Oleh Zeenowpathy Kampoengan
Ternyata bilangan yang memenuhi nilai X memenuhi suatu tetapan-tetapan awal mula yang erat kaitannya dengan peribadahan Umat Islam dan sesuai dengan konstruksi alam semesta dimana kita tinggal yaitu Planet Bumi di dalam sistem tatasurya. Koefisien yang muncul dalam persamaan diatas harus memenuhi pengujian bahwa semuanya berjumlah 30 yaitu jumlah Juz al-Qur’an : 10+12+8=30 yang juga menjadi sama dengan nomor ayat QS 27:30 yaitu kalimat Basmalah kedua dari surat ke-27 “Bismilahir ar-Rahmaan ar-Rahiim”.
Selain itu, angka-angka yang dimaksud berkaitan erat dengan konsep-konsep agama Islam yaitu “Iqra”(Qs 96:1) dan “Penyucian Jiwa”(Qs 91:9-10), angka-angka tersebut juga menyiratkan kaitannya dengan tauhid yaitu 12 bilangan sebagai tetapan awal mula yang dapat diekstrak dari QS 48:23 sbb:
a) 2+3=5, 2 pasang sifat (2x2=4) dengan 3 Ism Agung yang menegakkan semua makhluk dan menjadi tajalli Allah.
b) 2+5=7, 7 Asma dan Sifat yang sudah tersingkap, 7 langit bumi, tatanan dan konstruksi tajalli Allah makro maupun mikro. Jumlah ayat surat al-Fatihah yang formal.
c) 4+8=12(5+7=12), 12 huruf tauhid “Laa Ilaaha Illaa Allaah”.
d) 12+5=17, 17 rakaat shalat dengan ketukan 2 rakaat.
e) 17+2=19, jumlah huruf dalam Basmalah yang lahiriah, Allah sebagai al-Wahiid dengan jumlah al-Jumal huruf 19, 19 huruf Haulaqah “Laa Haula Wallaa Quwaata Illa Billah”.
f) 17+5=22, kesempurnaan bentuk berupa lingkaran, maujud dari 2 pasang sifat; menjadi basis angka 4 sebagai angka yang menyatakan Allah dan bayangan kesempurnaan-Nya yaitu Muhammad menjadi rahasia huruf Ha yang menjadi cermin (angka 8).
g) 19+5=24, Basmalah berasal dari 5 Asma dan Sifat sehingga selama periode yang akan ditetapkan sebagai suatu ketukan atau siklus kehidupan, semua makhluk hakikatnya dinaungi oleh rahmat dan kasih sayang Allah semata. Angka 24 juga menyatakan Shibghatallaahi (QS 2:138), yaitu tampilnya Ilmu Pengetahuan Allah secara terus menerus dimana angka 24 diperoleh dari 138-114=24. Kemahapemurahan Allah lah yang menyebabkan semua makhluk itu eksis dan ada. Dan Kemahapemurahan itu tersirat sebagai suatu maujud dari 3 Ism yang muncul sebagai bayangan didalam cermin Ha (8) 3x8=24 yang difirmankan oleh Allah sebagai Celupan Ilahiah “Shibghatallaahi” berupa Allah Yang Maha Berilmu (yaitu tampilnya seluruh Asma dan Sifat), sedangkan unifikasi 3u8 menjadi 30+8=38 atau Laam Ha yang menjadi bayangan atau alam nyata, sebelumnya adalah konstruksi Alif Laam sebagai 1+30=31, jumlahannya adalah 69 sebagai gerak penciptaan yang mulai nyata seperti tersirat dalam surat yang diawali dengan firman Thaa Sin (Qs 27:1) dan akhirnya mengaktualkan sunnatullah (Qs 48:23) sebagai “yang pasti terjadi” yaitu surat al-Haqqaah (QS 69:1). Dengan demikian Alif Laam dan Laam Ha adalah “Allah” yang menjadi “Wujud Absolut” (al-Haqq) dari yang maujud (yang dibangun oleh Wujud Absolut) yaitu alam semesta dan semua isinya (Laam dalam firman-firman yang menyebutkan unifikasi huruf Alif Laam Mim).
h) 12+17=29, jumlah surat dengan huruf-huruf fawatih yang merupakan konstruksi alam gaib yang menutup ke dirinya sendiri seperti tasbih sebagai simbol Kemahakuasaan Allah. 29 orbital alam yang menopang 1 alam nyata sehingga jumlahannya dengan angka 1 adalah nilai al-Jumal huruf Laam sebagai alam semesta dan semua isinya. Angka 1 diatas adalah simbol huruf Mim(40) ditambah dengan yang menegakkan-Nya yaitu angka 1 sebagai Alif, sehingga Laam mencakup Mim sedangkan Mim mencakup Alif; karena itu Laam tanpa Mim tidak akan ada dan Mim tanpa Alif juga menjadi tidak ada, namun Alif sendirian tetap eksis karena Alif tidak tergantung kepada Laam dan Mim. Dengan demikian konstruksinya adalah 1+29+40=70, dalam al-Qur’an kemudian tersirat sebagai QS 29:41 yaitu kiasan bahwa alam semesta adalah seperti sarang laba-laba yang rapuh karena ditegakkan oleh Allah semata (artinya jangan menduakan Allah, jangan syirik). Dengan demikian, kiasan dalam QS 29:41 sebenarnya identik dengan “Alif Laam Mim”. Dapat diperoleh juga dari 10+19=29 sebagai makhluk adalah bayangan (10) kesempurnaan Allah yang dinaungi rahmat dan kasih sayang Allah (Basmalah).
i) 17x5=85, jumlah surat non-fawatih yang menunjukkan aspek peribadahan makhluk. Dapat dimaknai sebagai 5 Asma dan Sifat dibalik cermin Ha (8). Cermin itu tidak lain adalah singhasana Allah Arsy) yaitu qolbu mukminin (QS 40, 85 ayat).
j) 17x3=30+3x7=51, jumlah rakaat shalat wajib dan sunnah
k) 8x5=40, bayangan kesempurnaan yang terbentuk dari Allah yaitu Muhammad sebagai makhluk sempurna, Insan Kamil, al-Mukmin (QS 40) kondisi titik desain optimum dalam semua bentuk penciptaan. Semua ciptaan akan “menjadi” pada posisi optimum sebagai suatu titik desain 4x10 sebagai manifestasi makhluk yang diciptakan sebagai bayangan kesempurnaan Allah. Sama dengan nilai al-Jumal huruf Mim=40.
l) 51+40=91, Alif, Mim, dan Nun atau “Amien” (dengan ya dihilangkan dalam pengucapannya) kunci menuju makrifatullah yaitu surat ke-91 ayat ke-9 dan 10 dengan menyucikan jiwa. Tersingkapnya cahaya rembulan (al-Qamar, QS 54:1) sebagai pantulan dari cahaya matahari (Asy Syam, QS 91). Tabir yang akan menyingkap hakikat penciptaan dan keseimbangan global Al-Aalamin yaitu dengan menyingkap tabir “Basmalah” dengan qolbu (8) dan “Iqra” (91+5=96). Jadi pengertian “Iqra” adalah tersingkapnya tabir “Amien” bahwa manusia itu harus menggunakan Ilmu Pengetahuan Allah yaitu 5 Asma dan Sifat dengan hati yang jernih dan bersih yaitu qolbu yang menjadi cermin karena penyucian jiwa (QS 91:9-10).
m) 8+91=99, Asma Ul Husna, tersingkapnya bayangan Allah (angka 9+1=10) menjadi uarian Asma-asma Allah.
n) 19x6=114 tajalli rahmat dan kasih sayang Allah seutuhnya sebagai tersingkapnya 6 Asma dan Sifat Allah yang maujud sebagai bayangan kesempurnaan berupa an-Naas (QS 114, manusia), yang dinaungi rahmat dan ampunan berupa Basmalah dan maghfirah atau taubat (QS 9) yang menjadi pencerah hakikat penciptaan yaitu manusia yang berpikir dengan “iqra” dan “qolbu”, sehingga eksistensi dirinya tak lebih dari bayangan angka 1 yaitu Allah dengan 6 Asma dan sifat-Nya. Tujuan akhirnya adalah apa yang tersirat dalam Qs 9:128-129.
o) Dari angka-angka diatas, konstruksi 11x12 kemudian dinyatakan dengan 11 angka berikut: 5, 7, 12, 17, 19, 22, 24, 29, 85, 99, 114. Namun konstruksi ini adalah konstruksi suatu sistem kealaman dimana manusia tidak ada didalamnya. Sehingga dalam penguraian selanjutnya konstruksi 12x12 digunakan yaitu dengan menambahkan angka 91 sebagai “kunci makrifat” alias huruf Alif Mim dan Nun (dengan ya dihilangkan) yang sering kita sebut di akhir surah al-Fatihah atau doa-doa menjadi “Amiin” artinya secara harfiah dimaknai “kabulkanlah permohonan kami” namun hakikatnya adalah “bukalah qolbu kami atau jernihkanlah cermin hati kami sehingga kami dapat menyingkap rahasia Basmalah”. Dari ke-12 rangkaian angka sebagai suatu tetapan atau sunnatullah itulah kemudian Basmalah terurai menjadi 6236 ayat dengan konstruksi persamaan sbb: Jumlah Ayat=(1/10)x[12x12x(5+7+12+17+19+22+29+85+99+114)+8] = 6236; Perlu diperhatikan bahwa nilai 91 tidak dimasukkan ke dalam jumlahan angka diatas karena angka 91 hakikatnya adalah sekedar kunci makrifat bagi bayangan Allah (9+1=10), jadi sejatinya ia adalah “tiada” atau “nol”. Angka 91 juga sebenarnya merupakan unifikasi dimana manusia yang mencapai angka 9 sebagai pengetahuan tertinggi harus berendah hati untuk kembali kepada angka 1 atau kembali kepada Allah (91), jika tidak maka ia akan tersesat ke dalam jebakan Iblis yaitu munculnya sifat sombong dan takabur. Demikianlah al-Qur’an sebagai pedoman makhluk di semua alam, alam semesta, dan manusia kemudian berproses dari 11 tetapan universal ini. Tetapan yang muncul kemudian merupakan pengembangan dari 11 angka ini yang kemudian menjadi tetapan peribadahan Umat Islam yaitu shalat 5 waktu dengan 17 rakaat, dan kemudian berkembang menjadi Pengetahuan Ilahiah PI=22/7, kecepatan cahaya, tetapan Planck, tetapan Ridberg ataupun tetapan alam semesta fisikal lainnya sesuai dengan QS 48:23 yang menjadi rahasia “Rabb Al-Aalamin” untuk menciptakan, memelihara, dan mendidik semua makhluk.
dari berbagai sumber
Selain itu, angka-angka yang dimaksud berkaitan erat dengan konsep-konsep agama Islam yaitu “Iqra”(Qs 96:1) dan “Penyucian Jiwa”(Qs 91:9-10), angka-angka tersebut juga menyiratkan kaitannya dengan tauhid yaitu 12 bilangan sebagai tetapan awal mula yang dapat diekstrak dari QS 48:23 sbb:
a) 2+3=5, 2 pasang sifat (2x2=4) dengan 3 Ism Agung yang menegakkan semua makhluk dan menjadi tajalli Allah.
b) 2+5=7, 7 Asma dan Sifat yang sudah tersingkap, 7 langit bumi, tatanan dan konstruksi tajalli Allah makro maupun mikro. Jumlah ayat surat al-Fatihah yang formal.
c) 4+8=12(5+7=12), 12 huruf tauhid “Laa Ilaaha Illaa Allaah”.
d) 12+5=17, 17 rakaat shalat dengan ketukan 2 rakaat.
e) 17+2=19, jumlah huruf dalam Basmalah yang lahiriah, Allah sebagai al-Wahiid dengan jumlah al-Jumal huruf 19, 19 huruf Haulaqah “Laa Haula Wallaa Quwaata Illa Billah”.
f) 17+5=22, kesempurnaan bentuk berupa lingkaran, maujud dari 2 pasang sifat; menjadi basis angka 4 sebagai angka yang menyatakan Allah dan bayangan kesempurnaan-Nya yaitu Muhammad menjadi rahasia huruf Ha yang menjadi cermin (angka 8).
g) 19+5=24, Basmalah berasal dari 5 Asma dan Sifat sehingga selama periode yang akan ditetapkan sebagai suatu ketukan atau siklus kehidupan, semua makhluk hakikatnya dinaungi oleh rahmat dan kasih sayang Allah semata. Angka 24 juga menyatakan Shibghatallaahi (QS 2:138), yaitu tampilnya Ilmu Pengetahuan Allah secara terus menerus dimana angka 24 diperoleh dari 138-114=24. Kemahapemurahan Allah lah yang menyebabkan semua makhluk itu eksis dan ada. Dan Kemahapemurahan itu tersirat sebagai suatu maujud dari 3 Ism yang muncul sebagai bayangan didalam cermin Ha (8) 3x8=24 yang difirmankan oleh Allah sebagai Celupan Ilahiah “Shibghatallaahi” berupa Allah Yang Maha Berilmu (yaitu tampilnya seluruh Asma dan Sifat), sedangkan unifikasi 3u8 menjadi 30+8=38 atau Laam Ha yang menjadi bayangan atau alam nyata, sebelumnya adalah konstruksi Alif Laam sebagai 1+30=31, jumlahannya adalah 69 sebagai gerak penciptaan yang mulai nyata seperti tersirat dalam surat yang diawali dengan firman Thaa Sin (Qs 27:1) dan akhirnya mengaktualkan sunnatullah (Qs 48:23) sebagai “yang pasti terjadi” yaitu surat al-Haqqaah (QS 69:1). Dengan demikian Alif Laam dan Laam Ha adalah “Allah” yang menjadi “Wujud Absolut” (al-Haqq) dari yang maujud (yang dibangun oleh Wujud Absolut) yaitu alam semesta dan semua isinya (Laam dalam firman-firman yang menyebutkan unifikasi huruf Alif Laam Mim).
h) 12+17=29, jumlah surat dengan huruf-huruf fawatih yang merupakan konstruksi alam gaib yang menutup ke dirinya sendiri seperti tasbih sebagai simbol Kemahakuasaan Allah. 29 orbital alam yang menopang 1 alam nyata sehingga jumlahannya dengan angka 1 adalah nilai al-Jumal huruf Laam sebagai alam semesta dan semua isinya. Angka 1 diatas adalah simbol huruf Mim(40) ditambah dengan yang menegakkan-Nya yaitu angka 1 sebagai Alif, sehingga Laam mencakup Mim sedangkan Mim mencakup Alif; karena itu Laam tanpa Mim tidak akan ada dan Mim tanpa Alif juga menjadi tidak ada, namun Alif sendirian tetap eksis karena Alif tidak tergantung kepada Laam dan Mim. Dengan demikian konstruksinya adalah 1+29+40=70, dalam al-Qur’an kemudian tersirat sebagai QS 29:41 yaitu kiasan bahwa alam semesta adalah seperti sarang laba-laba yang rapuh karena ditegakkan oleh Allah semata (artinya jangan menduakan Allah, jangan syirik). Dengan demikian, kiasan dalam QS 29:41 sebenarnya identik dengan “Alif Laam Mim”. Dapat diperoleh juga dari 10+19=29 sebagai makhluk adalah bayangan (10) kesempurnaan Allah yang dinaungi rahmat dan kasih sayang Allah (Basmalah).
i) 17x5=85, jumlah surat non-fawatih yang menunjukkan aspek peribadahan makhluk. Dapat dimaknai sebagai 5 Asma dan Sifat dibalik cermin Ha (8). Cermin itu tidak lain adalah singhasana Allah Arsy) yaitu qolbu mukminin (QS 40, 85 ayat).
j) 17x3=30+3x7=51, jumlah rakaat shalat wajib dan sunnah
k) 8x5=40, bayangan kesempurnaan yang terbentuk dari Allah yaitu Muhammad sebagai makhluk sempurna, Insan Kamil, al-Mukmin (QS 40) kondisi titik desain optimum dalam semua bentuk penciptaan. Semua ciptaan akan “menjadi” pada posisi optimum sebagai suatu titik desain 4x10 sebagai manifestasi makhluk yang diciptakan sebagai bayangan kesempurnaan Allah. Sama dengan nilai al-Jumal huruf Mim=40.
l) 51+40=91, Alif, Mim, dan Nun atau “Amien” (dengan ya dihilangkan dalam pengucapannya) kunci menuju makrifatullah yaitu surat ke-91 ayat ke-9 dan 10 dengan menyucikan jiwa. Tersingkapnya cahaya rembulan (al-Qamar, QS 54:1) sebagai pantulan dari cahaya matahari (Asy Syam, QS 91). Tabir yang akan menyingkap hakikat penciptaan dan keseimbangan global Al-Aalamin yaitu dengan menyingkap tabir “Basmalah” dengan qolbu (8) dan “Iqra” (91+5=96). Jadi pengertian “Iqra” adalah tersingkapnya tabir “Amien” bahwa manusia itu harus menggunakan Ilmu Pengetahuan Allah yaitu 5 Asma dan Sifat dengan hati yang jernih dan bersih yaitu qolbu yang menjadi cermin karena penyucian jiwa (QS 91:9-10).
m) 8+91=99, Asma Ul Husna, tersingkapnya bayangan Allah (angka 9+1=10) menjadi uarian Asma-asma Allah.
n) 19x6=114 tajalli rahmat dan kasih sayang Allah seutuhnya sebagai tersingkapnya 6 Asma dan Sifat Allah yang maujud sebagai bayangan kesempurnaan berupa an-Naas (QS 114, manusia), yang dinaungi rahmat dan ampunan berupa Basmalah dan maghfirah atau taubat (QS 9) yang menjadi pencerah hakikat penciptaan yaitu manusia yang berpikir dengan “iqra” dan “qolbu”, sehingga eksistensi dirinya tak lebih dari bayangan angka 1 yaitu Allah dengan 6 Asma dan sifat-Nya. Tujuan akhirnya adalah apa yang tersirat dalam Qs 9:128-129.
o) Dari angka-angka diatas, konstruksi 11x12 kemudian dinyatakan dengan 11 angka berikut: 5, 7, 12, 17, 19, 22, 24, 29, 85, 99, 114. Namun konstruksi ini adalah konstruksi suatu sistem kealaman dimana manusia tidak ada didalamnya. Sehingga dalam penguraian selanjutnya konstruksi 12x12 digunakan yaitu dengan menambahkan angka 91 sebagai “kunci makrifat” alias huruf Alif Mim dan Nun (dengan ya dihilangkan) yang sering kita sebut di akhir surah al-Fatihah atau doa-doa menjadi “Amiin” artinya secara harfiah dimaknai “kabulkanlah permohonan kami” namun hakikatnya adalah “bukalah qolbu kami atau jernihkanlah cermin hati kami sehingga kami dapat menyingkap rahasia Basmalah”. Dari ke-12 rangkaian angka sebagai suatu tetapan atau sunnatullah itulah kemudian Basmalah terurai menjadi 6236 ayat dengan konstruksi persamaan sbb: Jumlah Ayat=(1/10)x[12x12x(5+7+12+17+19+22+29+85+99+114)+8] = 6236; Perlu diperhatikan bahwa nilai 91 tidak dimasukkan ke dalam jumlahan angka diatas karena angka 91 hakikatnya adalah sekedar kunci makrifat bagi bayangan Allah (9+1=10), jadi sejatinya ia adalah “tiada” atau “nol”. Angka 91 juga sebenarnya merupakan unifikasi dimana manusia yang mencapai angka 9 sebagai pengetahuan tertinggi harus berendah hati untuk kembali kepada angka 1 atau kembali kepada Allah (91), jika tidak maka ia akan tersesat ke dalam jebakan Iblis yaitu munculnya sifat sombong dan takabur. Demikianlah al-Qur’an sebagai pedoman makhluk di semua alam, alam semesta, dan manusia kemudian berproses dari 11 tetapan universal ini. Tetapan yang muncul kemudian merupakan pengembangan dari 11 angka ini yang kemudian menjadi tetapan peribadahan Umat Islam yaitu shalat 5 waktu dengan 17 rakaat, dan kemudian berkembang menjadi Pengetahuan Ilahiah PI=22/7, kecepatan cahaya, tetapan Planck, tetapan Ridberg ataupun tetapan alam semesta fisikal lainnya sesuai dengan QS 48:23 yang menjadi rahasia “Rabb Al-Aalamin” untuk menciptakan, memelihara, dan mendidik semua makhluk.
dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar