Cari Di Blog Ini

Sabtu, 18 Februari 2012

PERNIKAHAN NABI MUHAMMAD SAW DAN SITI AISYAH I

Seringkali para penghujat Islam dan misionaris memperolok-olok tentang usia siti aisyah dan Nabi Muhammad saw.

dan olok-olokan tersebut membuat tuduhan-tuduhan keji kepada nabi Muhammad saw ..
dasar yang membuat olok-olokan ada pada usia siti Aisyah .. yang ada dibeberapa hadist
maka dalam hal ini perlu sekali memberikan jawaban tentang persoalan ini ..

hampir semua situs internet memakai referensi terjemahan Hadits dalam bahasa Inggris oleh Muhsin Khan, umumnya diambil dari situs http://www.usc.edu/dept/MSA/fundamentals/hadithsunnah/bukhari/ yang tidak menyebutkan seluruh pijat-pijatan periwayatnya, disamping adanya salah cetak.

Kalau saya jadi Anda, saya akan mempelajari referensi-referensi keagamaan seperti ini dalam bahasa originalnya dan jika Anda bisa membaca tulisan Arab, kitab hadits dalam bahasa Arab yang diterjemahkan oleh Muhsin Khan baik pada website maupun pada kitab Shahih Bukhari, Dar ul Arabia Beirut, Book 7 page 50 anda akan menemukan bahwa dari semua narasi pada 8 riwayat (5 Bukhari dan 3 Muslim + 1 Sunan Abu Dawud) yang menceritakan Aisyah menikah ketika berumur 6 tahun semua sumbernya berasal dari 'Urwah, yang mengatakan bahwa cerita itu disampaikan oleh 'Aisyah RA.

Dibawah ini adalah urut-urutan narator 
HR Bukhari
Volume 5, Book 58, Number 236
حدثني فروة بن أبي المغراء حدثنا علي بن مسهر عن هشام عن أبيه عن عائشة رضي الله عنها قالت
http://hadith.al-islam.com/Display/Display.asp?hnum=3605&doc=0&IMAGE =% DA% D1% D6 +% C7% E1% CD% CF% ED% CB
hadatsnaa faruuq bin abilmughraa 'hadatsnaa alii bin mashar' an hisyaam 'an abiihi' an 'Aisyah radhiallahu' anhaa qoolat ... .. dst
Telah bercerita kepadaku Faruq bin Abi Almughiraa 'telah bercerita kepadaku Ali bin Mashar dari Hisyam dari ayahnya (Urwah), dari Aisyah, berkata beliau: ... .. dst
Volume 5, Book 58, Number 238
حدثني عبيد بن إسماعيل حدثنا أبو أسامة عن هشام عن أبيه قال
http://hadith.al-islam.com/Display/Display.asp?hnum=3607&doc=0&IMAGE =% DA% D1% D6 +% C7% E1% CD% CF% ED% CB
hadatsnaa ubaid bin isma'iil hadatsnaa abuu isaamah 'an hisyaam' an abiihi
Telah bercerita kepadaku Ubaid bin Ismail telah bercerita kepadaku Abu Usamah dari Hisyam bin Urwah dari ayahnya (Urwah) berkata ia: .... Dst

Volume 7, Book 62, Number 64
حدثنا محمد بن يوسف حدثنا سفيان عن هشام عن أبيه عن عائشة رضي الله عنه
http://hadith.al-islam.com/Display/Display.asp?hnum=4738&doc=0&IMAGE =% DA% D1% D6 +% C7% E1% CD% CF% ED% CB
hadatsnaa muhammad bin Yuusuf hadatsnaa Sufyaan 'an hisyaam' an abiihi 'an' aisyah ... ..
Telah bercerita kepadaku bin Yusuf telah bercerita kepadaku Sufyan dari Hisyam dari ayahnya (Urwah), dari 'Aisyah: ".... Dst"

Volume 7, Book 62, Number 65
حدثنا معلى بن أسد حدثنا وهيب عن هشام بن عروة عن أبيه عن عائشة
http://hadith.al-islam.com/Display/Display.asp?hnum=4739&doc=0&IMAGE =% DA% D1% D6 +% C7% E1% CD% CF% ED% CB

hadatsnaa mu'allii bin asad telah bercerita kepadaku wahiib 'an hisyaam bin urwah' an abiihi
Telah bercerita kepadaku Mu'allii bin Asad telah bercerita kepadaku Wahib dari Hisyam bin Urwah dari ayahnya (Urwah) dari 'Aisyah: .... dst "
Volume 7, Book 62, Number 88:
ثنا قبيصة بن عقبة حدثنا سفيان عن هشام بن عروة عن عروة
hadatsnaa qobiidhah bin 'Uqbah hadatsnaa Sufyaan' an hisyaam bin 'urwah' an 'urwah
http://hadith.al-islam.com/Display/Display.asp?hnum=4761&doc=0&IMAGE =% DA% D1% D6 +% C7% E1% CD% CF% ED% CB
Telah bercerita kepadaku Qabidhah bin Uqbah telah bercerita kepadaku Sufyan dari Hisyam bin Urwah dari (Urwah): Nabi SAW telah mengawini Aisyah ... .. dst
HR Muslim Book 008, Number 3309:

حدثنا أبو كريب محمد بن العلاء حدثنا أبو أسامة ح و حدثنا أبو بكر بن أبي شيبة قال وجدت في كتابي عن أبي أسامة عن هشام عن أبيه عن
عائشة قالت
http://hadith.al-islam.com/Display/Display.asp?hnum=2547&doc=1&IMAGE =% DA% D1% D6 +% C7% E1% CD% CF% ED% CB
hadatsnaa abuu Kuraib muhammad bin al-ilaa 'hadatsnaa abuu usaamah wa hadatsnaa abu bakr bin abii Syaibah qoola wajadat fii kitaabii' an abii usamah an hiyaam 'an abiihi

Telah bercerita kepadaku Abu Kuraib Muhammad bin 'Ilaaq telah bercerita kepadaku Abu Bakar bin Abu Syaibah kudapati dalam kitabku dari Abu' Usamah, dari Hisyam dari ayahnya (Urwah) dari Aisyah berkata beliau: .... Dst

Book 008, Number 3310:
و حدثنا يحيى بن يحيى أخبرنا أبو معاوية عن هشام بن عروة ح و حدثنا ابن نمير واللفظ له حدثنا عبدة هو ابن سليمان عن هشام عن أبيه عن عائشة قالت تزوجني
http://hadith.al-islam.com/Display/Display.asp?hnum=2548&doc=1&IMAGE =% DA% D1% D6 +% C7% E1% CD% CF% ED% CB
wa hadatsnaa yahyaa bin yahyaa akhbarnaa abuu mu'aawiyah 'an hisyaam bin' urwah wa hadatsnaa ibn namiir wa allafatho lahuu hadatsnaa 'Abdah huwa bin sulaiman' an hisyaam 'an abiihi
Telah bercerita kepadaku Yahya bin Yahya telah mengabarkan padaku Abu Muawiyah dari Hisyam bin Urwah dan mengabarkan padaku Ibnu Namiir dan lafath yang dimilikinya mengabarkan padaku Abdah dia Ibnu Sulaiman dari Hisyam dari ayahnya (Urwah) dari Aisyah berkata beliau: ... dst
Book 008, Number 3311:
و حدثنا عبد بن حميد أخبرنا عبد الرزاق أخبرنا معمر عن الزهري عن عروة عن عائشة
wa hadatsnaa abd bin hamiid akhbarnaa 'abdurrozaaq akhbarnaa Mu'ammar' an azzaharii 'an' urwah 'an' aisyah ...
http://hadith.al-islam.com/Display/Display.asp?hnum=2549&doc=1&IMAGE =% DA% D1% D6 +% C7% E1% CD% CF% ED% CB
Telah bercerita kepadaku 'Abd bin Hamid telah mengabarkan padaku' Abdurrazaaq mengabarkan padaku Mu'ammar dari Az Zahari dari Urwah. dari Aisyah: ... .... dst

Sunan Abu Dawud
Book 41, Number 4915:
حدثنا مسدد حدثنا حماد عن هشام بن عروة عن أبيه عن عائشة قالت
http://hadith.al-islam.com/Display/Display.asp?hnum=4283&doc=4&IMAGE =% DA% D1% D6 +% C7% E1% CD% CF% ED% CB
hadatsnaa misdad hadatsnaa hamaada 'an hisyaam bin' urwah 'an abiihi' an 'aisyah qoolat dst.
Telah bercerita kepadaku Misdad telah bercerita kepadaku Hamada dari Hisyam dari ayahnya (Urwah) dari Aisyah berkata beliau: dst
Tercatat sangat kuat sampai ke Urwah. = Sumber awal soal umur Aisyah hanya dari satu sumber yaitu urwah.

Apakah tidak ada orang lain yang mendengar cerita itu langsung dari Aisyah RA, apakah perkawinan Aisyah hanya disaksikan oleh satu orang Penyaksi yang meriwayatkan perkawinan itu?

dalam hal ini ada sebuah penelitian kritis tentang usia siti aisyah saat melakukan pernikahan dengan nabi Muhamamad SAW yang ditelaah oleh
MAULANA HABIBUR RAHMAN Siddiqui KANDHALAWI (http://www.darulkautsar.com/pemurniansejarah/teks/umreaisyah.htm)

MUKADDIMAH
Semenjak dari dunia sekolah, kita telah membaca dan mendengar bahwa Rasullulah saw menikahi 'Aishah, anak perempuan Abu Bakar, pada saat beliau ra baru berumur enam tahun dan mereka mulai hidup bersama ketika Aishah berumur sembilan tahun. Riwayat ini terdapat dalam kitab-kitab hadis dan para ulama telah menjelaskan bahwa Tanah Arab adalah sebuah tempat yang cuacanya panas, oleh itu anak-anak perempuan di sana meningkat baligh pada usia sebegini.

Kapan kami datang ke Karachi dan menetap di sana kami menemukan orang-orang yang berpendidikan barat, yang secara terbuka menantang bahwa hadits ini bertentangan dengan akal. Kami merasa penat untuk mempertahankan hadits ini. Kami telah melihat beberapa orang yang merasakan masyarakat Inggris lebih baik dibandingkan Islam dengan hanya berdasarkan hadits ini. Beberapa mencemooh Islam, sementara setengah yang lainnya mentertawakan hadits tersebut.Melalui cara yang lebih sopan, sebagian mereka mengatakan bahwa 'sejarah adalah lebih akurat' dan hadis ini dirancang oleh orang-orang Persia. Ada juga beberapa mereka yang lebih berani dengan mengatakan: "Minta maaf tuan. Bukhari telah ditipu, tugas tuan yang sebenarnya sekarang adalah memperbaiki fakta ini "

Inilah sikap mereka yang berpendidikan barat dan pemikiran sebegini tersebar luas sehingga ada yang sanggup mengatakan, "Tuan, nafsu ada batasnya, adalah tidak wajar melampiaskan nafsu dengan anak-anak berumur sembilan tahun". Semoga Allah melindungi kita dari keceluparan ini.

Kita semua adalah orang Islam. Inilah yang kami dengar dan kami mencoba mencari jalan untuk menyelesaikannya. Dalam usaha menemukan jawaban pada permasalahan ini, kami mempelajari sejarah, ilmu salasilah, jarh wa taadil, ilal hadis, biografi perawi dan ugama Syi'ah. Dari penelitian ini, kami menemukan bahwa penipuan terbesar dalam Sejarah Islam dilakukan oleh kaum Syiah. Mereka mengelabui pembohongan ini atas nama sejarah. Kami akan menyajikan bukti kebohongan ini di lembar-lembar yang akan datang, insyaAllah.

Kita membuat usul hadits, biografi perawi, illat hadis dan hadis-hadis palsu dan kami dapati ulama hadis telah membangun benteng yang sangat kokoh untuk membatasi kebanjiran ini sehingga kaum ahli sunnah sendiri tidak suka untuk melihatnya.Ulama-ulama hadis telah menggariskan prinsip-prinsip dan dasar yang cukup berharga untuk kita menilai dan memisahkan setiap yang benar dan yang palsu.

Imam Bukhari telah membangun benteng yang sangat besar untuk membatasi kebanjiran paham Syiah. Motif utama kritik terhadap kitab Shahih Bukhari adalah untuk mendukung gerakan Syiah. Di balik kritik-kritik tersebut, kepercayaan kita terhadap Sahih Bukhari semakin bertambah. Sayangnya tidak banyak orang awam paham hakikat ini, disebabkan dua faktor berikut:

Pertamanya, pada waktu itu, ketika cerita-cerita palsu membanjiri dari segenap penjuru, Imam Bukhari telah berusaha sedaya-upaya untuk menghapus kebohongan dengan penuh minat dan gigih; dan usaha ikhlasnya itu tidak tertandingi siapapun sehingga hari ini. Namun, ia adalah makhluk biasa dan sebagai seorang manusia, mau tak mau melakukan silap dan salah. Dan dengan melakukan kesalahan itu tidaklah sampai dihukum gantung. Lagipun, kesalahan tidak bisa dianggap sebagai suatu kejahatan karena kejahatan adalah suatu perbuatan yang disertai dengan niat dan dan dilakukan dengan sengaja. Dengan kesalahan kecil yang tidak disengaja Imam Bukhari tidak bisa dituduh sebagai penjahat!

Keduanya, Imam Bukhari telah meriwayatkan hadis melalui perantaraan para perawi dan sebagaimana kita maklum perawi-perawi ini bukan maksum. Banyak perawi yang dianggap 'tsiqah' (terpercaya) oleh Imam Bukhari tetapi tidak dianggap 'tsiqah' oleh orang lain. Ini tidak bisa dianggap sebagai kejahatan atau sesat.

Dalam kondisi ini, kami akan mengevaluasi kembali riwayat ini dan di sini kami persembahkan kepada pembaca setelah meneliti semua fakta yang ada. Dalam penelitian ini, kami tidak memihak mana-mana individu atau kelompok tertentu.

Di antara hasil penelitian terpenting dalam judul ini sejauh ini adalah buku berjudul "Umur Aishah" yang ditulis oleh Hakim Niaz Ahmed. Namun, karangan tersebut mengandung terlalu banyak diskusi yang bersifat teknis, menyebabkan ia sulit dipahami oleh pelajar seperti kita.

Kami tidak berencana untuk menulis sebuah buku pada judul ini dan juga kami tidak memiliki cukup waktu untuk itu. Kami hanya ingin mencurahkan ide-ide yang diperoleh selama penelitian itu dalam bentuk catatan singkat.

Timbul satu persoalan apakah mencapai baligh pada usia sebegini hanya terjadi pada Ummul Mu'minin Saidatina 'Aishah ra seorang saja, atau ia adalah suatu yang lazim di Semenanjung Arab. Semua negara yang iklimnya sama atau yang dekat dengan Arab, yaitu wilayah-wilayah yang ada di negara Afrika seperti Libya, Tunisia, Sudan, Maroko dan wilayah Asia yang terletak di zona khatulistiwa atau yang hampir dengan wilayah ini, sebagaimana wilayah Multan, Sukkur, Sibi dan Jacobabad, terkenal dengan cuaca panasnya. Berdasarkan pada kriteria ini, anak-anak perempuan di situ seharusnya telah baligh sewaktu berumur sepuluh atau sebelas tahun; dan di Pakistan hampir 200.000 atau 400.000 kasus atau setidaknya 2.000 atau 4.000 kasus seharusnya terjadi. Di Semenanjung Arab pula pasti tak terhitung jumlahnya kasus seperti ini seharusnya terjadi. Jika tidak ada catatan dalam sejarah tentang peristiwa seperti ini, Anda bisa melihat sendiri tanah Arab yang ada pada hari ini karena tanah Arab masih berada di tempat yang sama. Mekah dan Madinah masih berada di lokasi yang sama dan dalam kondisi yang sama. Tempat-tempat ini tidak beranjak sedikit pun. Sehingga hari ini, iklim di Semenanjung Arab adalah sama sebagaimana seribu lima ratus tahun sebelumnya. Sampai ke hari ini cuaca panas di Mekah memang di ketahui umum. Saya ingin beritahu bahwa saya telah merasakan musim panas di Mekkah pada bulan Maret (waktu di mana ia tidak begitu panas di Asia dan Afrika).

Dibandingkan zaman dahulu, peralatan komunikasi kini mudah dan banyak. Ratusan ribu orang Pakistan bekerja di Tanah Arab, dan banyak dari anggota keluarga mereka tinggal bersama mereka di sana. Namun sampai hari ini, tidak ada orang yang telah mengejutkan kita dengan cerita anak-anak perempuan telah mencapai umur baligh bila sampai di sana. Juga, sampai hari ini tidak orang Pakistan yang bertemu dengan kami dan mengatakan; "Tuan! Saya telah tinggal bersama-sam a isteri dan anak-anak saya di Arab Saudi, dan efek dari iklimnya, anak-anak saya sudah bisa menikah, meskipun usianya baru sembilan tahun. Tuan! Sekarang kami yakin dengan sepenuh hati bahwa Ummul Mu'minin telah mulai hidup bersama suaminya ketika ia berumur sembilan tahun. "

Apapun yang akan kami tulis di sini bukanlah berarti kami menolak hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim tetapi tujuan kami adalah untuk memberikan jawaban kepada musuh-musuh Islam yang telah mencalitkan lumpur ke tubuh mulia Rasullulah saw Adalah jelas bahwa kesucian Rasulullah saw adalah sesuatu yang lebih utama dari perawi-perawi 'Bukhari' dan 'Muslim'. Tanpa mengakui kemuliaan Nabi Muhammad saw, tidak berarti iman dan Islam seseorang.Dan kita tidak diwajibkan untuk menerima semua perawi-perawi 'Bukhari' dan 'Muslim' dan tidak mempengaruhi iman jika kita mempertikaikan (dengan adil) pribadi perawi-perawi tersebut.

Sebagai seorang Muslim, kita yakin bahwa pribadi Rasulullah adalah adalah sangat tinggi dan mulia bahkan lebih tinggi dari yang kita gambarkan. Jika ada riwayat yang bisa menjatuhkan harga diri atau martabat setiap Nabi pun, maka kita harus mencampakkan saja riwayat tersebut.

Kata ini bukannya dari kami. Ulama-ulama hadis telah menggunakan istilah 'campakkan riwayat ini' berulangkali dalam tulisan-tulisan mereka. Mereka melafazkannya setiap kali melihat kesalahan atau cacat meskipun yang amat kecil di dalam suatu riwayat.

Di sini Nabi saw telah digambarkan sebagai seorang yang sangat bernafsu kepada seks. Demi kemuliaan nabi saw ratusan ribu riwayat sebegini harus dilemparkan termasuk riwayat oleh Hisham bin Urwah ini. Kita korbankan seluruh riwayat ini untuk memelihara kemuliaan Nabi saw

Ulama hadis telah menjelaskan bahwa setiap hadits yang berlawanan dengan akal yang sehat dan pengalaman adalah hadits 'maudhu' (rekaan). Malah, Ibn Jauzi telah mengatakan sehingga, jika sesuatu riwayat ditemukan bertentangan dengan 'hikmah' (kebijaksanaan), pasti ia riwayat 'maudhu'; dan diskusi atau penilaian tentang perawi riwayat tersebut adalah sia-sia. Ulama hadis telah menggunapakai metode ini dalam banyak kasus.

Kita juga paham penilaian ulama hadis samada benar atau dustanya seseorang perawi, adalah berdasarkan 'zann' (sangkaan yang kuat). Ini karena, ada kemungkinan bahwa seorang yang kita anggap sebagai benar, mungkin hakikatnya dia adalah seorang pendusta dan mungkin seseorang yang dianggap pendusta adalah sebenarnya bukan pendusta. Tidak harus setiap pendusta akan selalu berbohong dan setiap orang yang benar akan selalu berkata benar.

Para muhaddis akan menghukumkan samada seseorang perawi itu benar, dapat dipercaya atau baik berdasarkan kepada penampilannya atau persaksian dari orang lain. Ini merupakan 'zann' (asumsi mereka yang kuat), namun kemungkinan tetap ada bahwa dia bukan seorang yang benar dan mungkin dia hanya berpura-pura berperilaku baik dan taat. Dan siapa yang diklaim sebagai pendusta, mungkin dia difitnah oleh musuhnya sedang beliau bukanlah seorang pendusta.

Berdasarkan pada alasan inilah, kadang-kadang 'penilaian' di kalangan para ulama hadis terhadap seseorang perawi berbeda. Misalnya, dalam kasus Abdur Razak bin Hamam, beberapa ulama hadis telah mengatakan bahwa beliau adalah seorang yang 'tsiqah' (bisa dipercaya). Yahya bin Main bagaimanapun mengatakan beliau adalah seorang Syiah. Imam Ahmad bin Hanbal pula mengatakan beliau (Abdur Razak) tidak memiliki apa-apa masalah. Yazid bin Zaree'a mengatakan bahwa beliau adalah seorang Syiah Rafidhah, dan beliau mengatakan, "Demi Allah dia adalah lebih dusta dari Waqidi"

Untuk kita, semua ulama hadits ini sangat terhormat dan sangat mulia. Mereka mengeluarkan pendapat berdasarkan pengalaman dan pengamatan masing-masing. Adalah menjadi tanggung jawab kita pula untuk membuat keputusan dengan memilih hanya satu saja dari pendapat yang berbagai itu.

Para ulama hadis ini tidak memiliki alat atau alat yang memberi tahu yang mana benar dan yang mana salah. Jika ada, sudah tentu tidak akan ada perbedaan pendapat di kalangan mereka. Dan, kita sendiri pun tidak memiliki peralatan itu, malahan tidak peralatan seperti itu yang telah tercipta sehingga ke hari ini; suatu alat yang mana dapat membedakan kebenaran dan kebohongan yang dilakukan oleh seseorang yang telah mati!

Jelas dari diskusi ini, bila seorang Muhaddis mengatakan bahwa hadits ini adalah benar atau hadis itu adalah tidak benar, beliau hanya mengemukakan pendapatnya; dan tidak harus pendapatnya tepat. Meskipun seseorang ulama hadits memberi pendapat yang salah, kita tidak bisa mengatakannya sebagai pembohong karena dia tidak berniat melakukan pendustaan tetapi memberi pendapatnya berdasarkan informasi yang ada padanya.

Dalam hal ini, adalah mungkin bahwa seseorang menerima pendapat Imam Ahmad, sementara yang lainnya yang menolak riwayat oleh perawi ini (Abdur Razak bin Hamman), setuju dengan pendapat muhaddis yang lain.

Pembicaraan ini telah menjelaskan metode 'apabila muhaddisin menerima sesuatu hadis adalah sahih, itu adalah pendapat dan pandangan (zann) mereka'. Jika ada seseorang berpendapat sesuatu hadis adalah tepat dan sempurna sebagaimana Al-Quran yang mulia, dan seorang lagi berpendapat sebaliknya, kedua-keduanya, pada pendapat kami adalah salah. Apa yang disebut 'ishque' (cinta) 'adalah suatu kekacauan pikiran. Perbedaannya hanyalah, seseorang cenderung untuk mempercayai semua hal adalah benar, sedangkan yang seorang lagi memiliki kecenderungan untuk mendustakannya. Ada yang selalu menerima apa saja yang diutarakan oleh muhaddis dan ada yang selalu memusuhi mereka. Ada orang yang mendewa-dewakan orang terdahulu sedangkan sebagian lagi tidak suka dikaitkan dengan orang dahulu.

Dalam kedua kondisi ini, semuanya dikatakan 'cinta' (kecenderungan), dan menurut penyair Mirza Ghalib, Penyair Agung Urdu:

'Apa yang orang panggil cinta itu adalah kondisi pikiran yang meracau'

Kita semua tahu tidak yang maksum kecuali nabi-nabi as Orang yang beriman pun tidak terkecuali dari kesalahan atau lupa.Tanggapan yang mengatakan Imam Bukhari dan Imam Muslim atau mana-mana perawi tsiqah tidak melakukan kesalahan atau tidak mungkin terlupa adalah serangan keatas 'kemaksuman' nabi saw Konsep 'maksum' pada seseorang selain nabi-nabi as hanya ada dalam ajaran Syiah, bila mereka mengatakan Imam Dua Belas sebagai maksum. Ironisnya, saudara-saudara kita ahli sunnah menyediakan beratus ribu individu maksum tanpa mereka sadari!

Dengan alasan inilah para ulama hadis menghukumkan beberapa hadis yang diriwayatkan oleh perawi tsiqah sebagai mungkar. Di dalam kitab rijal kita bisa menemukan contoh yang tidak terhitung jumlahnya. Ibnu al-Madini mengatakan tiga riwayat oleh Imam Malik adalah mungkar. Ahmad bin Hanbal telah mengatakan Sufyan bin Uyainah meriwayatkan lebih dari 30 hadits mungkar. Ibn Hazm telah mengatakan riwayat tentang 'mi'raj' yang diriwayatkan Bukhari sebagai 'mungkar'.

Ummul Mu'minin Aisyah ra telah mengkritik beberapa riwayat yang diceritakan oleh para Sahabat ra dan berkata, "Saya tidak mengatakan bahwa mereka berdusta, tetapi seringkali telinga tersilap dengar". Di dalam 'Saheh Bukhari' dan 'Saheh Muslim', ada beberapa riwayat sebegini. Ini menunjukkan bahwa kadang-kadang suatu riwayat mungkin salah walaupun diriwayatkan oleh perawi yang paling tsiqah.

Kondisi ini terjadi karena kadang-kadang seorang perawi itu tidak mendengar sesuatu percakapan dengan sepenuhnya.Terkadang pula perawi itu tersalah dalam memahami maksud sebenarnya sesuatu ucapan. Adakalanya dia terlupa perkataan yang didengarnya. Ummul Mu'minin ra juga ada mengatakan seorang perawi mungkin silap mendengar sesuatu percakapan. Misalnya, kata sebenarnya yang diucapkan adalah "sembilan belas", tetapi perawi itu hanya mendengar kata "sembilan".

Sedangkan para sahabat ra yang mulia pun tidak terlepas dari berbuat salah, meskipun dia Umar, Abu Hurairah ra, dan Ibnu Umar atau tabiin Urwah bin Azzubair dan anaknya Hisham. Dengan mengatakan 'sahabatpun bisa melakukan kesalahan' tidak siapa mengatakan bahwa Ummul Mu'minin Saidatina 'Aishah ra sebagai seorang anti-hadis. Begitulah jika bila kita mengatakan seorang perawi mungkin melakukan kesalahan kita tidak bisa dikatakan sebagai orang yang menolak hadits karena 'menolak hadits' dan 'mengungkapkan kesalahan' adalah dua hal yang berbeda. Dengan kata lain, berdusta adalah suatu kesalahan tetapi kesalahan bukanlah suatu kesalahan.

Berhubung dengan riwayat pada 'umur Aishah saat menikah dengan Rasulullah', kami tidak mengatakan bahwa riwayat dari Hisham bin Urwah di dalam 'Bukhari' dan 'Muslim' itu sebagai hadits Maudhu (rekaan) dan juga kami tidak mengatakan bahwa perawi tersebut seorang pendusta. Sebaliknya, kami berpendapat Hisham telah melakukan kesalahan di dalam riwayat ini dengan menyebut 'sembilan belas' sebagai 'sembilan' dengan tidak disengaja. Kami memiliki banyak argumen untuk mendukung pendapat kami. Jika tidak memiliki apa-apa argumen sekalipun, kami akan tetap mengatakan bahwa hadits ini mungkar karena kami lebih mencintai Rasulullah saw dari perawi-perawi riwayat ini.

Tidak ada komentar: