Cari Di Blog Ini

Sabtu, 10 Desember 2011

RUH DAN JIWA

RUH DAN JIWA

Oleh: Dudi Muhammad Lutpy

 Manusia telah diciptakan oleh Allah SWT tersusun dari dua unsur, unsur ardli dan unsur samawi. Unsur ardli membentuk jasad sebagai bentuk fisik manusia yang terbuat dari saripati tanah. Seandainya kita membuat penelitian dengan cara mengambil segenggam tanah kemudian diuraika...n secara kimiawi, kemudian kitapunmengambil sepotong tubuh manusia yang diursaikan juga secara kimiawi, maka unsur-unsur yang ada adalah tubuh manusia tersusun dari unsur-unsur yang ada pada tanah.
Para sarjana kimiawi menyebutkan beberapa unsur yang ada pada tubuh manusia itu diantaranya : karbon yang cukup membuat 9000 buah tangkai pena, fosfor yang cukup membuat 2000 kepala tangkai korek api, serta zat-zat lain seperti, besi, kapur, posatium, garam, magnesium, gula dan belerang. Sedangkan pada unsur samawi. Allah SWT telah meniupkan ruh kepada jasad yang sudah dibentuk-Nya, Allah SWT berifirman ddalam Surat Sajdah ayat 9 : "Kemudian Dia menyempurnakan ciptaan-Nya , setelah ditupkannya ruh kedalamnya dan setelah itu Allah menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati".

MEMAHAMI MAKNA MAHABBAH (CINTA)

MEMAHAMI MAKNA MAHABBAH (CINTA)

Mahabbah atau cinta, demikianlah Kaum sufi menyebut tradisi bercinta mereka.

Adalah Imam al Qusyairi, pengarang Risâlah al Qusyairiyyah mendefinisikan cinta (mahabbah) Allah kepada hamba sebagai kehendak untuk memberikan nikmat khusus kepada siapa saja yang Ia kehendaki. Apabila ...kehendak tersebut tidak diperuntukkan khusus melainkan umum untuk semua hambaNya menurut Qusyairidinamakan Rahmat; kemudian jika irâdah  tersebut berkaitan dengan adzab disebut dengan murka(ghadlab).

Masih dalam konteks yang sama, lebih jauh al Qusyairi memaparkan definisi mahabbah tersebut versi kaum salaf; mereka mengartikan cinta sebagai salah satu sifat khabariyyah lantas menjadikannya sebagai sesuatu yang mutlak, tidak dapat diartikulasikan sebagaimana rupa seperti halnya mereka cenderung tidak memberikan pentafsiran yang lebih dalam lagi, sebab apabila cinta diidentikkan dengan kecenderungan pada sesuatu ataupun sikap ketergantungan,  alias cinta antara dua manusia, maka mereka menganggap hal itu sangatlah mustahil untuk Allah Swt. Interprestasi yang demikian ini memang lebih cenderung berhati-hati seperti halnya mereka (baca:kaum salaf) sangat menekankan metode tafwîdl dalam permasalahan yang bersifat ilâhiyah.

Kaum Sufi menganggap mahabbah sebagai modal utama sekaligus mauhibah dari Allah Swt, untuk menuju kejenjang ahwâl yang lebih tinggi.