Seringkali para penghujat Islam dan misionaris memperolok-olok tentang usia siti aisyah dan Nabi Muhammad saw.
dan olok-olokan tersebut membuat tuduhan-tuduhan keji kepada nabi Muhammad saw ..
dasar yang membuat olok-olokan ada pada usia siti Aisyah .. yang ada dibeberapa hadist
maka dalam hal ini perlu sekali memberikan jawaban tentang persoalan ini ..
hampir semua situs internet memakai referensi terjemahan Hadits dalam bahasa Inggris oleh Muhsin Khan, umumnya diambil dari situs http://www.usc.edu/dept/MSA/ fundamentals/hadithsunnah/ bukhari/ yang tidak menyebutkan seluruh pijat-pijatan periwayatnya, disamping adanya salah cetak.
hampir semua situs internet memakai referensi terjemahan Hadits dalam bahasa Inggris oleh Muhsin Khan, umumnya diambil dari situs http://www.usc.edu/dept/MSA/
Kalau saya jadi Anda, saya akan mempelajari referensi-referensi keagamaan seperti ini dalam bahasa originalnya dan jika Anda bisa membaca tulisan Arab, kitab hadits dalam bahasa Arab yang diterjemahkan oleh Muhsin Khan baik pada website maupun pada kitab Shahih Bukhari, Dar ul Arabia Beirut, Book 7 page 50 anda akan menemukan bahwa dari semua narasi pada 8 riwayat (5 Bukhari dan 3 Muslim + 1 Sunan Abu Dawud) yang menceritakan Aisyah menikah ketika berumur 6 tahun semua sumbernya berasal dari 'Urwah, yang mengatakan bahwa cerita itu disampaikan oleh 'Aisyah RA.
Dibawah ini adalah urut-urutan narator
HR Bukhari
Volume 5, Book 58, Number 236
حدثني فروة بن أبي المغراء حدثنا علي بن مسهر عن هشام عن أبيه عن عائشة رضي الله عنها قالت
http://hadith.al-islam.com/ Display/ Display.asp?hnum=3605&doc=0&IMA GE =% DA% D1% D6 +% C7% E1% CD% CF% ED% CB
hadatsnaa faruuq bin abilmughraa 'hadatsnaa alii bin mashar' an hisyaam
'an abiihi' an 'Aisyah radhiallahu' anhaa qoolat ... .. dst
Telah bercerita kepadaku Faruq bin Abi Almughiraa 'telah bercerita
kepadaku Ali bin Mashar dari Hisyam dari ayahnya (Urwah), dari Aisyah,
berkata beliau: ... .. dst
Volume 5, Book 58, Number 238
حدثني عبيد بن إسماعيل حدثنا أبو أسامة عن هشام عن أبيه قال
http://hadith.al-islam.com/ Display/ Display.asp?hnum=3607&doc=0&IMA GE =% DA% D1% D6 +% C7% E1% CD% CF% ED% CB
hadatsnaa ubaid bin isma'iil hadatsnaa abuu isaamah 'an hisyaam' an abiihi
Telah bercerita kepadaku Ubaid bin Ismail telah bercerita kepadaku Abu
Usamah dari Hisyam bin Urwah dari ayahnya (Urwah) berkata ia: .... Dst
Volume 7, Book 62, Number 64
حدثنا محمد بن يوسف حدثنا سفيان عن هشام عن أبيه عن عائشة رضي الله عنه
http://hadith.al-islam.com/ Display/ Display.asp?hnum=4738&doc=0&IMA GE =% DA% D1% D6 +% C7% E1% CD% CF% ED% CB
hadatsnaa muhammad bin Yuusuf hadatsnaa Sufyaan 'an hisyaam' an abiihi 'an' aisyah ... ..
Telah bercerita kepadaku bin Yusuf telah bercerita kepadaku Sufyan dari Hisyam dari ayahnya (Urwah), dari 'Aisyah: ".... Dst"
Volume 7, Book 62, Number 65
حدثنا معلى بن أسد حدثنا وهيب عن هشام بن عروة عن أبيه عن عائشة
http://hadith.al-islam.com/ Display/ Display.asp?hnum=4739&doc=0&IMA GE =% DA% D1% D6 +% C7% E1% CD% CF% ED% CB
hadatsnaa mu'allii bin asad telah bercerita kepadaku wahiib 'an hisyaam bin urwah' an abiihi
Telah bercerita kepadaku Mu'allii bin Asad telah bercerita kepadaku
Wahib dari Hisyam bin Urwah dari ayahnya (Urwah) dari 'Aisyah: .... dst "
Volume 7, Book 62, Number 88:
ثنا قبيصة بن عقبة حدثنا سفيان عن هشام بن عروة عن عروة
hadatsnaa qobiidhah bin 'Uqbah hadatsnaa Sufyaan' an hisyaam bin 'urwah' an 'urwah
http://hadith.al-islam.com/ Display/ Display.asp?hnum=4761&doc=0&IMA GE =% DA% D1% D6 +% C7% E1% CD% CF% ED% CB
Telah bercerita kepadaku Qabidhah bin Uqbah telah bercerita kepadaku
Sufyan dari Hisyam bin Urwah dari (Urwah): Nabi SAW telah mengawini
Aisyah ... .. dst
HR Muslim Book 008, Number 3309:
حدثنا أبو كريب محمد بن العلاء حدثنا أبو أسامة ح و حدثنا أبو بكر بن أبي شيبة قال وجدت في كتابي عن أبي أسامة عن هشام عن أبيه عن
عائشة قالت
http://hadith.al-islam.com/ Display/ Display.asp?hnum=2547&doc=1&IMA GE =% DA% D1% D6 +% C7% E1% CD% CF% ED% CB
hadatsnaa abuu Kuraib muhammad bin al-ilaa 'hadatsnaa abuu usaamah wa
hadatsnaa abu bakr bin abii Syaibah qoola wajadat fii kitaabii' an abii
usamah an hiyaam 'an abiihi
Telah bercerita kepadaku Abu Kuraib Muhammad bin 'Ilaaq telah bercerita
kepadaku Abu Bakar bin Abu Syaibah kudapati dalam kitabku dari Abu'
Usamah, dari Hisyam dari ayahnya (Urwah) dari Aisyah berkata beliau:
.... Dst
Book 008, Number 3310:
و حدثنا يحيى بن يحيى أخبرنا أبو معاوية عن هشام بن عروة ح و حدثنا ابن
نمير واللفظ له حدثنا عبدة هو ابن سليمان عن هشام عن أبيه عن عائشة قالت
تزوجني
http://hadith.al-islam.com/ Display/ Display.asp?hnum=2548&doc=1&IMA GE =% DA% D1% D6 +% C7% E1% CD% CF% ED% CB
wa hadatsnaa yahyaa bin yahyaa akhbarnaa abuu mu'aawiyah 'an hisyaam
bin' urwah wa hadatsnaa ibn namiir wa allafatho lahuu hadatsnaa 'Abdah
huwa bin sulaiman' an hisyaam 'an abiihi
Telah bercerita kepadaku Yahya bin Yahya telah mengabarkan padaku Abu
Muawiyah dari Hisyam bin Urwah dan mengabarkan padaku Ibnu Namiir dan
lafath yang dimilikinya mengabarkan padaku Abdah dia Ibnu Sulaiman dari
Hisyam dari ayahnya (Urwah) dari Aisyah berkata beliau: ... dst
Book 008, Number 3311:
و حدثنا عبد بن حميد أخبرنا عبد الرزاق أخبرنا معمر عن الزهري عن عروة عن عائشة
wa hadatsnaa abd bin hamiid akhbarnaa 'abdurrozaaq akhbarnaa Mu'ammar' an azzaharii 'an' urwah 'an' aisyah ...
http://hadith.al-islam.com/ Display/ Display.asp?hnum=2549&doc=1&IMA GE =% DA% D1% D6 +% C7% E1% CD% CF% ED% CB
Telah bercerita kepadaku 'Abd bin Hamid telah mengabarkan padaku'
Abdurrazaaq mengabarkan padaku Mu'ammar dari Az Zahari dari Urwah. dari
Aisyah: ... .... dst
Sunan Abu Dawud
Book 41, Number 4915:
حدثنا مسدد حدثنا حماد عن هشام بن عروة عن أبيه عن عائشة قالت
http://hadith.al-islam.com/ Display/ Display.asp?hnum=4283&doc=4&IMA GE =% DA% D1% D6 +% C7% E1% CD% CF% ED% CB
hadatsnaa misdad hadatsnaa hamaada 'an hisyaam bin' urwah 'an abiihi' an 'aisyah qoolat dst.
Telah bercerita kepadaku Misdad telah bercerita kepadaku Hamada dari Hisyam dari ayahnya (Urwah) dari Aisyah berkata beliau: dst
Tercatat sangat kuat sampai ke Urwah. = Sumber awal soal umur Aisyah hanya dari satu sumber yaitu urwah.
Apakah tidak ada orang lain yang mendengar cerita itu langsung dari
Aisyah RA, apakah perkawinan Aisyah hanya disaksikan oleh satu orang
Penyaksi yang meriwayatkan perkawinan itu?
dalam hal ini ada sebuah penelitian kritis tentang usia siti aisyah saat
melakukan pernikahan dengan nabi Muhamamad SAW yang ditelaah oleh
MAULANA HABIBUR RAHMAN Siddiqui KANDHALAWI (http://www.darulkautsar.com/ pemurniansejarah/teks/ umreaisyah.htm)
MUKADDIMAH
Semenjak dari dunia sekolah, kita telah membaca dan mendengar bahwa
Rasullulah saw menikahi 'Aishah, anak perempuan Abu Bakar, pada saat
beliau ra baru berumur enam tahun dan mereka mulai hidup bersama ketika
Aishah berumur sembilan tahun. Riwayat ini terdapat dalam kitab-kitab
hadis dan para ulama telah menjelaskan bahwa Tanah Arab adalah sebuah
tempat yang cuacanya panas, oleh itu anak-anak perempuan di sana
meningkat baligh pada usia sebegini.
Kapan kami datang ke Karachi dan menetap di sana kami menemukan
orang-orang yang berpendidikan barat, yang secara terbuka menantang
bahwa hadits ini bertentangan dengan akal. Kami merasa penat untuk
mempertahankan hadits ini. Kami telah melihat beberapa orang yang
merasakan masyarakat Inggris lebih baik dibandingkan Islam dengan hanya
berdasarkan hadits ini. Beberapa mencemooh Islam, sementara setengah
yang lainnya mentertawakan hadits tersebut.Melalui cara yang lebih
sopan, sebagian mereka mengatakan bahwa 'sejarah adalah lebih akurat'
dan hadis ini dirancang oleh orang-orang Persia. Ada juga beberapa
mereka yang lebih berani dengan mengatakan: "Minta maaf tuan. Bukhari
telah ditipu, tugas tuan yang sebenarnya sekarang adalah memperbaiki
fakta ini "
Inilah sikap mereka yang berpendidikan barat dan pemikiran sebegini
tersebar luas sehingga ada yang sanggup mengatakan, "Tuan, nafsu ada
batasnya, adalah tidak wajar melampiaskan nafsu dengan anak-anak berumur
sembilan tahun". Semoga Allah melindungi kita dari keceluparan ini.
Kita semua adalah orang Islam. Inilah yang kami dengar dan kami mencoba
mencari jalan untuk menyelesaikannya. Dalam usaha menemukan jawaban pada
permasalahan ini, kami mempelajari sejarah, ilmu salasilah, jarh wa
taadil, ilal hadis, biografi perawi dan ugama Syi'ah. Dari penelitian
ini, kami menemukan bahwa penipuan terbesar dalam Sejarah Islam
dilakukan oleh kaum Syiah. Mereka mengelabui pembohongan ini atas nama
sejarah. Kami akan menyajikan bukti kebohongan ini di lembar-lembar yang
akan datang, insyaAllah.
Kita membuat usul hadits, biografi perawi, illat hadis dan hadis-hadis
palsu dan kami dapati ulama hadis telah membangun benteng yang sangat
kokoh untuk membatasi kebanjiran ini sehingga kaum ahli sunnah sendiri
tidak suka untuk melihatnya.Ulama-ulama hadis telah menggariskan
prinsip-prinsip dan dasar yang cukup berharga untuk kita menilai dan
memisahkan setiap yang benar dan yang palsu.
Imam Bukhari telah membangun benteng yang sangat besar untuk membatasi
kebanjiran paham Syiah. Motif utama kritik terhadap kitab Shahih Bukhari
adalah untuk mendukung gerakan Syiah. Di balik kritik-kritik tersebut,
kepercayaan kita terhadap Sahih Bukhari semakin bertambah. Sayangnya
tidak banyak orang awam paham hakikat ini, disebabkan dua faktor
berikut:
Pertamanya, pada waktu itu, ketika cerita-cerita palsu membanjiri dari
segenap penjuru, Imam Bukhari telah berusaha sedaya-upaya untuk
menghapus kebohongan dengan penuh minat dan gigih; dan usaha ikhlasnya
itu tidak tertandingi siapapun sehingga hari ini. Namun, ia adalah
makhluk biasa dan sebagai seorang manusia, mau tak mau melakukan silap
dan salah. Dan dengan melakukan kesalahan itu tidaklah sampai dihukum
gantung. Lagipun, kesalahan tidak bisa dianggap sebagai suatu kejahatan
karena kejahatan adalah suatu perbuatan yang disertai dengan niat dan
dan dilakukan dengan sengaja. Dengan kesalahan kecil yang tidak
disengaja Imam Bukhari tidak bisa dituduh sebagai penjahat!
Keduanya, Imam Bukhari telah meriwayatkan hadis melalui perantaraan para
perawi dan sebagaimana kita maklum perawi-perawi ini bukan
maksum. Banyak perawi yang dianggap 'tsiqah' (terpercaya) oleh Imam
Bukhari tetapi tidak dianggap 'tsiqah' oleh orang lain. Ini tidak bisa
dianggap sebagai kejahatan atau sesat.
Dalam kondisi ini, kami akan mengevaluasi kembali riwayat ini dan di
sini kami persembahkan kepada pembaca setelah meneliti semua fakta yang
ada. Dalam penelitian ini, kami tidak memihak mana-mana individu atau
kelompok tertentu.
Di antara hasil penelitian terpenting dalam judul ini sejauh ini adalah
buku berjudul "Umur Aishah" yang ditulis oleh Hakim Niaz Ahmed. Namun,
karangan tersebut mengandung terlalu banyak diskusi yang bersifat
teknis, menyebabkan ia sulit dipahami oleh pelajar seperti kita.
Kami tidak berencana untuk menulis sebuah buku pada judul ini dan juga
kami tidak memiliki cukup waktu untuk itu. Kami hanya ingin mencurahkan
ide-ide yang diperoleh selama penelitian itu dalam bentuk catatan
singkat.
Timbul satu persoalan apakah mencapai baligh pada usia sebegini hanya
terjadi pada Ummul Mu'minin Saidatina 'Aishah ra seorang saja, atau ia
adalah suatu yang lazim di Semenanjung Arab. Semua negara yang iklimnya
sama atau yang dekat dengan Arab, yaitu wilayah-wilayah yang ada di
negara Afrika seperti Libya, Tunisia, Sudan, Maroko dan wilayah Asia
yang terletak di zona khatulistiwa atau yang hampir dengan wilayah ini,
sebagaimana wilayah Multan, Sukkur, Sibi dan Jacobabad, terkenal dengan
cuaca panasnya. Berdasarkan pada kriteria ini, anak-anak perempuan di
situ seharusnya telah baligh sewaktu berumur sepuluh atau sebelas tahun;
dan di Pakistan hampir 200.000 atau 400.000 kasus atau setidaknya 2.000
atau 4.000 kasus seharusnya terjadi. Di Semenanjung Arab pula pasti tak
terhitung jumlahnya kasus seperti ini seharusnya terjadi. Jika tidak
ada catatan dalam sejarah tentang peristiwa seperti ini, Anda bisa
melihat sendiri tanah Arab yang ada pada hari ini karena tanah Arab
masih berada di tempat yang sama. Mekah dan Madinah masih berada di
lokasi yang sama dan dalam kondisi yang sama. Tempat-tempat ini tidak
beranjak sedikit pun. Sehingga hari ini, iklim di Semenanjung Arab
adalah sama sebagaimana seribu lima ratus tahun sebelumnya. Sampai ke
hari ini cuaca panas di Mekah memang di ketahui umum. Saya ingin
beritahu bahwa saya telah merasakan musim panas di Mekkah pada bulan
Maret (waktu di mana ia tidak begitu panas di Asia dan Afrika).
Dibandingkan zaman dahulu, peralatan komunikasi kini mudah dan
banyak. Ratusan ribu orang Pakistan bekerja di Tanah Arab, dan banyak
dari anggota keluarga mereka tinggal bersama mereka di sana. Namun
sampai hari ini, tidak ada orang yang telah mengejutkan kita dengan
cerita anak-anak perempuan telah mencapai umur baligh bila sampai di
sana. Juga, sampai hari ini tidak orang Pakistan yang bertemu dengan
kami dan mengatakan; "Tuan! Saya telah tinggal bersama-sam a isteri dan
anak-anak saya di Arab Saudi, dan efek dari iklimnya, anak-anak saya
sudah bisa menikah, meskipun usianya baru sembilan tahun. Tuan! Sekarang
kami yakin dengan sepenuh hati bahwa Ummul Mu'minin telah mulai hidup
bersama suaminya ketika ia berumur sembilan tahun. "
Apapun yang akan kami tulis di sini bukanlah berarti kami menolak hadis
yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim tetapi tujuan kami
adalah untuk memberikan jawaban kepada musuh-musuh Islam yang telah
mencalitkan lumpur ke tubuh mulia Rasullulah saw Adalah jelas bahwa
kesucian Rasulullah saw adalah sesuatu yang lebih utama dari
perawi-perawi 'Bukhari' dan 'Muslim'. Tanpa mengakui kemuliaan Nabi
Muhammad saw, tidak berarti iman dan Islam seseorang.Dan kita tidak
diwajibkan untuk menerima semua perawi-perawi 'Bukhari' dan 'Muslim' dan
tidak mempengaruhi iman jika kita mempertikaikan (dengan adil) pribadi
perawi-perawi tersebut.
Sebagai seorang Muslim, kita yakin bahwa pribadi Rasulullah adalah
adalah sangat tinggi dan mulia bahkan lebih tinggi dari yang kita
gambarkan. Jika ada riwayat yang bisa menjatuhkan harga diri atau
martabat setiap Nabi pun, maka kita harus mencampakkan saja riwayat
tersebut.
Kata ini bukannya dari kami. Ulama-ulama hadis telah menggunakan istilah
'campakkan riwayat ini' berulangkali dalam tulisan-tulisan
mereka. Mereka melafazkannya setiap kali melihat kesalahan atau cacat
meskipun yang amat kecil di dalam suatu riwayat.
Di sini Nabi saw telah digambarkan sebagai seorang yang sangat bernafsu
kepada seks. Demi kemuliaan nabi saw ratusan ribu riwayat sebegini harus
dilemparkan termasuk riwayat oleh Hisham bin Urwah ini. Kita korbankan
seluruh riwayat ini untuk memelihara kemuliaan Nabi saw
Ulama hadis telah menjelaskan bahwa setiap hadits yang berlawanan dengan
akal yang sehat dan pengalaman adalah hadits 'maudhu' (rekaan). Malah,
Ibn Jauzi telah mengatakan sehingga, jika sesuatu riwayat ditemukan
bertentangan dengan 'hikmah' (kebijaksanaan), pasti ia riwayat 'maudhu';
dan diskusi atau penilaian tentang perawi riwayat tersebut adalah
sia-sia. Ulama hadis telah menggunapakai metode ini dalam banyak kasus.
Kita juga paham penilaian ulama hadis samada benar atau dustanya
seseorang perawi, adalah berdasarkan 'zann' (sangkaan yang kuat). Ini
karena, ada kemungkinan bahwa seorang yang kita anggap sebagai benar,
mungkin hakikatnya dia adalah seorang pendusta dan mungkin seseorang
yang dianggap pendusta adalah sebenarnya bukan pendusta. Tidak harus
setiap pendusta akan selalu berbohong dan setiap orang yang benar akan
selalu berkata benar.
Para muhaddis akan menghukumkan samada seseorang perawi itu benar, dapat
dipercaya atau baik berdasarkan kepada penampilannya atau persaksian
dari orang lain. Ini merupakan 'zann' (asumsi mereka yang kuat), namun
kemungkinan tetap ada bahwa dia bukan seorang yang benar dan mungkin dia
hanya berpura-pura berperilaku baik dan taat. Dan siapa yang diklaim
sebagai pendusta, mungkin dia difitnah oleh musuhnya sedang beliau
bukanlah seorang pendusta.
Berdasarkan pada alasan inilah, kadang-kadang 'penilaian' di kalangan
para ulama hadis terhadap seseorang perawi berbeda. Misalnya, dalam
kasus Abdur Razak bin Hamam, beberapa ulama hadis telah mengatakan bahwa
beliau adalah seorang yang 'tsiqah' (bisa dipercaya). Yahya bin Main
bagaimanapun mengatakan beliau adalah seorang Syiah. Imam Ahmad bin
Hanbal pula mengatakan beliau (Abdur Razak) tidak memiliki apa-apa
masalah. Yazid bin Zaree'a mengatakan bahwa beliau adalah seorang Syiah
Rafidhah, dan beliau mengatakan, "Demi Allah dia adalah lebih dusta dari
Waqidi"
Untuk kita, semua ulama hadits ini sangat terhormat dan sangat
mulia. Mereka mengeluarkan pendapat berdasarkan pengalaman dan
pengamatan masing-masing. Adalah menjadi tanggung jawab kita pula untuk
membuat keputusan dengan memilih hanya satu saja dari pendapat yang
berbagai itu.
Para ulama hadis ini tidak memiliki alat atau alat yang memberi tahu
yang mana benar dan yang mana salah. Jika ada, sudah tentu tidak akan
ada perbedaan pendapat di kalangan mereka. Dan, kita sendiri pun tidak
memiliki peralatan itu, malahan tidak peralatan seperti itu yang telah
tercipta sehingga ke hari ini; suatu alat yang mana dapat membedakan
kebenaran dan kebohongan yang dilakukan oleh seseorang yang telah mati!
Jelas dari diskusi ini, bila seorang Muhaddis mengatakan bahwa hadits
ini adalah benar atau hadis itu adalah tidak benar, beliau hanya
mengemukakan pendapatnya; dan tidak harus pendapatnya tepat. Meskipun
seseorang ulama hadits memberi pendapat yang salah, kita tidak bisa
mengatakannya sebagai pembohong karena dia tidak berniat melakukan
pendustaan tetapi memberi pendapatnya berdasarkan informasi yang ada
padanya.
Dalam hal ini, adalah mungkin bahwa seseorang menerima pendapat Imam
Ahmad, sementara yang lainnya yang menolak riwayat oleh perawi ini
(Abdur Razak bin Hamman), setuju dengan pendapat muhaddis yang lain.
Pembicaraan ini telah menjelaskan metode 'apabila muhaddisin menerima
sesuatu hadis adalah sahih, itu adalah pendapat dan pandangan (zann)
mereka'. Jika ada seseorang berpendapat sesuatu hadis adalah tepat dan
sempurna sebagaimana Al-Quran yang mulia, dan seorang lagi berpendapat
sebaliknya, kedua-keduanya, pada pendapat kami adalah salah. Apa yang
disebut 'ishque' (cinta) 'adalah suatu kekacauan pikiran. Perbedaannya
hanyalah, seseorang cenderung untuk mempercayai semua hal adalah benar,
sedangkan yang seorang lagi memiliki kecenderungan untuk
mendustakannya. Ada yang selalu menerima apa saja yang diutarakan oleh
muhaddis dan ada yang selalu memusuhi mereka. Ada orang yang
mendewa-dewakan orang terdahulu sedangkan sebagian lagi tidak suka
dikaitkan dengan orang dahulu.
Dalam kedua kondisi ini, semuanya dikatakan 'cinta' (kecenderungan), dan menurut penyair Mirza Ghalib, Penyair Agung Urdu:
'Apa yang orang panggil cinta itu adalah kondisi pikiran yang meracau'
Kita semua tahu tidak yang maksum kecuali nabi-nabi as Orang yang
beriman pun tidak terkecuali dari kesalahan atau lupa.Tanggapan yang
mengatakan Imam Bukhari dan Imam Muslim atau mana-mana perawi tsiqah
tidak melakukan kesalahan atau tidak mungkin terlupa adalah serangan
keatas 'kemaksuman' nabi saw Konsep 'maksum' pada seseorang selain
nabi-nabi as hanya ada dalam ajaran Syiah, bila mereka mengatakan Imam
Dua Belas sebagai maksum. Ironisnya, saudara-saudara kita ahli sunnah
menyediakan beratus ribu individu maksum tanpa mereka sadari!
Dengan alasan inilah para ulama hadis menghukumkan beberapa hadis yang
diriwayatkan oleh perawi tsiqah sebagai mungkar. Di dalam kitab rijal
kita bisa menemukan contoh yang tidak terhitung jumlahnya. Ibnu
al-Madini mengatakan tiga riwayat oleh Imam Malik adalah mungkar. Ahmad
bin Hanbal telah mengatakan Sufyan bin Uyainah meriwayatkan lebih dari
30 hadits mungkar. Ibn Hazm telah mengatakan riwayat tentang 'mi'raj'
yang diriwayatkan Bukhari sebagai 'mungkar'.
Ummul Mu'minin Aisyah ra telah mengkritik beberapa riwayat yang
diceritakan oleh para Sahabat ra dan berkata, "Saya tidak mengatakan
bahwa mereka berdusta, tetapi seringkali telinga tersilap dengar". Di
dalam 'Saheh Bukhari' dan 'Saheh Muslim', ada beberapa riwayat
sebegini. Ini menunjukkan bahwa kadang-kadang suatu riwayat mungkin
salah walaupun diriwayatkan oleh perawi yang paling tsiqah.
Kondisi ini terjadi karena kadang-kadang seorang perawi itu tidak
mendengar sesuatu percakapan dengan sepenuhnya.Terkadang pula perawi itu
tersalah dalam memahami maksud sebenarnya sesuatu ucapan. Adakalanya
dia terlupa perkataan yang didengarnya. Ummul Mu'minin ra juga ada
mengatakan seorang perawi mungkin silap mendengar sesuatu
percakapan. Misalnya, kata sebenarnya yang diucapkan adalah "sembilan
belas", tetapi perawi itu hanya mendengar kata "sembilan".
Sedangkan para sahabat ra yang mulia pun tidak terlepas dari berbuat
salah, meskipun dia Umar, Abu Hurairah ra, dan Ibnu Umar atau tabiin
Urwah bin Azzubair dan anaknya Hisham. Dengan mengatakan 'sahabatpun
bisa melakukan kesalahan' tidak siapa mengatakan bahwa Ummul Mu'minin
Saidatina 'Aishah ra sebagai seorang anti-hadis. Begitulah jika bila
kita mengatakan seorang perawi mungkin melakukan kesalahan kita tidak
bisa dikatakan sebagai orang yang menolak hadits karena 'menolak hadits'
dan 'mengungkapkan kesalahan' adalah dua hal yang berbeda. Dengan kata
lain, berdusta adalah suatu kesalahan tetapi kesalahan bukanlah suatu
kesalahan.
Berhubung dengan riwayat pada 'umur Aishah saat menikah dengan
Rasulullah', kami tidak mengatakan bahwa riwayat dari Hisham bin Urwah
di dalam 'Bukhari' dan 'Muslim' itu sebagai hadits Maudhu (rekaan) dan
juga kami tidak mengatakan bahwa perawi tersebut seorang
pendusta. Sebaliknya, kami berpendapat Hisham telah melakukan kesalahan
di dalam riwayat ini dengan menyebut 'sembilan belas' sebagai 'sembilan'
dengan tidak disengaja. Kami memiliki banyak argumen untuk mendukung
pendapat kami. Jika tidak memiliki apa-apa argumen sekalipun, kami akan
tetap mengatakan bahwa hadits ini mungkar karena kami lebih mencintai
Rasulullah saw dari perawi-perawi riwayat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar