Oleh: Badrul Tamam
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb pencipta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang
diutus sebagai rahmat bagi semesta alam. Semoga salam dan shalawat
juga dilimpahkan kepada keluarga dan para sahabatnya, serta siapapun
yang mencintai mereka dengan sebenarnya.
Sesungguhnya kebencian Syi'ah kepada
para sahabat Nabi, khususnya Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah dan lainnya
tidaklah diragukan lagi. Dengan berbagai alasan yang mereka buat-buat,
mereka berani melawan ketetapan Al-Qur'an yang telah jelas-jelas
memuliakan mereka. Al-Qur'an menerangkan bahwa Allah telah meridhai
mereka, menjanjikan surga-Nya bagi mereka, dan menyatakan dengan gamlang
bahwa mereka sebagai umat yang mulia. Allah Ta'ala berfirman,
وَالسَّابِقُونَ
الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ
اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ
وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ
فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
"Orang-orang yang terdahulu lagi
yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan
Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida
kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah dan Allah menyediakan
bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka
kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar." (QS. Al-Taubah: 100)
لَقَدْ
رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ
الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ
عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا
"Sesungguhnya Allah telah ridha
terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di
bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu
menurunkan ketenangan atas mereka dengan memberi balasan kepada mereka
dengan kemenangan yang dekat (waktunya)." (QS. Al-Fath: 18)
Dalam ayat lain, Allah memuji para
sahabat Nabi yang telah masuk Islam sebelum Fathu Makkah, begitu juga
yang masuk Islam sesudahnya. Kemudian Allah menjelaskan bahwa yang masuk
Islam sebelum Fathu Makkah lebih baik dan lebih utama, namun semuanya
dijanjikan kebaikan.
لَا
يَسْتَوِي مِنْكُمْ مَنْ أَنْفَقَ مِنْ قَبْلِ الْفَتْحِ وَقَاتَلَ
أُولَئِكَ أَعْظَمُ دَرَجَةً مِنَ الَّذِينَ أَنْفَقُوا مِنْ بَعْدُ
وَقَاتَلُوا وَكُلًّا وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَى وَاللَّهُ بِمَا
تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
"Tidak sama di antara kamu orang
yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekah).
Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan
(hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada
masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah mengetahui apa
yang kamu kerjakan." (QS. Al-Hadid: 10)
Lebih luas lagi, Allah memuji seluruh
sahabat beliau dari kalangan Muhajirin dan Anshar secara keseluruhan.
Kemudian Dia menjelaskan bahwa orang-orang beriman sesudah mereka adalah
orang-orang yang senantiasa mendoakan kebaikan untuk mereka dan
memintakan ampun untuk mereka. Bukan sebaliknya, yang selalu melaknat
dan mencela mereka di pagi dan sore hari. Allah Ta'ala berfirman:
وَالَّذِينَ
جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا
وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي
قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
"Dan orang-orang yang datang sesudah
mereka (Muhajirin dan Ansar), mereka berdoa: "Ya Tuhan kami, beri
ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu
dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami
terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau
Maha Penyantun lagi Maha Penyayang"." (QS. Al-Hasyr: 10)
Allah telah memilih mereka untuk
menemani Nabi dan utusan-Nya dalam menyebarkan risalah Islam. Mereka
berjuang bersama Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam
dengan mengorbankan jiwa raga sehingga Allah memanggil kembali
utusan-Nya. Dan tidaklah Islam tersebar ke penjuru dunia kecuali juga
melalui mereka. Karenanya sangat pantas setiap orang Islam untuk
mendoakan kebaikan dan memintakan ampun untuk mereka.
Memang di antara mereka ada yang
melakukan kesalahan karena pribadi mereka memang tidak maksum dari dosa.
Tetapi satu hal yang harus diingat bahwa mereka memiliki kebaikan yang
sangat banyak. Bahkan kesabaran dan keteguhannya dalam beriman bersama
Nabi serta menolong beliau sudah cukup untuk menebus kesalahan-kesalahan
tersebut. Karenanya, kesalahan mereka lebih berhak dimaafkan dan
diampuni oleh Allah daripada kesalahan bapak-dan ibu kita. Dan inilah
madhab Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
Hal ini sangat berbeda dengan keyakinan
Aqidah Syi'ah yang menjadikan laknat dan cela atas sahabat sebagai
sarana meningkatkan keimanan yang seolah-olah mereka diciptakan untuk
mencela. Dalam aqidah Syi'ah, mencaci dan menghina sahabat menjadi tiket
utama untuk masuk ke surga. Dan terhadap orang-orang yang mencintai
sahabat Nabi, Syi'ah mengkafirkan dan menghalalkan darahnya.
Keyakinan Aqidah Syi'ah: Menjadikan laknat dan cela atas sahabat sebagai sarana meningkatkan keimanan yang seolah-olah mereka diciptakan untuk mencela.
Ni'matullah al-Jazairi (seorang ulama Syi'ah) dalam kitabnya Al-Anwar al-Nu'maniyah,
II/307 menukilkan sebuah riwayat dari al-Shaduq, ia bertanya kepada Abu
Abdillah, ''Apa pendapat Anda tentang membunuh seorang Nashib (Ahlus
Sunnah)?'' Ia menjawab, "Darahnya halal (boleh membunuhnya), tapi aku
khawatir atas keselamatan kamu. Jika kamu bisa, robohkan dinding atasnya
atau kamu tenggelamkan dia ke dalam air supaya tidak bisa memberikan
kesaksian (yang memberatkan) atasmu, maka lakukanlah." Aku bertanya
lagi, "Apa pendapat Anda dalam hartanya?" Ia menjawab, "Ambillah
hartanya semampumu."
Berikut ini kami nukilkan beberapa keterangan tentang aqidah Syi'ah terhadap para sahabat Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, khususnya Abu Bakar al-Shiddiq, Umarbin Khathab, Utsman bin 'Affan, Ali bin Abi Thalib, dan 'Aisyah radliyallaahu 'anhum dalam kitab-kitab mereka:
1. Muhammad al-Tuursiirkani, dalam kitabnya La-aliul Akhbar, IV/92 menyebutkan doa-doa yang berisi laknat terhadap Abu Bakar, Umar, dan sahabat lainnya serta istri-istri Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam.
"Ya Allah laknatlah Umar, lalu Abu Bakar dan Umar, lalu Ustman dan
Umar, lalu Mu'awiyah dan Umar, lalu Yazid dan Umar, lalu Ibnu Ziyad dan
Umar, lalu Ibnu Sa'ad dan Umar, lalu bala tentaranya dan Umar. Ya Allah,
laknatlah 'Aisyah, Hafshah, Hindun, Ummu Hakam, dan laknatlah
orang-orang yang ridha dengan perbuatan mereka hingga hari kiamat."
2. Ahmad al-Ahsa'i dalam kitabnya al-Raj'ah,
hal. 12, ketika menjelaskan tentang perjalanan Imam Mahdi, bahwa dia
(Imam Mahdi) akan menegakkan had atas Abu Bakar dan Umar serta 'Aisyah.
Dan dikatakan,
فَإِذَا أَتَى الْمَدِيْنَةَ أَخْرَجَ اللاتَ وَالْعُزَّى فَأَخْرَقَهُمَا
"Dan apabila dia memasuki Madinah, dia akan mengeluarkan berhala Lata dan Uzza, lalu membakarnya." (yang dimaksud Lata dan Uzza di sini adalah Abu Bakar dan Umar).
3. Ni'matullah al Jazairi dalam kitabnya al-Anwar al-Nu'maniyah, III/53 menfitnah Abu Bakar radliyallaahu 'anhu telah bersujud kepada berhala.
وَلَا
تَعْجَبْ مِنْ هَذَا الْحَدِيْثِ فَإِنَّهُ قَدْ رُوِيَ فِي الْأَحْبَارِ
الخَّاصَّةِ أَنَّ أَبَا بَكْرٍ كَانَ يُصَلِّي خَلْفَ رَسُوْلِ اللهِ
وَالصَّنَمُ مُعَلَّقٌ فِي عُنُقِهِ، وَسُجُوْدُهُ لَهُ
"Dan janganlah heran dengan hadits ini,
karena sesungguhnya telah diriwayatkan dalam beberapa hadits khusus
bahwa Abu Bakar pernah shalat di belakang Rasulullah sambil mengalungkan
berhala di lehernya, dan sujudnya itu kepada berhala."
4. Ali al-Hara-iri dalam kitabnya Ilzam al-Nashib fii Itsbaat al-Hujjah al-Ghaib, II/266 menyebut Abu Bakar dan Umar sebagai Fir'aun dan Hamman.
"Al-Mufadhall bertanya, 'Wahai tuanku, siapakah Fir'aun dan Hamman itu?' Sang Imam menjawab, 'Abu Bakar dan Umar'."
(Kalau memang ini benar, kenapa
Rasulullah tidak pernah menjelaskan semua ini, padahal beliau dibimbing
oleh wahyu? Apakah para Imam Syi'ah lebih pintar dari Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam.-penulis).
"Al-Mufadhall bertanya, 'Wahai tuanku, siapakah Fir'aun dan Hamman itu?' Sang Imam menjawab, 'Abu Bakar dan Umar'." (dari kitab Syi'ah Ilzam al-Nashib fii Itsbaat al-Hujjah al-Ghaib)
5. Al-Kaf'ami dalam kitabnya al-Mishbah, hal. 552 menyebutkan doa yang berisi laknat terhadap Abu Bakar dan Umar yang dinamakan dengan Doa Shanamai Quraisy (Doa atas dua berhala Quraisy). Dia menyebutkan bahwa doa ini diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib radliyallaahu 'anhu.
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ وَالْعَنْ صَنَمَيْ قُرَيْشٍ
وَجِبْتَيْهَا وَطَاغُوْتَيْهَا وَإِفْكَيْهَا وَابْنَتَيْهِمَا
اللَّذَيْنِ خَالَفَا أَمْرَكَ وَأَنْكَرَ وَحْيَكَ
"Ya Allah limpahkan shalawat untuk
Muhammad dan keluarga Muhammad, dan laknatlah dua berhala Quraiys, dan
kedua jibt dan thaghutnya (maksudnya: syetan yang disembah selain
Allah-Pent), kedua tukang dustanya, dan kedua putrinya yang telah
menyelisihi perintah-Mu dan mengingkari wahyu-Mu.. . . (dan seterusnya yang berisi penghinaan dan laknat atau kutukan atas keduanya).
6. Yusuf al-Bahrani dalam Lu'luah al Bahraini,
yang ditahqiq oleh Sayyid Muhammad Bahr al-'Ulum, hal. 133 menyebutkan
bahwa syaikh/ulama mereka kerjaannya melaknat dan mencaci Syaikhaini
(Abu Bakar dan Umar) serta orang-orang yang mengikuti jalan mereka
dengan terang-terangan. Ini menjadi kegemaran dan kebiasaannya.
7. Al-Majlisi dalam kitabnya Mir'ah al-'Uqul, Juz 26, hal. 488 meneyebutkan riwayat dari Abu Abdillah tentang tafsir QS. Al-Fushilat: 29:
وَقَالَ
الَّذِينَ كَفَرُوا رَبَّنَا أَرِنَا الَّذَيْنِ أَضَلَّانَا مِنَ الْجِنِّ
وَالْإِنْسِ نَجْعَلْهُمَا تَحْتَ أَقْدَامِنَا لِيَكُونَا مِنَ
الْأَسْفَلِينَ
"Dan orang-orang kafir berkata: "Ya
Tuhan kami perlihatkanlah kami dua jenis orang yang telah menyesatkan
kami (yaitu) sebagian dari jin dan manusia agar kami letakkan keduanya
di bawah telapak kaki kami supaya kedua jenis itu menjadi orang-orang
yang hina"."
Dia (Abu Abdillah) berkata, "keduanya." Kemudian berkata, "Dan si fulan adalah syetan."
Maksud perkataan Abu Abdillah,
"keduanya" adalah Abu Bakar dan Umar. Sedangkan "fulan" adalah Umar,
yaitu jin yang disebutkan dalam ayat adalah Umar. Dan dinamakan
dengannya karena dia itu syetan, baik karena dia itu sekutu syetan
karena termasuk anak zina atau dia suka berbuat makar dan menipu
sebagaimana syetan. Ada penafsiran lain, bahwa maksud fulan adalah Abu
Bakar.
(Maka perhatikan dengan seksama, apakah mungkin Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wasallam rela menikahi putri seorang yang memiliki sifat seperti ini? kedustaan Syi'ah sudah tidak bisa dimaafkan lagi,- Redaksi)
8. Al-Majlisi dalam Bihar al Anwar hal
235: menuliskan kalimat laknat atas Abu Bakar dan menggolongkannya
sebagai salah satu Ahli Tabut yang akan kekal dalam kerak api neraka
bersama Fir’aun dan lainnya.
9. Muhammad bin Umar al-Kasyi, dalam kitabnya Rijal al-Kasyi, 61: Dari Abu Ja'far 'alaihis salam, bahwa Muhammad bin Abi Bakar membai'at Ali 'alaihis salam
untuk berlepas diri dari bapaknya karena dia kafir. Dalam riwayat lain
dia (Muhammad bin Abu Bakar) menyatakan bahwa bapaknya di neraka.
10. Muhammad bin Ya'kub al-Kulaini dalam kitabnya al-Ushul min al-Kaafi, kitab al Hujjah,
I/373, hadits no. 4, menukilkan sebuah riwayat yang disandarkan kepada
Abu Abdillah: "Tiga orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada
hari kiamat, tidak akan disucikan, dan bagi mereka adzab yang pedih:
Orang yang mengaku berhak imamah dari Allah yang bukan haknya, dan orang
yang menentang imamah dari Allah, dan orang yang meyakini bahwa mereka
berdua (Abu Bakar dan Umar) termasuk orang Islam."
. . . upaya Taqrib antara Ahlus Sunnah dan Syi'ah tidak mungkin tewujud dengan baik sebelum kaum Syi'ah meninggalkan ajaran batil mereka yang mencaci, mengutuk, dan mengafirkan mayoritas sahabat Nabi . . .
Penutup
Dari kitab-kitab yang menjadi rujukan sekte Syi'ah di atas membuktikan bahwa orang Syi'ah telah mengafirkan sahabat Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wasallam
yang mulia, yaitu Abu Bakar al-Shiddiq dan Umar bin al-Khathab. Mereka
memandang baik perbuatan mencela dan mengutuk serta melaknat keduanya.
Padahal Ahlus Sunnah meyakini keduanya sebagai manusia termulia sesudah
Nabinya. Dengan demikian upaya Taqrib antara Ahlus Sunnah dan
Syi'ah tidak mungkin tewujud dengan baik dan sesuai dengan tuntunan
Al-Qur'an dan Sunnah sebelum kaum Syi'ah meninggalkan ajaran-ajaranya
yang batil, di antaranya mencaci, mengutuk, dan mengafirkan mayoritas
sahabat Nabi, lalu menuju pemahaman Islam yang telah diamalkan Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam dan para sahabatnya. Wallahu Ta'ala A'lam. (PurWD/voa-islam.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar