Cari Di Blog Ini

Minggu, 04 Desember 2011

Dewan Gereja Dunia dan Vatikan Haramkan Kristenisasi Terselubung




JENEWA  – Kristen Ortodoks, Katolik, Anglikan, Protestan, Injili dan gereja-gereja Pantekosta melakukan konsensus untuk meninggalkan kristenisasi secara terselubung. Akankah para penginjil dan misionaris menghapus kristenisasi berkedok Islam, kristenisasi terselubung melalui bantuan sosial, pendidikan dan kesehatan, maupun kristenisasi melalui pernikahan/pacaran beda agama?
Dewan Gereja Sedunia, Vatikan dan Aliansi Injili Sedunia mengeluarkan buku lima halaman pedoman penginjilan, di Pusat Ekumenis Jenewa, Swiss Selasa 28 Juni. Yang paling menonjol dalam buku berjudul “Christian Witness in a Multi-Religious World: Recommendations for Conduct” (Saksi Kristen Dalam Dunia Multi Agama: Rekomendasi Kode Etik) itu adalah kesepakatan meninggalkan cara-cara penginjilan terselubung.
Kode etik disusun melalui perunding
an rumit sejak tahun 2005 yang dilakukan oleh Dewan Gereja Dunia (World Council of Churches/WCC), Dewan Kepausan untuk Dialog Antar-agama (Pontifical Council for Inter-religious Dialogue/PCID ) dari Gereja Katolik Roma dan Aliansi Injili Sedunia (World Evangelical Alliance/WEA). Ketiga badan termasuk Ortodoks, Katolik, Anglikan, Protestan, Injili, gereja-gereja Pantekosta dan independen ini memiliki keanggotaan gabungan sekitar dua miliar orang yang mewakili hampir 90 persen umat Kristen di dunia.
“Dalam lima tahun terakhir kita telah membangun sebuah jembatan baru,” kata Dr Geoff Tunnicliffe, Sekjen Aliansi Injili Sedunia. “Dokumen ini adalah prestasi besar,” imbuhnya.
Senada itu, Sekjen Dewan Gereja Dunia berharap agar rekomendasi itu menjadi inspirasi dan kode etik bagi umat kristiani.
“Kami mengirim dokumen ini untuk masing-masing konstituen kami, dengan harapan mereka akan melihat rekomendasi ini sebagai inspirasi untuk merancang kode etik yang relevan dengan konteks khusus mereka sendiri,” kata Pendeta Dr Olav Fykse Tveit, Sekjen Dewan Gereja Dunia.
Sementara itu, Kardinal Jean-Louis Tauran, Presiden Dewan Kepausan untuk Dialog Antar-agama, mengamati bahwa para pemimpin dalam gereja-gereja hari ini memiliki tugas untuk mewartakan iman. Sesuai dengan prinsip ajaran Katolik, Tauran memperingatkan bahwa orang Kristen harus mengatasi konflik agama jika ingin menghadirkan kebenaran dengan cara yang kredibel.
Dengan pedoman itu, ketiga organisasi Kristen terbesar di dunia berharap dapat mengurangi rasa permusuhan dari Islam ataupun agama lain, akibat kegiatan penginjilan.
“Metode tidak pantas dalam mengerjakan tugas-tugas misionaris lewat cara-cara terselubung dan pemaksaan harus ditinggalkan,” bunyi salah satu butir fatwa gereja sedunia. “Pola-pola tersebut mengkhianati Injil dan bisa menyebabkan pihak lain menderita.”
Dewan Gereja Sedunia, Vatikan dan Aliansi Injili Sedunia sepakat bahwa konflik dapat dikurangi, jika umat kristiani yang ingin melakukan penginjilan menempuh cara bersahabat. “Mengedepankan upaya membangun hubungan saling menghormati dan saling percaya dengan semua pihak beragama.” (voa-islam.com)

Tidak ada komentar: