VII. PENUTUPJangan percaya Ahli Kitab…!
tapi jangan kau ingkari…!
ARUS BALIK
Saat mau menulis buku ini kami mendapat nasehat dari seorang Kyai, dengan sebuah hadits yang sering diucapkan para ulama’ :
|
Jangan percaya ahli kitab, dan jangan mengingkari mereka.
Pesan
pertama ini agak sulit kami cerna, karena di satu sisi tidak boleh
mempercayai mereka tapi di sisi lain tidak boleh mengingkari mereka.
Setelah melihat realitas yang ada di depan mata, kami baru memahami isi
pesan tersebut. Yaitu bersikap tegas terhadap propaganda yang
menyesatkan umat. Sebagaimana yang diingatkan oleh Allah pada awal-awal
surat al-Qur’an.
|
Orang-orang
Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu sehingga kamu
mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah
petunjuk (yang sebenarnya) “. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti
kemauan mereka setelah pengetahan datang kepadamu, maka Allah tidak
lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.
Peringatan
al-Qur’an ini dibarengi dengan alasan-alasan di dalam surat al-Baqarah
kemudian Ali Imran hingga al-Maidah, yang telah kita singgung pada
awal buku ini. Kemudian pada surat-surat terakhir dari al-Qur’an kita
diperingati lagi dengan ayat yang sangat tegas dan yang mengarah pada
sikap praktis, yaitu di surat Al-Kafirun.
Katakanlah: “Hai orang-orang kafir!”
aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah
Dan kamu bukan penyembah Ilah yang aku sembah
Dan
aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah dan kamu tidak
pernah (pula) menjadi penyembah Ilah yang aku sembah
Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku
Tidak
ada kompromi untuk masalah akidah tauhid sekecil apapun. Namun
demikian kita juga tidak boleh mengingkari keberadaan mereka. Sebab
mereka adalah makhluq Allah juga. Al-Qur’an sendiri melarang sikap
membenci dan memusuhi umat lain, sebagaimana firman Allah Swt. berikut
ini :
“Dan
jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka
bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya
mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya”. (Yunus, 99).
Namun
begitu kita tidak boleh hanya berhenti di sini saja. Sebab risalah
tauhid harus disebarkan, hanya caranya bukan dengan kebencian dan
permusuhan. Cara-cara hantam kromo sudah ketinggalan jaman, tapi
mestinya dengan strategi terencana. Rasulullah selalu menggunakan
pentahapan dalam dakwahnya. Berhasil atau tidak tergantung kehendak
Allah, tapi usaha kita itulah yang akan dinilai, bukan hasilnya.
Nasehat
Rasulullah yang menempatkan kita pada posisi ditengah (tidak menerima
dan tidak menolak), adalah nasehat untuk berhati-hati dan teliti
-lazimnya posisi tengah diantara dua hal yang bersebrangan-, maka dalam
kajian lintas agama sikap hati-hati dan teliti harus dikedepankan
dengan mengacu pada rambu-rambu seperti “bagimu agamamu dan bagiku
agamaku”. Jika rambu-rambu itu terlanggar maka kita wajib bertanya
kepada hati kita sendiri, adakah ilmu dari kajian itu membawa kita pada
kedekatan kepada Allah atau malah menjauhkan
diri kita dariNya, jika yang kedua yang terjadi maka lebih baik kita
berhenti sampai Allah menunjukkan jalan yang lebih baik. Hati tidak
akan bohong, Rasulullah bahkan mengulang tiga kali dalam menasehati
kita agar selalu bertanya pada hati.
Setelah itu beliau mengomentari buku Dr. Robert Morey
: “Kamu harus jawab, -beliau berhenti sebentar- tapi kalau kamu jawab
kamu sudah kalah”. Nasehat yang kedua ini tambah sulit dicerna, sampai
kami melihat ramainya perdebatan buku the Islamic Invasion di internet.
Ternyata buku tersebut telah disebarkan dalam beberapa bahasa, buku
yang senada berjudul “Islam Unveiled” malah sudah diterbitkan
Paramadina dengan nama pengarang yang hampir sama Robert Spencer. Buku
yang kedua ini lebih argumentatif sehingga mungkin akan dilirik
akademisi. Buku-buku lainnya yang senada juga banyak bahkan dijual
bebas dipinggir jalan dengan harga yang sangat murah. Di sini kami baru
memahami pesan agar kita melihat apa yang tersirat dari yang tersurat.
Melihat gencarnya propaganda yang semacam, maka jika hanya terpaku pada
kedua buku tersebut – juga mungkin propaganda-propaganda lain- maka
secara tidak langsung kita sudah kalah.
Saat
ini dunia Islam secara umum sedang ditampar, difitnah bahkan diinvasi
secara kejam. Sensitifitas masyarakat modern tentu saja menolak prilaku
arogan negara-negara yang mayoritas Kristen tersebut, untuk meredam
kemarahan masyarakat International maka dibuatlah isu anti semit Arab
dan Islam dengan membonceng agama pagan untuk mengatakan orang lain
pagan. Pengaruh kepada masyarakat umum, tidak kami sorot disini, yang
penting justru pengaruh terhadap umat Islam itu sendiri. Mari kita
melihat sebentar :
-
Setelah invasi yang mereka lakukan, umat muslim dituduh rasis imperialis? Jika umat muslim hanyut maka sikap `toleran-lugu’ yang akan ditunjukkan dengan segala dalil dari al-Qur’an dan hadits tentang kasih sayang, kemudian menyimpan seluruh ayat yang menyuruh kita bertindak adil dan memerangi kedzaliman. Dengan alasan yangsama, menghindari sensitifitas modern yang dipraktekkan dengan standar ganda.
-
Umat Islam dituduh pagan. Tuhan umat muslim, bukanlah Tuhan masyarakat barat agar masyarakat international membenarkan tindakan mereka. Sementara itu umat muslim sibuk mencari jawaban.
-
Setelah itu seluruh isi tong sampah kebencian orientalisme yang pada masa lalu sudah terkubur dibuka kembali untuk disuguhkan kepada umat Muslim -kajian orientalis yang tidak objektif jumlahnya ribuan-. Kalaupun banyak orientalis yang sudah menulis secara jujur, tapi dengan dibukanya kembali sampah kebencian itu, sedikit banyak berpengaruh pada keimanan umat Islam.
-
Kalau tidak disikapi secara proporsional umat muslim akan segera menunjukkan sikap menyerahnya, agar tidak terkena dampak sensitifitas modern, yang mungkin berpengaruh bagi umat muslim yang sudah terkotak-kotak. Kata “teroris” sudah menghilangkan sekian banyak nyawa umat, menghancurkan keimanan sekian juta umat, yang takut tidak diberi pinjaman. Itulah hebatnya isu yang diterapkan dengan standar ganda.
-
Rasulullah dihujat, agar umatnya ragu, sehingga ajarannya dilupakan.
-
Al-Qur’an yang merupakan urat nadi dunia Islam disudutkan dan dimanipulasi agar umat muslim ragu untuk menggunakan pusaka andalannya.
-
Hadits dan riwayat kehidupan nabi didistorsi dan dimanipulasi agar umatnya ragu menggunakan wasiat kedua dari Nabinya.
-
Hati nurani, dan cara pandang umat muslim dikekang dengan isu-isu pluralisme yang tidak ditempatkan pada tempatnya. Sekali lagi, karena takut sensitivitas masyarakat modern.
Maka kalau kita hanya bisa menjawab saja, berarti kita sudah kalah. Oleh sebab itu jangan terjebak dengan isu dan isme yang
berstandar ganda. Jawaban materi tetap perlu tapi jawaban sikap lebih
dibutuhkan. Maka kalau mereka bilang Islam mengajarkan jihad? Ya, untuk
melawan arogansi seperti yang mereka lakukan. Islam mengajarkan kasih
sayang? Ya, karena sejak dulu umat muslim bisa berdampingan dengan
siapa saja. Justru barat yang tidak bisa, lihat saja umat Yahudi pun
pernah mengalami kekejaman masyarakat pagan ini. Dalam hal ini agama
hanya mereka jadikan alat. Tidak ada minoritas yang tertindas dinegara
mayoritas muslim, tapi justru sebaliknya.
Propaganda
menyesatkan seringkali disampaikan secara tersamar, kata-kata
toleransi, hak-hak azasi bahkan yang menyangkut akidah seperti istilah
pluralisme serta isme-isme lain menjadi senjata ampuh untuk menyesatkan
umat Islam.. Untuk meruntuhkan kultur budaya Islami mereka menggunakan
senjata “toleransi” yang diartikan sepihak. Nama dan istilah – sekali
lagi- bisa menjadi momok yang sangat membahayakan tidak hanya akidah
dan ajaran tapi bahkan menyerang umat Islam secara fisik. Sayangnya
umat kita sendiri terperosok dengan sensitivitas modern yang diartikan
ganda. Dengan seenaknya satu negara dihancurkan hanya bermodal kata
“teroris” padahal tanahnya dirampas dan dijajah, warganya dikekang dan
nyawanya selalu terancam. Keahlian memanipulasi yang tidak dapat
disaingi oleh bangsa manapun. Jadi siapa sebenarnya yang rasis? Siapa
sebenarnya yang intoleran? Siapa sebenarnya yang imperialis? Siapa
sebenarnya yang TERORIS ?
Toleransi
dan keterbukaan umat Muslim yang -kadang terkesan lugu- seringkali
dijadikan sasaran ketidak adilan, dan tindakan sewenang-wenang umat
lain. Lebel “teroris” kini dengan segala cara ditempelkan dikening umat
Muslim bahkan dengan alasan yang sangat dibuat-buat, apalagi yang
dianggap menghambat jalannya `perekrutan’ anggota keagamaan umat lain.
Di Indonesia sendiri, setiap ada hajat nasional umat Muslim lebih dulu
kena getahnya, entah pembunuhan karakter atau pembunuhan fisik (isu
santet, teroris, konflik di daerah dll), memang benar Muslim Indonesia
adalah mayoritas sehingga kesalahan individu dan kelompok kecil dari
komunitas yang mayoritas ini mungkin saja terjadi, namun demikian jika
memang arahnya adalah nasionalisme maka kata dan istilah yang
menyudutkan agama tertentu tidak perlu dipakai. Anehnya jika ada ide
dan usulan dari kelompok Muslim yang walaupun untuk kepentingan
nasional -seperti undang-undang- segera saja istilah nasionalisme
mengganjal aspirasi tersebut. Bukankah ini standar ganda?
Dalam buku The Islamic Invasion halaman 9 (Bab . Pendahuluan), Robert Morey
menyebut tentang perkembangan Agama Islam di Eropa Barat, Britania
Raya, Irlandia Utara, Australia, Amerika Utara dan Amerika Serikat yang
amat pesat, dengan penuturannya antara lain:
-
Contohnya, di Perancis dan Jerman jumlah orang Muslim telah berjuta juta.
-
Di Inggris keadaannya sungguh mengejutkan, disana lebih banyak orang-orang Muslim dari pada orang-orang Metodis bahkan jumlah seluruh umat Muslim di Inggris lebih banyak dari pada orang Kristen Injili. Didanai oleh uang dari hasil sumber minyak Arab yang berlimpah-limpah, orang-orang Muslim membeli gerejagereja Anglikan yang terbengkalai dan memodifikasinya menjadi masjid-masjid sedemikian rupa sehingga kaum Muslim di sana mendeklarasikan bahwa Inggris akan menjadi negara Islam pertama di Eropa.
-
Dalam karya wisata yang kami laksanakan musim gugur 1989, kami melihat bahwa di semua kota-kota besar di Australia terdapat masjid-masjid besar, bahkan di negara bagian Victoria, orang Muslim lebih banyak dari pada orang Kristen gereja Baptis.
-
Di, Amerika Utara terdapat lebih dari 4 juta orang Muslim. Beberapa peneliti menyatakan bahwa jumlah orang Muslim di Amerika Utara lebih banyak dari pada orang Yahudi sehingg menempatkan Islam sebagai agama ke- 2 (dua) terbesar di Amerika Serikat dan Kanada.
-
Lebih dari 500 pusat-pusat kajian telah di bangun di Amerika Serikat.
2/3 (dua per tiga) orang Islam Amerika berasal dari keturunan Arab, sementara yang 1/3 (satu per tiga) terdiri dari berbagai sekte Muslim berkulit hitam.
Saat ini secara resmi jumlah Muslim di Amerika Serikat, lebih banyak dari pada anggota gereja Episcopal.
Pembaca yang budiman. Demikian tadi uraian Robert Morey. Dalam hal ini kami sependapat dengan Robert Morey bahwa perkembangan Islam di dunia, sangat pesat.
Untuk
mendukung pendapat tersebut kami tampilkan data hasil penelitian
perkembangan agama-agama di dunia selama 50 tahun yaitu dari tahun 1934
sampai dengan tahun 1984, yang dilakukan oleh Keith W Stump; sebagai
berikut:1)
A. Agama-agama yang grafik pekembangannya naik, adalah:
1. Protestan, naik 57%
2. Budha, naik 63%
3. Katholik, naik 70%
4. Hindu, naik 117%
5. Sinto, naik 152%
6. Islam, naik 235%
B. Agama-agama yang grafik perkembangannya turun, adalah :
1. Yahudi, turun 4%
2. Kong Hu Chu, turun 13%
3. Kristen Otodox, turun 36%
Menurut Robert Morey, orang-orang Islam di Inggris mendeklarasikan bahwa Inggris akan menjadi negara Islam pertama di Eropa.
Seyogyanya Robert Morey
mengetahui bahwa. sesungguhnya lebih setengah abad yang lalu telah ada
orang yang meramalkan bahwa Islam bakal diterima oleh masyarakat
Eropa. Siapakah orang itu ? Dia adalah George Bernard Shaw (1856 –
1950), pujangga dan ahli sosialisme di Inggris. Inilah yang dia
katakan:2)
“Seperti
Napoleon, sayapun lebih suka akan ajaran Muhammad. Saya yakin bahwa
seluruh emperium Inggris akan berakhir abad ini. Pribadi Muhammad
sangat agung. Saya kagumi dia dan saya menganut Muhammad dalam
pandangan hidupnya. Selain saya menjunjung agama yang dibawa Muhammad
setinggitingginya karena gaya hidup yang mengagumkan dari agama itu.
Itulah
satu-satunya agama yang nampak memiliki kesanggupan yang sesttai
dengan fase – fase yang berubah – ubah yang dapat menempatkan dirinya
pada setiap masa.
Tidak
ragu lagi bahwa dunia akan memberikan penilaian tinggi tentang ramalan
orang besar seperti saya. Saya telah meramalkan bahwa agama yang
dibawa Muhammad patut diterima oleh Eropa sekarang.
Gereja
– gereja Kristen pada zaman abad pertengahan, karena kejahilan dan
kebodohannya, menggambarkan Islam dalam warna yang paling gelap. Memang
mereka dilatih untuk membenci Muhammad dan agamanya. Bagi mereka,
Muhammad adalah dajjal. Saya telah mempelajari dia (Muhammad), dia
adalah seorang laki-laki yang menakjubkan, jauh daripada dajjal. Dia
yang seharusnya disebut juruselamat umat manusia yang terbesar.
Saya
yakin bahwa apabila orang seperti dia memegang pucuk pimpinan dunia
modern sekarang ini, dia akan membawa kedamaian dan kebahagiaan yang
sangat dihajatkan.”
Namun
demikian kenaikan dan penurunan angka pemeluk suatu agama, khususnya
dalam Islam, bukan suatu hal yang harus dibanggakan, apalagi
dipaksakan. Kekuasaan dan Kemulyaan Allah tidak bergantung kepada
banyak dan tidaknya orang yang beriman, sebab keimanan akan kembali
kepada manusia itu sendiri. Iman itulah yang akan menyelamatkan manusia, baik di dunia maupun di akhirat.
Buku The Islamic Invasion
serta buku-buku lain sejenisnya, yang menyerang akidah Islam dengan
sangat keras dan tanpa bukti, memang agak aneh jika muncul pada saat
banyak orientalis mulai menulis secara objektif tentang Islam. Kita
tidak tahu secara pasti, apakah kemunculan buku-buku semacam ini
sekedar propaganda pasca penyerangan ke Irak oleh Amerika dan kroninya,
ataukah hanya untuk menyibukkan umat Islam, ataukah bentuk
keputus-asaan akibat ketakutan kehilangan jamaat, yang ditakutkan lari
kepada ajaran lain. Kita tidak tahu mana alasan yang benar, hanya yang
pasti umat Muslim harus pandai menyikapi tindak kedzaliman dengan sikap
bijaksana, setidaknya menjadi cambuk dan penyadar agar umat ini segera
bangun dari tidur yang berkepanjangan.
Dengan
menjadikan ketidak adilan yang diterima sebagai cambuk untuk bangkit,
maka kita bisa bersikap dengan bijaksana. Kebangkitan tidak perlu kita
tunggu dari para pemimpin. Bangun tidur dilakukan oleh setiap individu
dengan mengasah kembali kepedulian sosial dan kepedulian akan umat.
Sebab kata nabi bahwa seseorang yang tidak memperhatikan nasib kaum
Muslimin bukanlah dari mereka. Nasib bangsa juga ditentukan oleh
individu, minimal melalui suara. Dari individu merebak kekeluarga
hingga masyarakat sekitar, kemudian meluas, semampu-mungkin. Dengan
begitu, minimal persaudaraan akan tercapai, sebab kepedulian akan
mengesampingkan egoisme individu yang dapat merusak persaudaraan karena
merasa lebih benar dari yang lain.
Orang
boleh tertawa jika ada yang mengajak kembali kepada al-Qur’an dan
hadits untuk mengatasi kesulitan umat, tapi mencibir tanpa bisa
membuktikan hanyalah kesombongan tanpa dasar. Al-Qur’an dan hadits
tidak hanya berlaku pada masa Rasulullah Saw. saja. Kinipun di dalamnya
masih banyak yang belum tereksplorasi, tapi lagi-lagi kita berlebihan
hingga memperlakukan al-Qur’an layaknya teks biasa yang tunduk kepada
kemauan pembacanya. Cobalah kita balik pandangan ini dengan menjadikan
kita tunduk pada kemauan al-Qur’an. Mereka yang sangat paham akan arti
kekuatan dari dua pusaka (al-Qur’an dan Hadits) dari mereka yang
mendengki Islam, berusaha dengan gigih agar pusaka tersebut bisa
terlepas. Upaya mengaburkan pandangan umat muslim terhadap kedua pusaka
tersebut dilakukan sejak awal kemunculan Islam, dengan maraknya
hadits-hadits Israiliyat. Kini, berpulang kepada umat Muslim itu
sendiri, apakah meninggalkannya dan mengikuti jejak mereka yang
mengganti dan merubah kitab sucinya karena dianggap tidak sesuai dengan
keadaan yang mereka inginkan, ataukah tetap mempertahankan dengan
menggali sebanyak mungkin informasi dan ajaran yang terkandung di
dalamnya. Allah tidak pernah dirugikan dengan segala tingkah laku
umatNya, jika ada umatNya yang berusaha meninggalkanNya, Allah segera
menggantikan dengan yang lain yang memperjuangkan ajaranNya, seperti
yang Ia maklumkan dalam firmanNya Al-Maidah 54.
Memang
agak aneh jika ada seseorang yang semula mencari kelemahan dalam
al-Qur’an dan Hadits, kemudian atas hidayah Allah berbalik berusaha
meluruskan hujatan atas kedua pusaka tersebut. Ini bukan sekedar
keanehan karena al-Qur’an mengatakan seperti itu (seperti logika Robert
Morey), tapi ini adalah kenyataan yang dialami penulis saat menulis
buku ini, terlepas apakah kenyataan ini menafsirkan ayat di atas
ataukah sekedar kenyataan yang sering dilakukan oleh seorang muallaf
-seperti lainnya- yang berusaha membela ajaran yang ia yakini
kebenarannya. Namun jika oleh Allah dinilai sebagai penafsiran dari
ayat di atas, adalah sebuah kebahagiaan tersendiri bagi kami. Kenyataan
semacam ini, tidak saja terjadi kepada satu atau dua orang saja, tapi
mungkin saja berlaku pada suatu komunitas yang dulu mencari kelemahan
al-Qur’an dan al-Hadits, yang karena bukan kelemahan yang didapatkan,
mereka justru mendapat pelajaran yang sangat berharga untuk kemajuan
mereka sendiri. Barat Dengan orientalismenya telah menggali khazanah
Islam – terlepas dari niat awalnya-, dan kini melanjutkan kajiannya pada
hal-hal yang “tidak terlogika”, sementara umat muslim yang mengimport
pengetahuan Islam dari mereka hanya mengunggulkan rasionalitas dan
meninggalkan sesuatu yang dikatakan “tak terlogika”, umat muslim
sendiri telah tertinggal satu langkah jika memang berkiblat kepada
Barat. Maka jangan heran jika ramalan Bernard Shaw menjadi kenyataan
dan kejayaan Islam muncul dari Eropa -tanpa bermaksud membenci suatu
bangsa-, tapi memang Islam bagi semua bangsa, khususnya bangsa yang mau
merubah dirinya sendiri. Maka berlombalomba dalam kebaikan adalah
suatu kepastian bagi mereka yang ingin merubah nasibnya sendiri.
Maka
bagi saudaraku umat Muslim, membanggakan al-Qur’an dengan al-Hadits
tidak cukup dengan perasaan bangga saja. Tapi membuktikan kebenaran
ajarannya adalah salah satu cara menuju keyakinan dan kemajuan.
1) The Plain Truth, edisi Februari 1984
2) Getting Merried melalui De Kracht van Den Islam, halaman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar