VI. RASULLULLAH DAN HADITSKenapa kalian membunuh
para utusan Allah…?
KEHIDUPAN NABI MUHAMMAD
Dari kelahiran sampai remaja
Nabi Muhammad saw
dilahirkan di Makkah pada hari Senin, 12 Rabiul Awwal, Tahun Gajah
yang bertepatan dengan bulan Agustus 570 M. di rumah kakeknya Abd’1
Muttalib. Disebut tahun Gajah karena pada tahun tersebut adalah tahun
di mana Abrahah -Gubernur Ethiopia di wilayah kekuasaan Yaman-,
memimpin pasukan gajah ke Makkah untuk menghancurkan Ka’bah.
Ayahanda Nabi Muhammad adalah Abdullah, dan
ibunya bernama Amina, putri dari Wahab. Nabi Muhammad bila diruntut
nasabnya akan bertemu kepada nabi Ismail putra nabi Ibrahim; Nabi
Muhammad putra Abdullah, putra Abdul Muttalib, putra Hashim, putra
Abdul Manaf, putra Qushai, putra Kilab, putra Murrah, putra Kaab, putra
Luai, putra Ghalib, putra Fihir, putra Malik, putra Al Nadhar, putra
Kanana, putra Khuzaima, putra Madraka, putra Ilias, putra Mudir, putra
Nizar, putra Ma’ad, putra Adnan, silsilah Adnan bertemu sampai pada
Kedar putra dari Nabi Ismail, putra Nabi Ibrahim. Kakek Nabi Muhammad,
abdul Muttalib, adalah pemimpin suku Quraisy, yang dihormati oleh
suku-suku di wilayah Mekkah, ibunda Nabi adalah wanita keturunan
terhormat clan silsilahnya dari suku yang sama. Pada hari
ketujuh kelahirannya itu Abd’l Muttalib minta disembelihkan unta. Hal
ini kemudian dilakukan dengan mengundang makan masyarakat Quraisy.
Setelah mereka mengetahui bahwa anak itu diberi nama Muhammad, mereka
bertanya-tanya mengapa ia tidak suka memakai nama nenek-moyang. “Aku
menginginkan dia akan menjadi orang yang terpuji, bagi Tuhan di langit dan bagi makhluknya di bumi,” jawab Abdl Muttalib.
Ayahanda
Nabi, Abdullah, meninggal beberapa minggu sebelum kelahiran beliau, di
Yatsrib pada saat mengunjungi saudara-saudara ibunya, sehabis pulang
dari Suria untuk berdagang. Ibunda beliau meninggal pada saat
perjalanan pulang dari Yatsrib, di suatu tempat yang dikenal dengan nama Abwa, pada saat beliau berumur 6 tahun.
Kemudian beliau diasuh oleh kakeknya Abdul Muttalib sampai berumur 8
tahun kemudian kakeknya meninggal juga. Setelah kakeknya meninggal
beliau diasuh oleh pamannya Abu Talib bersama tiga keponakannya; Ali,
Jaafar, dan Akeel. Dibawah asuhan pamannya Abu Talib mulailah Nabi
Muhammad menjadi seorang bisnisman dan pedagang. Beliau tumbuh dewasa
dan terkenal dengan kejujuran beliau, keadilan, rendah hati, dan kemauan
yang keras. Pada saat umur dua belas tahun, beliau mendampingi
pamannya dalam kafilah dagang ke Siria. Nabi Muhammad terkenal dengan
gelar “al Amin” karena sifat beliau yang dapat dipercaya oleh penduduk
Mekkah clan sekitarnya. Gelar al Amin artinya yang jujur, kepercayaan
dan pemberian gelar ini, yang mana hal ini adalah standar moral
tertinggi bagi kehidupan di masyarakat. Hal ini menepis anggapan Dr.
Robert Morey bahwa Nabi Muhammad tidak pernah mencapai prestasi apapun
ketika beliau masih muda.2
Nabi Muhammad adalah masih keturunan bangsawan Quraisy, dan sudah menjadi kebiasaan bangsawan-bangsawan Arab
di Mekkah untuk menyerahkan anaknya kepada salah satu keluarga untuk
disusui. Keluarga yang menyusui Nabl Muhammad waktu itu adalah Halimah
bint Abi Dhu’ab.
Pada saat Nabi berada di keluarga Halimah terjadi cerita yang
banyak dikisahkan oleh orang. Yakni bahwa sementara ia dengan
saudaranya yang sebaya sesama anak-anak sedang berada di belakang rumah
di luar pengawasan keluarganya, tibariba analc yang dari keluarga
Sa’ad kembali pulang sambil berlari, dan berkata kepada ibu bapaknya:
“Saudaraku yang dari Quraisy itu diambil oleh dua orang laki-laki
berbaju putih. Dia dibaringkan, perutnya dibedah, sambil
dibalik-balikkan”.
Beberapa
Orientalis maupun kalangan kaum Muslimin sendiri tidak merasa puas
dengan cerita dua malaikat ini dan menganggap sumber itu lemah sekali. Yang
melihat kedua lakilaki (malaikat) dalam cerita penulis-penulis
sejarah itu hanya anak-anak yang baru dua tahun lebih sedikit umurnya.
Begitu juga umur Nabi Muhammad waktu itu.
Dalam hal ini ilmuwan Timur Tengah tidak ada yang
berpendapat bahwa kisah keagamaan tersebut muncul karena adanya
semacam masalah mental atau masalah medis yang berhubungan dengan
epilepsy sebagaimana yang dituduhkan oleh Dr. Robert Morey.3 Bahkan Orientalis Barat Dermenghem berpendapat, bahwa cerita ini tidak mempunyai dasar kecuali dari yang
diketahui orang dari teks ayat yang berbunyi: “Bukankah sudah Kami
lapangkan dadamu? Dan sudah Kami lepaskan beban darimu? Yang telah
memberati punggungmu?”4
Apa yang
telah diisyaratkan al-Quran itu adalah dalam arti rohani semata, yang
maksudnya ialah membersihkan (menyucikan) dan mencuci hati yang akan
menerima Risalah Kudus, kemudian meneruskannya seikhlas-ikhlasnya,
dengan menanggung segala beban karena Risalah yang berat itu.
Khadijah binti Khuwailid adalah seorang wanita pedagang yang
kaya dan dihormati, ia biasa mengupah orang Quraisy untuk
memperdagangkan hartanya. Mendengar tentang sifat sifat Nabi Muhammad,
Khadijah pun menawari beliau, dan sejak saat itu Nabi memperdagangkan
harta Khadijah ke Siria (Syam), disertai oleh Maisara, budak Khadijah.
Dengan kejujuran dan kemampuannya ternyata beliau mampu benar memperdagangkan barang-barang Khadijah, dengan cara perdagangan yang lebih banyak menguntungkan daripada yang dilakukan orang lain sebelumnya. Pada saat An beliau berumur dua puluh lima
tahun, setelah perjalanan dagang ini Khadijah menawari Nabi Muhammad
untuk menikah dengannya – Beberapa pemuka Quraisy pernah melamarnya,
tetapi ditolaknya. la
yakin mereka itu melamar hanya karena memandang hartanya-. Dan beliau
menerima tawaran tersebut. Pada saat itu Khadijah sudah dua kali
menjanda dan berumur empat puluh tahun. Nabi Muhammad dengan Khadijah
mempunyai enam anak-empat anak perempuan clan dua anak laki-laki. Anak
yang pertama Qasim, meninggal saat bet umur barn dua tahun. Dan beliau
juga dipanggil ‘Abut Qasim” yang artinya bapaknya Qasim. Anak yang
kedua bernama Abdullah meninggal dalam peperangan. Abdullah juga
dipanggil “tayyab” dan “tahir” karena dilahirkan setelah masa kenabian.
I:mpat putrid beliau adalah: Zainab, Ruqayyah, Umm Kulthum, dan
Fatimah.
Tempat suci Ka’bah saat itu masih dipenuhi dengan berhala-berhala, yang
berjumlah sekitar 360 berhala. Ajaran tauhid murni Nabi Ibrahim telah
hilang, bercampur dengan khurofat dan adat jahiliyah untuk mengunjungi
tempat suci Ka’bah, serta beberapa tamu dari berbagai tempat, yang
memakainya untuk penyembahan berhala-berhala. Pada saat itu, masih ada
kelompok kecil yang terdiri dari pria maupun wanita yang menghindari
tercemarnya peribadatan di tempat suci Ka’bah clan menjaga kemurnian
agama Ibrahim (lihat Bab Sejarah Peradaban Islam). Selama waktu ziarah
tersebut mereka menjauhkan diri dari keramaian orang, berkhalwat dan
mendekatkan diri kepada tuhan mereka dengan bertapa dan berdoa,
mengharapkan diberi rezeki dan pengetahuan. Pengasingan untuk beribadat
semacam ini mereka namakan tahannuf dan tahannuth.
Nabi
Muhammad adalah termasuk golongan tersebut, berkhalwat di gua, untuk
mendalami pikiran dan renungan yang berkecamuk dalam dirinya. Juga
ditempat ini beliau mendapatkan ketenangan dalam dirinya.
Dipuncak Gunung Hira’-sejauh dua farsakh sebelah utara Mekah terletak sebuah gua yang baik sekali buat tempat menyendiri dan tahannuth. Sepanjang
bulan Ramadlan tiap tahun beliau pergi kesana dan berdiam ditempat
itu, cukup hanya dengan bekal sedikit yang dibawanya, beliau bertekun
dalam renungan dan ibadat, jauh dari segala kesibukan hidup clan
keributan manusia, untuk mencari Kebenaran.
Tatkala Nabi sedang dalam keadaan tidur dalam gua itu, seorang diri di tengah malam yang
gelap gulita. Datanglah malaikat Jibril dengan suara yang keras,
terkejutlah beliau, apalagi selama ini beliau belum pernah mengenalnya,
sehingga beliau terbangun dengan perasaan terkejut dan takut, hati
berdebar-debar, tubuh gemetar, apalagi pada saat beliau dipeluk
erat-erat seraya berkata kepada beliau : iqra’ “bacalah” dengan
ketakutan beliau menjawab: “ma aqra” saya tidak dapat membaca. Kemudian
malaikat Jibril berkata lagi : iqra’ “bacalah” masih dalam keadaan
ketakutan beliau kemudian menjawab “madzh aqra”‘ apa yang akan saya
baca. Seterusnya malaikat itu berkata:
“Bacalah! Dengan nama Tuhanmu Yang
rnenciptakan. Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah. Dan
Tuhanmu Maha Pemurah. Yang mengajarkan dengan pena. Mengajarkan kepada
manusia apa yang belum diketahuinya. ” (Qur’an, 96:1-5)
Lalu beliau mengucapkan bacaan itu. Malaikat Jibril pun
pergi, setelah kata-kata itu terpateri dalam kalbunya. Kemudian beliau
terbangun ketakutan, sambil bertanya-tanya kepada dirinya : Gerangan
apakah yang dilihatnya? Beliau menoleh ke kanan dan ke kiri, tapi tak
melihat apa-apa. Beliau diam sebentar, gemetar ketakutan. Kuatir akan
apa yang terjadi dalam gua itu. Beliau lari dari tempat itu. Semuanya
serba membingungkan. Beliau tak dapat menafsirkan apa yang
telah dilihatnya itu. Cepat-cepat beliau pergi sambil menyusuri
celahcelah gunung, beliau memasuki gunung masih dalam ketakutan, masih
bertanya-tanya. Tiba-tiba beliau mendengar ada suara memanggilnya.
Dahsyat sekali rasanya. Beliau melihat ke permukaan langit. Tiba-tiba
yang terlihat adalah malaikat dalam bentuk manusia. Dialah yang
memanggilnya. Beliau makin ketakutan sehingga tertegun di tempatnya.
dipalingkannya muka beliau dari apa yang dilihatnya itu, tetapi masih
juga melihatnya di seluruh ufuk langit. Sebentar melangkah maju, tapi
rupa malaikat yang sangat indah itu tidak juga berlalu dari hadapan
beliau. Karena lamanya beliau dalam keadaan demikian, pada saat itu
Khadijah telah mengutus orang untuk mencarinya ke dalam gua tapi tidak
menjumpai beliau. Jadi bukan kecemasan yang dialami oleh beliau,
sehingga beliau ingin mencoba bunuh diri seperti tuduhan Dr. Robert
Morey.5
Setelah rupa malaikat itu menghilang Nabi Muhammad pulang sudah berisi wahyu yang
disampailcan kepadanya. Jantungnya berdenyut, hatinya berdebar-debar.
Dijumpainya Khodijah sambil berkata: “Selimuti aku! Selimuti aku!”
beliau segera diselimuti. Tubuhnya menggigil seperti dalam demam.
Setelah rasa ketakutan itu berangsur reda dipandangnya istrinya sambil
bertanya : “Khadijah, kenapa aku?” katanya, dan menceritakan apa yang
terjadi tadi. Dengan tenang dan pandangan penuh hormat Khadijah menatap
beliau, seraya berkata:
“O
putra pamanku. Bergembiralah, dan tabahkan hatimu. Demi dia yang
memegang hidup Khadijah, aku berharap kiranya engkau akan menjadi Nabi
atas umat ini. Samasekali Allah takkan mencemoohkan kau; sebab engkau
yang mempererat tali kekeluargaan, jujur dalam kata-kata, kau yang mau
memikul beban orang lain dan menghormati tamu dan menolong mereka yang
dalam kesulitan atas jalan yang benar.”
Kemudian Nabi pun
merasa tenang kembali. Untuk lebih meyakinkannya, Khadijah menyarankan
agar mereka berkonsultasi pada sepupunya Waraqah, yang telah
mempelajari kitab suci dan dapat memberi mereka nasehat yang lebih
pasti. Waraqah tidak ragu sedikitpun. “Suci! Suci!” dia berseru
seketika: `Jika kau telah berkata yang sebenarnya padaku, oh Khadijah,
telah datang dalam dirinya Namus terbesar yng pernah mendatangi Musa
sebelumnya, dan benar, dialah Nabi dari masyarakatnya.” Lain kali
ketika dia menjumpai Muhammad di Ka’bah, orang Kristen itu berlari
menghampiri Nabi baru dari Tuhan yang Maha Esa itu dan mencium
keningnya.
Berdasarkan keterangan dari Nabi Muhammad saw
sendiri yang dihimpun dari dari hadist-hadist sahih, cara penurunan
wahyu kepada beliau dapat kita simpulkan sebagai berikut:
-
Berupa impian yang baik waktu beliau tidur.‘Aishah r.a. berkata: Wahyu yang pertama sekali didatangkan kepada Rasulullalh saw. itu adalah pemandangan (impian) yang baik yang bertepatan dalam tidur, maka beliau tidak melihat suatu pemandangan, melainkan datang cahaya terang seperti terangnya waktu subuh!. (Bukhari Muslim)
-
Kadang-kadang wahyu itu dibawa oleh malaikat Jibril, dan malaikat itu menyerupai manusia laki-laki, lalu menyampaikan (mengucapkan) perkataan kepada beliau, kemudian semua perkataan itu dipelihara baik-baik dan dihafalkan benar-benar oleh beliau.
-
Kadang-kadang malaikat pembawa wahyu itu menampakkan dirinya dalam bentuk asli (bentuk malaikat), lalu ia mewahyukan kepada beliau apa-apa yang diwahyukan oleh Allah kepada beliau.
-
Kadang-kadang wahyu itu merupakan bunyi genta. Menurut beliau, itulah wahyu yang paling berat diterima oleh beliau.Aishah r.a. berkata bahwa Harits bin Hisyam pernah bertanya kepada Rasulullah, Bagaimanakah wahyu diturunkan kepada engkau? Maka Rasulullah saw. bersabda, “Kadang-kadang wahyu yang datang padaku suaranya seperti bunyi genta dan wahyu inilah yang sangat berat bagiku, lalu diputuskan dari aku, dan aku sungguh telah menerima dengan mengerti darinya apa-apa yang dikatakannya. Dan kadang-kadang malaikat pembawa wahyu menyerupai seorang lelaki kepadaku, lalu ia berkata kepadaku lalu aku nenerima dengan hafal apa-apa yang ia katakan.”
-
Pernah juga wahyu itu datang tidak dengan perantaraan malaikat, melainkan beliau menerimanya langsung dari Hadirat Allah sendiri.
-
Dan Sekali wahyu itu diterima beliau pada saat di langit ke tujuh. Jadi, beliau menerima firman Allah dari Hadirat Allah sendiri.
Demikianlah cara-cara bagaimana wahyu diberikan kepada Nabi Muhammad saw.
Yang masing-masing sesuai dengan isi wahyu yang disampaikan. Ini
dikarenakan pewahyuan Al-Qur’an diturunkan secara bertahap selama 23
tahun, bukan diturunkan satu kitab secara langsung, Prosesnya pun
berbedabeda. Dengan demikian, kita dapat memahami bahwa wahyu yang
diterima beliau itu bertingkat-tingkat.6 Hal inilah yang tidak dimengerti oleh Dr. Robert Morey sehingga dia mengganggap hal ini sebagai suatu konflik pewahyuan. 7
Pada saat Nabi menerima wahyu, dalam beberapa cara penurunan diriwatkan bahwa Nabi terlihat Nabi menggigil kedinginan, clan keringatnya menetes-netes. Keadaan Nabi yang demikian Dr. Robert Morey
mengambil kesimpulan bahwa Nabi menderita penyakit ayan. Gejala-gejala
demikian itu tampak padanya ketika beliau tidak sadarkan diri,
keringatnya mengucur disertai kekejangan-kekejangan dan busa yang
keluar dari mulutnya. Apabila ia sudah sadar kembali, ia lalu
membacakan apa yang dikatakannya wahyu Tuhan kepadanya itu – kepada
orang-orang yang mempercayainya. Padahal yang dikatakan wahyu itu tidak
lain daripada akibat seranganserangan ayat tersebut.
Menggambarkan apa yang
terjadi Nabi Muhammad pada waktu datangnya wahyu dengan cara yang
demikian itu, dari segi ilmiah adalah samasekali salah. Serangan
penyakit ayan tidak akan meninggalkan sesuatu bekas yang dapat diingat
oleh si penderita selama masa terjadinya itu. Bahkan sesudah beliau
sadar kembali pun samasekali dia lupa apa yang telah terjadi selama itu.
Dia tidak ingat apa-apa lagi, apa yang terjadi clan apa yang
dilakukannya selama itu. Sebabnya ialah, segala pekerjaan saraf clan
pikirannya sudah menjadi lumpuh total. Inilah gejala-gejala ayan yang
dibuktikan oleh ilmu pengetahuan. Jadi bukan yang dialami Nabi Muhammad
selama menerima wahyu. Bahkan selama itu inteleknya sedang dalam
puncak kesadarannya. Dengan sangat teliti sekali beliau ingat semua
yang diterimanya dan sesudah itu dibacakannya kembali kepada
sahabat-sahabatnya.
Dengan kesadaran rohani yang
sebesar itu, samasekali tidak dibarengi oleh ketidaksadaran jasmani.
Bahkan sebaliknya yang terjadi, pada waktu itu Nabi sedang dalam puncak
kesadarannya yang biasa.
Jadi
ilmu pengetahuan dalam hal ini membantah bahwa Nabi Muhammad
dihinggapi penyakit ayan. Mereka mengatakan begitu bukan karena ingin
mencari kebenaran, melainkan menurut dugaan mereka dengan demikian
mereka mau merendahkan martabat Nabi di mata segolongan kaum Muslimin.
Ataukah dengan kata-kata itu mereka mengira, bahwa mereka telah
menyebarkan keragu-raguan atas wahyu yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad (lihat pembahasan al-Quran), sebab
turunnya itu – menurut dugaan mereka – waktu beliau sedang mendapat
serangan ayan? Kalau memang begitu, ini adalah suatu kesalahan besar
pada mereka, seperti sudah kita sebutkan. Pendapat mereka inilah yang
secara ilmiah telah samasekali tertolak.
Kalau yang dipakai pedoman oleh Dr. Robert Morey demikian itu adalah tujuan yang murni; tentu dia tidak akan membawa-bawa ilmu yang
bertentangan dengan itu. Ia melakukan itu mau mengelabui orang-orang
yang belum menguasai pengetahuan tentang gejala-gejala ayan, dan mereka
yang cara berpikirnya masih sederhana yang sudah merasa puas dengan
apa yang telah dikatakan olehnya itu, tanpa mau bertanya-tanya kepada
para ahli dari kalangan kedokteran atau mau membaca buku-buku tentang
itu. Kalau saja mereka mau melakukan itu, sebenarnya tidak sulit buat
mereka untuk menemukan kesalahan itu -disengaja atau tidak disengaja.
Mereka akan melihat bahwa kegiatan rohani dan intelek manusia akan
samasekali tertutup selama terjadi krisis ayan. Si penderita dibiarkan
dalam keadaan mekanik semata, bergerak-gerak seperti sebelum mendapat
serangan, atau meronta-ronta kalau serangannya itu sudah bertambah
keras sehingga dapat mengganggu orang lain. Dalam pada itu, dia pun
kehilangan kesadarannya. la tidak sadar apa yang diperbuatnya dan apa yang terjadi terhadap dirinya. la
seperti orang yang sedang tidur, tidak merasakan gerak-geriknya
sendiri. Bila itu sudah berlalu, ia pun tidak ingat apa-apa lagi.
Ini tentu berbeda dengan suatu kegiatan rohani yang
begitu kuat membawa Nabi jauh ke alam ilahiah, dengan penuh kesadaran
dan suasana intelek yang meyakinkan. Apa yang diwahyukan kepadanya itu,
kemudian dapat diteruskan. Sebaliknya ayan, melumpuhkan seluruh
kesadaran manusia. la
membawa orang berada dalam tingkat mekanik, yang selama itu perasaan
dan kesadarannya menjadi hilang. Tidak demikian halnya dengan wahyu,
yang merupakan puncak ketinggian rohani, yang khusus diberikan Tuhan
kepada para nabi. Kepada mereka kenyataan-kenyataan alam positif yang
tertinggi itu diberikan, supaya kemudian disampaikan kepada umat
manusia.8
NOTES
2.
Robert Morey, The Islamic Invasion – confronting the Worid’s Fastest
Growing Relegion, Scholars Press, Las Vegas, 1991,ha1 74
3. Robert Morey, Ibid, hal : 75
4. lihat Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad.
5. Robert Morey, op. cit., hal 76
6. Munawar Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad, Gema Insani Press, Jakarta, 2001, hal 142-143.
7. Robert Morey, op. cit., ha181
8. Husein Haikal, Sejarah Nabi, hal ixxxiv – ixxxvi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar