan makarih: karena beratnya beban yang harus ditanggung dan pelaksanaannya yang sulit, bersabar atas musibah dan menerima keputusan Allah dengan lapang dada. . .
Hal ini berbalik keadaan ahli neraka, ia
bebas berbuat apa saja dan menikmati dunia sekehendaknya tanpa
memperhatikan larangan-larangan syariat. Orang yang ingin masuk neraka
juga tak perlu repot memenuhi panggilan shalat, menunaikan zakat, dan
puasa Ramadhan. Jika ingin mabuk, maka ia mabuk. Jika ingin zina, maka
ia berzina. Jika ingin mencuri, ia mencuri, jika mau korupsi, ia
korupsi. Tak perlu ia memperhatikan perintah Allah dan tak perlu ia
mengindahkan larangan-Nya. Namun, kelak ia dimasukkan ke dalam neraka
yang siksanya tak ada bandingnya.
Allah Ta’ala berfirman:
فَالَّذِينَ كَفَرُوا قُطِّعَتْ لَهُمْ ثِيَابٌ مِنْ نَارٍ يُصَبُّ مِنْ فَوْقِ رُءُوسِهِمُ الْحَمِيمُ
"Maka orang kafir akan dibuatkan
untuk mereka pakaian-pakaian dari api neraka. Disiramkan air yang sedang
mendidih ke atas kepala mereka.” (QS. Al-Hajj: 19)
Para penghuni neraka akan dikenakan untuk mereka pakaian dari aspal yang lalu dibakar dengan api neraka . Tidak cukup itu saja, al-hamim
(air yang sedang mendidih dan sangat panas) akan disiramkan ke atas
kepala mereka, kita berlindung kepada Allah dari menjadi ahli neraka!
Kemudian Allah melanjutkan,
يُصْهَرُ بِهِ مَا فِي بُطُونِهِمْ وَالْجُلُودُ
"Dengan air itu dihancur luluhkan segala apa yang ada dalam perut mereka dan juga kulit (mereka).”
(QS. Al-Hajj: 20) betapa dahsyatnya panas air tersebut. Saat disiramkan
di atas kepala, maka air tersebut akan menghancurkan isi perut; daging,
lemak, dan ususnya. Yakni isi perutnya meleleh karena panasnya air
neraka yang mendidih tersebut. Sehinggapun kulit mereka juga meleleh.
Kita memohon keselamatan kepada Allah dari beratnya siksa neraka.
Selanjutnya Allah berfirman,
وَلَهُمْ مَقَامِعُ مِنْ حَدِيدٍ
"Dan untuk mereka cambuk-cambuk dari besi.” (QS. Al-Hajj: 21)
Maqami’ itu semacam palu atau
martil dari besi yang dipukulkan ke kepala mereka. Maka ketika mereka
hendak keluar dari neraka, dipukulkan martil-martil tersebut di atas
kepala mereka supaya siksa tidak terputus dari mereka. “Setiap kali
mereka hendak keluar dari neraka lantaran kesengsaraan mereka, niscaya
mereka dikembalikan ke dalamnya. (Kepada mereka dikatakan): "Rasailah
adzab yang membakar ini".” (QS. Al-Hajj: 22)
Dari sini seorang muslim memiliki sikap
yang jelas saat menghadapi pilihan antara dunia dan akhirat. Ia lebih
memprioritaskan kehidupan akhiratnya daripada dunianya. Karena bagi dia,
"Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal." (QS. Al-A'laa: 17).
Oleh sebab itu, saat berhadapan dengan
pilihan antara tunduk kepada aturan hukum Allah atau mengikuti
ketetapan-ketatapan hukum yang bersumber dari akal dan nafsu manusia,
maka ia akan lebih memprioritaskan ketundukan kepada Allah Ta'ala.
Karena Allah-lah penguasa pada hari pembalasan di akhriat kelak. Dia
menjanjikan surga bagi yang taat dan mengancam neraka bagi yang ingkar
kepada-Nya. Sementara nafsu manusia hanya menjanjikan kepuasan duniawi
semata. Tidak ada jaza' ukhrawi baik dalam bentuk penghargaan atau
ancaman yang dijanjikan.
Satu contoh yang dapat dijadikan
pelajaran, seorang muslim akan lebih senang tunduk kepada aturan
ketetapan Allah dalam urusan warisan dengan ketentuan-ketentuan jatah
pembagian dari Allah Ta'ala. Yaitu jatah untuk laki-laki dua kali lipat
daripada perempuan (2:1). Karena ketetapan ini merupakan ketentuan dari
Allah Ta'ala sebagai bagian dari hukum-Nya yang wajib dipatuhi manusia.
Melalui ketetapan ini, Allah menguji para hamba-Nya akan ketundukan
mereka kepada Allah dan Rasul-Nya. Jika menerima dengan lapang dada
dengan keputusan ini maka ia termasuk orang yang taat sehinggga
dijanjikan masuk surga.
تِلْكَ
حُدُودُ اللَّهِ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ
تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ الْفَوْزُ
الْعَظِيمُ
"(Hukum-hukum waris tersebut) itu
adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. Barang siapa taat kepada Allah
dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam surga yang mengalir
di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah
kemenangan yang besar." (QS. Al-Nisa': 13)
Imam Abu Ja'far al-Thabari menjelaskan
maksud QS. Al-Nisa': 12 di atas, pembagian warisan ini adalah sebagai
pasal untuk membedakan antara ketaatan kepada-Nya dan kemaksiatan
terhadap-Nya. Dan ketetapan di atas sebagai batasan bagi manusia agar
tidak melampauinya. Semua ini untuk Dia mengetahui siapa dari mereka
yang taat kepada-Nya dan siapa yang bermaksiat terhadap perintahkan-Nya
dalam pembagian warisan.
Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya
mejelaskan tentang maksud ayat di atas: "Inilah ketentuan-ketentuan dan
ketetapan-ketetapan yang telah Allah jadikan untuk ahli waris sesuai
dengan hubungan kekerabatan mereka dengan mayit dan butuhnya mereka
kepadanya serta rasa kehilangan mereka dengan kepergiannya; merupakan HUDUDULLAH
(batasan-batasan dari Allah), maka janganlah kalian melampaui batas dan
jangan pula melanggarnya. Oleh karena ini Dia berfirman, "Barang siapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya."
Artinya, dalam masalah tersebut. Sehingga ia tidak menambahkan atau
mengurangi sebagian ahli waris dengan tipuan atau cara-cara lain. Akan
tetapi, ia menetapkannya sesuai hukum Allah, ketentuan dan
pembagian-Nya."
Bagi mereka yang taat, maka Allah janjikan, "Niscaya
Allah memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di dalamnya
sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan
yang besar."
Adapun orang yang tidak terima dengan
tetapan pembagian dari Allah ini dan menurutkan hawa nafsunya dengan
melanggar, melampaui batas, mengurangi, atau mencari ketetapan lain dari
manusia, maka ia telah melanggar HUDUDULLAH di atas. Ia
terkategori orang durhaka (maksiat) kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan
baginya adalah siksa neraka dan azab yang menghinakan.
وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَتَعَدَّ حُدُودَهُ يُدْخِلْهُ نَارًا خَالِدًا فِيهَا وَلَهُ عَذَابٌ مُهِينٌ
"Dan barang siapa yang mendurhakai
Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah
memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan
baginya siksa yang menghinakan." (QS. Al-Nisa': 13-14)
Ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya saat
menerangkan ayat ini, "Sementara bagi orang yang tidak mengindahkan
ketentuan dan jatah yang telah Allah tetapkan dari hukum waris, "niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan."
Hal ini karena ia tidak menegakkan hukum Allah, untuk itu dibalaslah
ia dengan kehinaan berupa azab yang sangat pedih." (Lihat Tafsir Ibnu
Katsir terhadap QS. Al-Nisa': 13-14)
Imam Abu Ja'far al-Thabari rahimahullah berkata: Sementara maksud, " Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya",
yakni dalam mengerjakan perintah keduanya berupa pembagian warisan yang
telah keduanya perintahkan, serta perintah-perintah Allah lainnya. Ia
menyimpang dari perintah keduanya kepada apa yang keduanya larang.
"Dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya"
yakni melanggar batas-batas ketaatan yang telah Dia jadikan sebagai
pembatas dengan kemaksiatan terhadap-Nya kepada larangan-Nya, berupa
pembagian harta peninggalan mayit kalian di antara ahli warisnya, dan
batasan-batasan Allah lainnya.
Jika itu dilakukan maka, "niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya," yakni ia kekal di dalamnya untuk selama-lamanya, tidak mati dan tidak dikeluarkan darinya untuk selama-lamanya. "dan baginya siksa yang menghinakan,"
yakni baginya siksa yang menghinakan dan merendahkan bagi orang yang
disiksa dengannya. (Diringkaskan dari Tafsir Jami' al-Bayan fi Ta'wil
al-Qur'an, Abu Ja'far al-Thabari)
Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi dalam Aisar Tafasir-nya
menyebutkan, "Dan siapa yang durhaka kepada Allah Ta'ala dan Rasul-Nya
dengan melanggar batasan-batasan Allah di atas dan (batasan lainnya dari
syariat dan hukum Allah) dan mati di atasnya, maka balasannya adalah
Allah akan memasukkannya ke dalam neraka yang ia kekal di dalamnya dan
baginya azab yang menghinakan." Wallahu Ta'ala A'lam.
[voa-islam.com]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar