Cari Di Blog Ini

Senin, 12 Desember 2011

Tak Menikah, Biarawati Perlu Pil Kontrasepsi

Assalamualaikum Wr Wb,
Para biarawati harus diberikan pil kontrasepsi untuk mengurangi tingkat kematian yang tinggi akibat kanker payudara, kanker ovarium dan kanker rahim karena mereka tidak memiliki anak dan menyusui, demikian kata para ilmuwan dikutip cathnews.
Tidak memiliki anak merupakan faktor menimbulkan kanker karena wanita hamil, serta menyusui bayi, mengurangi jumlah siklus ovulasi seorang wanita dalam hidupnya. Siklus ovulasi meningkatkan akan beresiko kanker.
Pada paruh pertama abad ke-20, para ilmuwan yang melakukan pengkajian terhadap sekitar 32.000 biarawati Katolik di Amerika Serikat menyatakan bahwa tingkat kematian mereka akibat kanker payudara, kanker ovarium dan kanker rahim lebih tinggi dibandingkan perempuan lain seusia mereka.
Tahun 1970, para ilmuwan mengakui bahwa para biarawati yang tidak melahirkan anak mengalami resiko kanker payudara mereka.
Pil kontrasepsi oral telah terbukti sangat efektif melindungi wanita dari kanker tersebut. Pil ini telah mengurangi tingkat kematian wanita yang pernah menggunakannya dengan 12% dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakannya.
Resiko menimbulkan kanker ovarium dan kanker endometrium menurun 50% -60% bagi pengguna pil dibandingkan dengan tidak pernah menggunakannya.
Tidak menikah

"Nyanyian Surga" Sang Mantan


"Nyanyian Surga" Sang Mantan

Ketika perpisahan menjadi garis takdir kehidupan, sebagian orang yang mengalaminya menganggap seolah dunianya sudah berakhir. Selanjutnya, hampir lepaslah pula iman dari batinnya. Dendam dan amarah, serta sakitnya disakiti muncul dan bahkan hampir saja menutup mata dan hatinya.
Dan, disayangkan sekali, bagi manusia seperti itu proses melemahkan hatinya sendiri dengan membabi buta, mencoba mengabarkan kepada dunia tentang segala uneg- uneg, penyesalan, dan penghakiman yang tiada lain ditujukan kepada mantan istri atau suaminya, seakan menjadi sebuah kegiatan yang akan sangat menyita waktu hidupnya. Tujuannya hanya satu, simpati manusia dan berharap mereka akan membenarkan atas apapun kebenaran, kesalahan dan kedukaannya.
Tapi....

Nasib Malang Sang Pemfitnah


Nasib Malang Sang Pemfitnah

Ketika drama hidup membawa manusia pada keadaan dimana dia harus mencari sebuah jalan keluar, tanpa perlu harus menjadi tersangka dari suatu keburukan situasi saat itu, maka kambing hitam dirasa perlu dihadirkan untuk lebih menyemarakkan suasana. Selain diharapkan bisa menjadi pemain pengganti dari peletak kesalahan, sang kambing hitam juga diharapkan dapat membawahi tugas lain yaitu sebagai yang terendahkan.
Episode selanjutnya, segeralah mulut dari seorang pemfitnah yang sudah terlepas dari iman itu, mengeluarkan segala sampah yang bersumber dari hatinya. Lihatlah gayanya dalam menyakinkan orang lain terhadap sesuatu, menyebar fitnah untuk dinilai benar dihadapan manusia, mengangkat diri dan menggorok kehormatan orang lain, memuaskan diri dengan berlindung dibalik kamuflase predikat malaikatnya.
Saksikanlah, betapa dendamnya telah menutupi logika kebaikan dan pemikiran positifnya, yang ada hanyalah obsesi dan ambisi menjadi pemenang dihadapan manusia. Tiada lain, pengecut adalah nama tengah dari seorang pemfitnah.
Dan...

Apakah Kau Tahu Bahwa Allah Sangat Menyayangimu?


Apakah Kau Tahu Bahwa Allah Sangat Menyayangimu?

Apakah kau bahagia sekarang? atau kau sedang berduka? Apapun keadaanmu sekarang, tahukah kau bahwa Allah masih dan sangat menyayangi dan mengasihimu.
Apakah kau tahu bahwa allah sangat menyayangimu, bahkan ketika ketika kau tidak mengingat dan menyebut namanya saat kau mulai makan karena begitu lapar? Lihat bahwa allah tetap memberimu kenikmatan dalam rasa tanpa sedikitpun mencabut rahmatnya itu. Rasakanlah betapa malah badanmu bertambah segar dengan sangat, setelah makananmu mengisi lancar kelesuan dan keletihan ragamu.
Apakah kau tahu bahwa Allah sangat menyayangimu, bahkan saat Dia melihat jelas kelakuan mulutmu tiada henti mengatakan dusta, fitnah, mengadu domba dan mengelarkan rentetan kemaksiatan yang menghancurkan dirimu sendiri dan sesamamu? Mungkin jika manusia yang menyaksikan semua itu, wajahmu akan dipenuhi dengan tamparan dan tiada lagi kehormatan atasmu. Namun Allah juga masih mengampunimu saat kau meminta maaf dan hanya Allah lah yang selalu maha menghargai sebuah taubatmu.

Karena Aku Hanyalah Seorang Hamba


Karena Aku Hanyalah Seorang Hamba

Ketika seseorang menyerahkan diri kepada Allah, saat itulah dengan sadarnya dia melepaskan apapun kepentingan dan ego dirinya, seraya menyeru dalam hati dan jasadnya bahwa dia adalah telah menjadi seorang hamba.
Selanjutnya, pikiran dan hidupnya akan termotivasi tentang apa yang di ridhoi Allah atau tidak, dan sama sekali bukan tentang seleranya. Ketika diri mengakui bahwa, aku hanyalah seorang hamba, maka tidak akan ada kritik dan pencelaan pada Robbnya melainkan hanya keikhlasan hati terhadap sebuah pengabdian, kepasrahan hati tentang sebuah takdir, dan prasangka baik kepada sang pembuat skenario hidupnya.

Istriku, Rumahku


Istriku, Rumahku

Pernahkah kita melihat, seorang suami yang begitu gamang hatinya dalam melihat hidup, karena tidak jelas arah tujuan dia melangkah?. Pernahkah kita menjumpai seorang suami yang begitu linglung menatap masa depannya, karena merasa tiada teman baginya untuk bisa sekedar memberinya saran?. Pernahkah kita melihat seorang suami yang tidak tenang menjalani hari- harinya walaupun dia telah memiliki segala yang diimpikannya?
Maka lihatlah keadaan rumahnya. Rumah tempat dia melepas penat dan tempat kembali sebagai akhir dari hari- harinya. Mungkin dia tidak nyaman dengan rumahnya, atau barangkali dia tidak merasa ada tempat kembali dari lusuh jiwanya.
Sungguh, bagaimanapun para suami di luar seharian, yang diinginkan adalah kembali pada rumahnya sendiri. Senyaman apapun para suami bergaul dengan banyak orang, bahkan mungkin saudara dan kerabatnya sendiri, maka hati mereka tetap mengharapkan kenyamanan yang lebih, di rumah mereka sendiri. Maka benarlah jika memang rumah seharusnya adalah menjadi sebaik- baik tempat untuk hati beristirahat.
Maka....

Demi Allah, Tahanlah Lisan Jahatmu Atas Suamimu!

Demi Allah, Tahanlah Lisan Jahatmu Atas Suamimu!

Ketika diri dihadapkan pada suatu masalah, maka tak jarang gelapnya hati dan buntunya logika menuntun kita pada sebuah sikap yang justru lebih memperunyam suasana. Tak jarang pula, entah tanpa sadar atau tidak, kita mengeluarkan kata- kata makian dan penuh dengan nada- hujatan serta merendahkan. Dan sangat disayangkan, ketika obyek alias sasaran yang kita harapkan untuk menerima kerendahan itu ternyata adalah suami kita sendiri.
Wahai wanita...
Lalu apakah yang kau peroleh setelah menghujat? Apakah yang kau peroleh setelah kalimat "margasatwa" itu telah habis- habisan kau paksaan bagi suamimu untuk mendengar? Legakah batinmu atas keadaan itu?
Masyaallah, lihatlah  ternyata kau sama sekali tidak terlihat lebih indah. Demi Allah, memanglah sangat sakit mungkin, sakit yang kau rasakan saat kau penuh amarah. Namun semua kata- kata kotor yang kau lontarkan itu, ternyata tidak akan pernah sama sekali memuliakanmu di hadapan Allah, dan atau memberi celah untukmu mendapatkan jalan keluar atas masalahmu itu.
Maka bersabarlah....