Cari Di Blog Ini

Sabtu, 17 Maret 2012

Islam dihujat : Menyikapi Ahli kitab.

VII. PENUTUPJangan percaya Ahli Kitab…!
tapi jangan kau ingkari…!
ARUS BALIK

Menyikapi Ahli kitab.
Saat mau menulis buku ini kami mendapat nasehat dari seorang Kyai, dengan sebuah hadits yang sering diucapkan para ulama’ :

Jangan percaya ahli kitab, dan jangan mengingkari mereka.
Pesan pertama ini agak sulit kami cerna, karena di satu sisi tidak boleh mempercayai mereka tapi di sisi lain tidak boleh mengingkari mereka. Setelah melihat realitas yang ada di depan mata, kami baru memahami isi pesan tersebut. Yaitu bersikap tegas terhadap propaganda yang menyesatkan umat. Sebagaimana yang diingatkan oleh Allah pada awal-awal surat al-Qur’an.
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu sehingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya) “. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.
Peringatan al-Qur’an ini dibarengi dengan alasan-alasan di dalam surat al-Baqarah kemudian Ali Imran hingga al-Maidah, yang telah kita singgung pada awal buku ini. Kemudian pada surat-surat terakhir dari al-Qur’an kita diperingati lagi dengan ayat yang sangat tegas dan yang mengarah pada sikap praktis, yaitu di surat Al-Kafirun.
Katakanlah: “Hai orang-orang kafir!”
aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah
Dan kamu bukan penyembah Ilah yang aku sembah
Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Ilah yang aku sembah
Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku
Tidak ada kompromi untuk masalah akidah tauhid sekecil apapun. Namun demikian kita juga tidak boleh mengingkari keberadaan mereka. Sebab mereka adalah makhluq Allah juga. Al-Qur’an sendiri melarang sikap membenci dan memusuhi umat lain, sebagaimana firman Allah Swt. berikut ini :
“Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya”. (Yunus, 99).
Namun begitu kita tidak boleh hanya berhenti di sini saja. Sebab risalah tauhid harus disebarkan, hanya caranya bukan dengan kebencian dan permusuhan. Cara-cara hantam kromo sudah ketinggalan jaman, tapi mestinya dengan strategi terencana. Rasulullah selalu menggunakan pentahapan dalam dakwahnya. Berhasil atau tidak tergantung kehendak Allah, tapi usaha kita itulah yang akan dinilai, bukan hasilnya.
Nasehat Rasulullah yang menempatkan kita pada posisi ditengah (tidak menerima dan tidak menolak), adalah nasehat untuk berhati-hati dan teliti -lazimnya posisi tengah diantara dua hal yang bersebrangan-, maka dalam kajian lintas agama sikap hati-hati dan teliti harus dikedepankan dengan mengacu pada rambu-rambu seperti “bagimu agamamu dan bagiku agamaku”. Jika rambu-rambu itu terlanggar maka kita wajib bertanya kepada hati kita sendiri, adakah ilmu dari kajian itu membawa kita pada kedekatan kepada Allah atau malah menjauhkan diri kita dariNya, jika yang kedua yang terjadi maka lebih baik kita berhenti sampai Allah menunjukkan jalan yang lebih baik. Hati tidak akan bohong, Rasulullah bahkan mengulang tiga kali dalam menasehati kita agar selalu bertanya pada hati.
Setelah itu beliau mengomentari buku Dr. Robert Morey : “Kamu harus jawab, -beliau berhenti sebentar- tapi kalau kamu jawab kamu sudah kalah”. Nasehat yang kedua ini tambah sulit dicerna, sampai kami melihat ramainya perdebatan buku the Islamic Invasion di internet. Ternyata buku tersebut telah disebarkan dalam beberapa bahasa, buku yang senada berjudul “Islam Unveiled” malah sudah diterbitkan Paramadina dengan nama pengarang yang hampir sama Robert Spencer. Buku yang kedua ini lebih argumentatif sehingga mungkin akan dilirik akademisi. Buku-buku lainnya yang senada juga banyak bahkan dijual bebas dipinggir jalan dengan harga yang sangat murah. Di sini kami baru memahami pesan agar kita melihat apa yang tersirat dari yang tersurat. Melihat gencarnya propaganda yang semacam, maka jika hanya terpaku pada kedua buku tersebut – juga mungkin propaganda-propaganda lain- maka secara tidak langsung kita sudah kalah.
Saat ini dunia Islam secara umum sedang ditampar, difitnah bahkan diinvasi secara kejam. Sensitifitas masyarakat modern tentu saja menolak prilaku arogan negara-negara yang mayoritas Kristen tersebut, untuk meredam kemarahan masyarakat International maka dibuatlah isu anti semit Arab dan Islam dengan membonceng agama pagan untuk mengatakan orang lain pagan. Pengaruh kepada masyarakat umum, tidak kami sorot disini, yang penting justru pengaruh terhadap umat Islam itu sendiri. Mari kita melihat sebentar :
  1. Setelah invasi yang mereka lakukan, umat muslim dituduh rasis imperialis? Jika umat muslim hanyut maka sikap `toleran-lugu’ yang akan ditunjukkan dengan segala dalil dari al-Qur’an dan hadits tentang kasih sayang, kemudian menyimpan seluruh ayat yang menyuruh kita bertindak adil dan memerangi kedzaliman. Dengan alasan yangsama, menghindari sensitifitas modern yang dipraktekkan dengan standar ganda.
  2. Umat Islam dituduh pagan. Tuhan umat muslim, bukanlah Tuhan masyarakat barat agar masyarakat international membenarkan tindakan mereka. Sementara itu umat muslim sibuk mencari jawaban.
  3. Setelah itu seluruh isi tong sampah kebencian orientalisme yang pada masa lalu sudah terkubur dibuka kembali untuk disuguhkan kepada umat Muslim -kajian orientalis yang tidak objektif jumlahnya ribuan-. Kalaupun banyak orientalis yang sudah menulis secara jujur, tapi dengan dibukanya kembali sampah kebencian itu, sedikit banyak berpengaruh pada keimanan umat Islam.
  4. Kalau tidak disikapi secara proporsional umat muslim akan segera menunjukkan sikap menyerahnya, agar tidak terkena dampak sensitifitas modern, yang mungkin berpengaruh bagi umat muslim yang sudah terkotak-kotak. Kata “teroris” sudah menghilangkan sekian banyak nyawa umat, menghancurkan keimanan sekian juta umat, yang takut tidak diberi pinjaman. Itulah hebatnya isu yang diterapkan dengan standar ganda.
  5. Rasulullah dihujat, agar umatnya ragu, sehingga ajarannya dilupakan.
  6. Al-Qur’an yang merupakan urat nadi dunia Islam disudutkan dan dimanipulasi agar umat muslim ragu untuk menggunakan pusaka andalannya.
  7. Hadits dan riwayat kehidupan nabi didistorsi dan dimanipulasi agar umatnya ragu menggunakan wasiat kedua dari Nabinya.
  8. Hati nurani, dan cara pandang umat muslim dikekang dengan isu-isu pluralisme yang tidak ditempatkan pada tempatnya. Sekali lagi, karena takut sensitivitas masyarakat modern.
Maka kalau kita hanya bisa menjawab saja, berarti kita sudah kalah. Oleh sebab itu jangan terjebak dengan isu dan isme yang berstandar ganda. Jawaban materi tetap perlu tapi jawaban sikap lebih dibutuhkan. Maka kalau mereka bilang Islam mengajarkan jihad? Ya, untuk melawan arogansi seperti yang mereka lakukan. Islam mengajarkan kasih sayang? Ya, karena sejak dulu umat muslim bisa berdampingan dengan siapa saja. Justru barat yang tidak bisa, lihat saja umat Yahudi pun pernah mengalami kekejaman masyarakat pagan ini. Dalam hal ini agama hanya mereka jadikan alat. Tidak ada minoritas yang tertindas dinegara mayoritas muslim, tapi justru sebaliknya.
Propaganda menyesatkan seringkali disampaikan secara tersamar, kata-kata toleransi, hak-hak azasi bahkan yang menyangkut akidah seperti istilah pluralisme serta isme-isme lain menjadi senjata ampuh untuk menyesatkan umat Islam.. Untuk meruntuhkan kultur budaya Islami mereka menggunakan senjata “toleransi” yang diartikan sepihak. Nama dan istilah – sekali lagi- bisa menjadi momok yang sangat membahayakan tidak hanya akidah dan ajaran tapi bahkan menyerang umat Islam secara fisik. Sayangnya umat kita sendiri terperosok dengan sensitivitas modern yang diartikan ganda. Dengan seenaknya satu negara dihancurkan hanya bermodal kata “teroris” padahal tanahnya dirampas dan dijajah, warganya dikekang dan nyawanya selalu terancam. Keahlian memanipulasi yang tidak dapat disaingi oleh bangsa manapun. Jadi siapa sebenarnya yang rasis? Siapa sebenarnya yang intoleran? Siapa sebenarnya yang imperialis? Siapa sebenarnya yang TERORIS ?
Toleransi dan keterbukaan umat Muslim yang -kadang terkesan lugu- seringkali dijadikan sasaran ketidak adilan, dan tindakan sewenang-wenang umat lain. Lebel “teroris” kini dengan segala cara ditempelkan dikening umat Muslim bahkan dengan alasan yang sangat dibuat-buat, apalagi yang dianggap menghambat jalannya `perekrutan’ anggota keagamaan umat lain. Di Indonesia sendiri, setiap ada hajat nasional umat Muslim lebih dulu kena getahnya, entah pembunuhan karakter atau pembunuhan fisik (isu santet, teroris, konflik di daerah dll), memang benar Muslim Indonesia adalah mayoritas sehingga kesalahan individu dan kelompok kecil dari komunitas yang mayoritas ini mungkin saja terjadi, namun demikian jika memang arahnya adalah nasionalisme maka kata dan istilah yang menyudutkan agama tertentu tidak perlu dipakai. Anehnya jika ada ide dan usulan dari kelompok Muslim yang walaupun untuk kepentingan nasional -seperti undang-undang- segera saja istilah nasionalisme mengganjal aspirasi tersebut. Bukankah ini standar ganda?
Takut atau benci?
Dalam buku The Islamic Invasion halaman 9 (Bab . Pendahuluan), Robert Morey menyebut tentang perkembangan Agama Islam di Eropa Barat, Britania Raya, Irlandia Utara, Australia, Amerika Utara dan Amerika Serikat yang amat pesat, dengan penuturannya antara lain:
  1. Contohnya, di Perancis dan Jerman jumlah orang Muslim telah berjuta juta.
  2. Di Inggris keadaannya sungguh mengejutkan, disana lebih banyak orang-orang Muslim dari pada orang-orang Metodis bahkan jumlah seluruh umat Muslim di Inggris lebih banyak dari pada orang Kristen Injili. Didanai oleh uang dari hasil sumber minyak Arab yang berlimpah-limpah, orang-orang Muslim membeli gereja­gereja Anglikan yang terbengkalai dan memodifikasinya menjadi masjid-masjid sedemikian rupa sehingga kaum Muslim di sana mendeklarasikan bahwa Inggris akan menjadi negara Islam pertama di Eropa.
  3. Dalam karya wisata yang kami laksanakan musim gugur 1989, kami melihat bahwa di semua kota-kota besar di Australia terdapat masjid-masjid besar, bahkan di negara bagian Victoria, orang Muslim lebih banyak dari pada orang Kristen gereja Baptis.
  4. Di, Amerika Utara terdapat lebih dari 4 juta orang Muslim. Beberapa peneliti menyatakan bahwa jumlah orang Muslim di Amerika Utara lebih banyak dari pada orang Yahudi sehingg menempatkan Islam sebagai agama ke- 2 (dua) terbesar di Amerika Serikat dan Kanada.
  5. Lebih dari 500 pusat-pusat kajian telah di bangun di Amerika Serikat.
    2/3 (dua per tiga) orang Islam Amerika berasal dari ketur
    unan Arab, sementara yang 1/3 (satu per tiga) terdiri dari berbagai sekte Muslim berkulit hitam.
    Saat ini secara resmi jumlah Muslim di Amerika Serikat, lebih banyak dari pada anggota gereja Episcopal.
Pembaca yang budiman. Demikian tadi uraian Robert Morey. Dalam hal ini kami sependapat dengan Robert Morey bahwa perkembangan Islam di dunia, sangat pesat.
Untuk mendukung pendapat tersebut kami tampilkan data hasil penelitian perkembangan agama-agama di dunia selama 50 tahun yaitu dari tahun 1934 sampai dengan tahun 1984, yang dilakukan oleh Keith W Stump; sebagai berikut:1)
A. Agama-agama yang grafik pekembangannya naik, adalah:
1. Protestan, naik 57%
2. Budha, naik 63%
3. Katholik, naik 70%
4. Hindu, naik 117%
5. Sinto, naik 152%
6. Islam, naik 235%
B. Agama-agama yang grafik perkembangannya turun, adalah :
1. Yahudi, turun 4%
2. Kong Hu Chu, turun 13%
3. Kristen Otodox, turun 36%
Menurut Robert Morey, orang-orang Islam di Inggris mendeklarasikan bahwa Inggris akan menjadi negara Islam pertama di Eropa.
Seyogyanya Robert Morey mengetahui bahwa. sesungguhnya lebih setengah abad yang lalu telah ada orang yang meramalkan bahwa Islam bakal diterima oleh masyarakat Eropa. Siapakah orang itu ? Dia adalah George Bernard Shaw (1856 – 1950), pujangga dan ahli sosialisme di Inggris. Inilah yang dia katakan:2)
“Seperti Napoleon, sayapun lebih suka akan ajaran Muhammad. Saya yakin bahwa seluruh emperium Inggris akan berakhir abad ini. Pribadi Muhammad sangat agung. Saya kagumi dia dan saya menganut Muhammad dalam pandangan hidupnya. Selain saya menjunjung agama yang dibawa Muhammad setinggi­tingginya karena gaya hidup yang mengagumkan dari agama itu.
Itulah satu-satunya agama yang nampak memiliki kesanggupan yang sesttai dengan fase – fase yang berubah – ubah yang dapat menempatkan dirinya pada setiap masa.
Tidak ragu lagi bahwa dunia akan memberikan penilaian tinggi tentang ramalan orang besar seperti saya. Saya telah meramalkan bahwa agama yang dibawa Muhammad patut diterima oleh Eropa sekarang.
Gereja – gereja Kristen pada zaman abad pertengahan, karena kejahilan dan kebodohannya, menggambarkan Islam dalam warna yang paling gelap. Memang mereka dilatih untuk membenci Muhammad dan agamanya. Bagi mereka, Muhammad adalah dajjal. Saya telah mempelajari dia (Muhammad), dia adalah seorang laki-laki yang menakjubkan, jauh daripada dajjal. Dia yang seharusnya disebut juruselamat umat manusia yang terbesar.
Saya yakin bahwa apabila orang seperti dia memegang pucuk pimpinan dunia modern sekarang ini, dia akan membawa kedamaian dan kebahagiaan yang sangat dihajatkan.”
Namun demikian kenaikan dan penurunan angka pemeluk suatu agama, khususnya dalam Islam, bukan suatu hal yang harus dibanggakan, apalagi dipaksakan. Kekuasaan dan Kemulyaan Allah tidak bergantung kepada banyak dan tidaknya orang yang beriman, sebab keimanan akan kembali kepada manusia itu sendiri. Iman itulah yang akan menyelamatkan manusia, baik di dunia maupun di akhirat.
Buku The Islamic Invasion serta buku-buku lain sejenisnya, yang menyerang akidah Islam dengan sangat keras dan tanpa bukti, memang agak aneh jika muncul pada saat banyak orientalis mulai menulis secara objektif tentang Islam. Kita tidak tahu secara pasti, apakah kemunculan buku-buku semacam ini sekedar propaganda pasca penyerangan ke Irak oleh Amerika dan kroninya, ataukah hanya untuk menyibukkan umat Islam, ataukah bentuk keputus-asaan akibat ketakutan kehilangan jamaat, yang ditakutkan lari kepada ajaran lain. Kita tidak tahu mana alasan yang benar, hanya yang pasti umat Muslim harus pandai menyikapi tindak kedzaliman dengan sikap bijaksana, setidaknya menjadi cambuk dan penyadar agar umat ini segera bangun dari tidur yang berkepanjangan.
Dengan menjadikan ketidak adilan yang diterima sebagai cambuk untuk bangkit, maka kita bisa bersikap dengan bijaksana. Kebangkitan tidak perlu kita tunggu dari para pemimpin. Bangun tidur dilakukan oleh setiap individu dengan mengasah kembali kepedulian sosial dan kepedulian akan umat. Sebab kata nabi bahwa seseorang yang tidak memperhatikan nasib kaum Muslimin bukanlah dari mereka. Nasib bangsa juga ditentukan oleh individu, minimal melalui suara. Dari individu merebak kekeluarga hingga masyarakat sekitar, kemudian meluas, semampu-mungkin. Dengan begitu, minimal persaudaraan akan tercapai, sebab kepedulian akan mengesampingkan egoisme individu yang dapat merusak persaudaraan karena merasa lebih benar dari yang lain.
Kenapa Kau tinggalkan ?
Orang boleh tertawa jika ada yang mengajak kembali kepada al-Qur’an dan hadits untuk mengatasi kesulitan umat, tapi mencibir tanpa bisa membuktikan hanyalah kesombongan tanpa dasar. Al-Qur’an dan hadits tidak hanya berlaku pada masa Rasulullah Saw. saja. Kinipun di dalamnya masih banyak yang belum tereksplorasi, tapi lagi-lagi kita berlebihan hingga memperlakukan al-Qur’an layaknya teks biasa yang tunduk kepada kemauan pembacanya. Cobalah kita balik pandangan ini dengan menjadikan kita tunduk pada kemauan al-Qur’an. Mereka yang sangat paham akan arti kekuatan dari dua pusaka (al-Qur’an dan Hadits) dari mereka yang mendengki Islam, berusaha dengan gigih agar pusaka tersebut bisa terlepas. Upaya mengaburkan pandangan umat muslim terhadap kedua pusaka tersebut dilakukan sejak awal kemunculan Islam, dengan maraknya hadits-hadits Israiliyat. Kini, berpulang kepada umat Muslim itu sendiri, apakah meninggalkannya dan mengikuti jejak mereka yang mengganti dan merubah kitab sucinya karena dianggap tidak sesuai dengan keadaan yang mereka inginkan, ataukah tetap mempertahankan dengan menggali sebanyak mungkin informasi dan ajaran yang terkandung di dalamnya. Allah tidak pernah dirugikan dengan segala tingkah laku umatNya, jika ada umatNya yang berusaha meninggalkanNya, Allah segera menggantikan dengan yang lain yang memperjuangkan ajaranNya, seperti yang Ia maklumkan dalam firmanNya Al-Maidah 54.
Memang agak aneh jika ada seseorang yang semula mencari kelemahan dalam al-Qur’an dan Hadits, kemudian atas hidayah Allah berbalik berusaha meluruskan hujatan atas kedua pusaka tersebut. Ini bukan sekedar keanehan karena al-Qur’an mengatakan seperti itu (seperti logika Robert Morey), tapi ini adalah kenyataan yang dialami penulis saat menulis buku ini, terlepas apakah kenyataan ini menafsirkan ayat di atas ataukah sekedar kenyataan yang sering dilakukan oleh seorang muallaf -seperti lainnya- yang berusaha membela ajaran yang ia yakini kebenarannya. Namun jika oleh Allah dinilai sebagai penafsiran dari ayat di atas, adalah sebuah kebahagiaan tersendiri bagi kami. Kenyataan semacam ini, tidak saja terjadi kepada satu atau dua orang saja, tapi mungkin saja berlaku pada suatu komunitas yang dulu mencari kelemahan al-Qur’an dan al-Hadits, yang karena bukan kelemahan yang didapatkan, mereka justru mendapat pelajaran yang sangat berharga untuk kemajuan mereka sendiri. Barat Dengan orientalismenya telah menggali khazanah Islam – terlepas dari niat awalnya-, dan kini melanjutkan kajiannya pada hal-hal yang “tidak terlogika”, sementara umat muslim yang mengimport pengetahuan Islam dari mereka hanya mengunggulkan rasionalitas dan meninggalkan sesuatu yang dikatakan “tak terlogika”, umat muslim sendiri telah tertinggal satu langkah jika memang berkiblat kepada Barat. Maka jangan heran jika ramalan Bernard Shaw menjadi kenyataan dan kejayaan Islam muncul dari Eropa -tanpa bermaksud membenci suatu bangsa-, tapi memang Islam bagi semua bangsa, khususnya bangsa yang mau merubah dirinya sendiri. Maka berlomba­lomba dalam kebaikan adalah suatu kepastian bagi mereka yang ingin merubah nasibnya sendiri.
Maka bagi saudaraku umat Muslim, membanggakan al­-Qur’an dengan al-Hadits tidak cukup dengan perasaan bangga saja. Tapi membuktikan kebenaran ajarannya adalah salah satu cara menuju keyakinan dan kemajuan.
NOTES
1) The Plain Truth, edisi Februari 1984
2) Getting Merried melalui De Kracht van Den Islam, halaman

Tidak ada komentar: