SURAT AL-FATIHAH
(Pembukaan)
Pendahuluan
Makkiyyah, 7 ayat.
Surat
ini dinamakan Al-Fatihah yakni Fatihatul Kitab hanya se-cara
tulisan; dengan surat ini bacaan dalam salat dimulai. Surat ini di-sebut
pula Ummul Kitab menurut jumhur ulama seperti yang ditu-turkan oleh
Anas, Al-Hasan, dan Ibnu Sirin karena mereka tidak suka menyebutnya
dengan istilah Fatihatul Kitab.
Al-Hasan
dan Ibnu Sirin mengatakan, "Sesungguhnya Ummul Kitab itu adalah Lauh
Mahfiiz." Al-Hasan mengatakan bahwa ayat-ayat yang muhkam adalah Ummul
Kitab. Karena itu, keduanya pun ti-dak suka Menyebut surat Al-Fatihah
dengan istilah Ummul Qur'an. Di dalam sebuah hadis sahih pada Imam
Turmuzi dan dinilai sa-hih olehnya, disebutkan dari Abu Hurairah bahwa
Rasulullah Saw. pemah bersabda:
Alhamdu
lillahi rabbil 'alamina adalah Ummul Qur'an, Ummul Kitab, Sab'ul
masani, dan Al-Qur'anul 'azim. Surat Al-Fatihah dinamakan pula Alhamdu,
juga disebut Assalat kare-na berdasarkan sabda Nabi Saw. dari Tuhannya
yang mengatakan:
Aku bagikan salat antara Aku
dan hamba-Ku menjadi dua ba-gian. Apabila seorang hamba mengucapkan,
"Alhamdu lilldhi rabbil 'dlamlna" (Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta
alam), maka Allah berfirman, "Hamba-Ku telah memuji-Ku." (Hadis)
Surat
Al-Fatihah disebut pula Salat, karena ia merupakan syarat di dalam
salat. Surat Al-Fatihah dinamakan pula Syifa, seperti yang disebutkan
di dalam riwayat Ad-Darimi melalui Abu Sa'id secara marfu'
Fatihatul kitab (surat
Al-Fatihah) merupakan obat penawar bagi segala jenis racun. Surat
Al-Fatihah dikenal pula dengan nama Ruqyah, seperti yang di-sebutkan di
dalam hadis Abu Sa'id yang sahih, yaitu di saat dia
mem-bacakannya
untuk mengobati seorang lelaki sehat (yang tersengat ka-lajengking).
Sesudah itu Rasulullah Saw. bersabda kepada Abu Sa'id (Al-Khudri):
Siapakah
yang memberi tahu kamu bahwa surat Al-Fatihah itu adalah
ruqyah? Asy-Sya-bi meriwayatkan sebuah asar melalui Ibnu Abbas, bahwa
dia menamakannya (Al-Fatihah) Asasul Qur'an (fondasi Al-Qur'an).
Ib-nu Abbas mengatakan bahwa fondasi surat ini terletak pada
bismilla-hir rahmanir rahim.
Sufyan
ibnu Uyaynah menamakannya Al-Waqiyah, sedangkan Yahya ibnu Kasir
menamakannya Al-Kafiyah, karena surat Al-Fatihah sudah mencukupi tanpa
selainnya, tetapi surat selainnya tidak dapat mencukupi bila tanpa surat
Al-Fatihah, seperti yang disebutkan di da-lam salah satu hadis
berpredikat mursal di bawah ini:
Ummul
Qur'an merupakan pengganti dari yang lainnya, sedang-kan selainnya
tidak dapat dijadikan sebagai penggantinya. Surat ini dinamakan pula
surat As-Salah dan Al-Kanz. Kedua nama ini disebutkan oleh
Az-Zamakhsyari di dalam kitab Kasysyaf.
Menurut
Ibnu Abbas, Qatadah, dan Abul Aliyah, surat Al-Fa-tihah adalah
Makkiyyah. Menurut pendapat l«in Madaniyyah, seperti yang dikatakan oleh
Abu Hurairah, Mujahid, Ata ibnu Yasar, dan Az-Zuhri. Pendapat lainnya
lagi mengatakan, surat Al-Fatihah diturunkan sebanyak dua kali, pertama
di Mekah, dan kedua di Madinah. Tetapi pendapat pertama lebih dekat
kepada kebenaran, karena firman-Nya menyebutkan:
Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang. (Al-Hijr: 87)
Abu Lais As-Samarqandi
meriwayatkan bahwa separo dari surat Al-Fatihah diturunkan di Mekah,
sedangkan separo yang lain diturunkan di Madinah. Akan tetapi, pendapat
ini sangat aneh, dinukil oleh Al-Qurtubi darinya.
Surat
Al-Fatihah terdiri atas tujuh ayat tanpa ada perselisihan, te-tapi Amr
ibnu Ubaid mengatakannya delapan ayat, dan Husain Al-Ju-fi mengatakannya
enam ayat; kedua pendapat ini syaz (menyendiri).
Mereka
berselisih pendapat mengenai basmalah-nya, apakah me-rupakan ayat
tersendiri sebagai permulaan Al-Fatihah seperti yang di-katakan oleh
jumhur ulama qurra Kufah dan segolongan orang dari kalangan para sahabat
dan para tabi'in serta ulama Khalaf, ataukah merupakan sebagian dari
ayat atau tidak terhitung sama sekali sebagai permulaan Al-Fatihah,
seperti yang dikatakan oleh ulama penduduk Madinah dari kalangan ahli
qurra dan ahli fiqihnya. Kesimpulan pen-dapat mereka terbagi menjadi
tiga pendapat, seperti yang akan dise-butkan nanti pada tempatnya insya
Allah, dan hanya kepada-Nya kita percayakan.
Para ulama mengatakan bahwa jumlah kalimat dalam surat Al-Fatihah semuanya ada 25 kalimat, sedangkan hurufnya sebanyak 113.
Imam
Bukhari dalam permulaan kitab Tafsir mengatakan bahwa surat ini
dinamakan Ummul Kitab karena penulisan dalam mus-hafdi-mulai dengannya
dan permulaan bacaan dalam salat dimulai pula de-ngannya. Menurut
pendapat lain, sesungguhnya surat ini dinamakan Ummul Kitab karena semua
makna yang terkandung di dalam Al- Qur'an merujuk kepada apa yang
terkandung di dalamnya. Ibnu Jarir mengatakan, orang Arab menamakan
setiap himpunan suatu perkara atau bagian terdepan dari suatu perkara
jika mempunyai kelanjutan yang mengikutinya sebagaimana imam dalam
suatu masjid besar dengan istilah "umm". Untuk itu, mereka menyebut
kulit yang me-lapisi otak dengan istilah "ummur ra-si". Mereka menamakan
panji atau bendera suatu pasukan yang terhirnpun di bawahnya dengan
se-butan "umm" pula. Hal ini dapat dibuktikan melalui perkataan
se-orang penyair bernama Zur Rummah, yaitu: Pada ujung tombak itu
terdapat panji kami yang merupakan lam-bang bagi kami dalam mengerjakan
segala urusan, kami tidak akan mengkhianatinya sama sekali.
Ibnu
Jarir mengatakan bahwa Mekah dinamakan Ummul Qura karena ia merupakan
kota paling depan, mendahului semua kota lainnya, dan menghimpun
kesemuanya. Pendapat lain mengatakan bahwa Mekah
dinamakan
Ummul Qura karena bumi ini dibulatkan mulai darinya. Adapun surat ini,
dinamakan "Al-Fatihah" karena bacaan Al-Qur'an dimulai dengannya, dan
para sahabat memulai penulisan mus-haf imam dengan surat ini.
Penamaan surat Al-Fatihah dengan
sebutan "As-Sab'ul masani" dinilai sah. Mereka mengatakan, dinamakan
demikian karena surat ini dibaca berulang-ulang dalam salat, pada
tiap-tiap rakaat, sekalipun masani ini mempunyai makna yang lain,
seperti yang akan diterang-kan nanti pada tempatnya insya Allah. Imam
Ahmad mengatakan bahwa telah menceritakan kepada me-reka Yazid ibnu
Harun, telah menceritakan kepada mereka Ibnu Abu Zi'b dan Hasyim ibnu
Hasyim, dari Ibnu Abu Zi'b, dari Al-Maqbari, dari Abu Hurairah, bahwa
Nabi Saw. pernah bersabda tentang Ummul Qur'an:
Surat Al-Fatihah adalah Ummul Qur'an, As-Sab'ul Masani, dan Al-Qur'anul' Azim.
Kemudian
Imam Ahmad meriwayatkannya pula dari Ismail ibnu Umar, dari Ibnu Abu
Zi'b dengan lafaz yang sama. Abu Ja'far Muhammad ibnu Jarir At-Tabari
mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yunus ibnu Abdul A'la, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Ibnu Abu
Zi'b, dari Sa'id Al-Maqbari, dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah
Saw. pernah bersabda:
Surat Fatihah ini adalah Ummul Qur'an, Fatihatul Kitab, dan As-Sab'ul masani.
Al-Hafiz
Abu Bakar Ahmad ibnu Musa ibnu Murdawaih mengatakan di dalam tafsirnya
bahwa telah menceritakan kepada kami Ahmad ib-nu Muhammad ibnu Ziad,
telah menceritakan kepada kami Muham-mad ibnu Galib ibnu Haris', telah
menceritakan kepada kami Ishaq ib-nu Abdul Wahid Al-Mausuli, telah
menceritakan kepada kami Al-Mu'afa ibnu Imran, dari Abdul Hamid ibnu
Ja'far, dari Nuh ibnu Abu Bilal, dari Al-Maqbari, dari Abu Hurairah yang
menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Alhamdu lillahi
rabbil 'alamin (surat Al-Fatihah) adalah tujuh ayat, sedangkan
bismillahir rahmanir rahim adalah salah
satu-nya. Surat Al-Fatihah adalah As-sab'ul mas'ani, Al-Qur'anul 'azim, Ummul Kitab, dan Fatihatul Kitab.
Ad-Daruqutni
meriwayatkannya melalui Abu Hurairah secara marfu' dengan lafaz yang
sama atau semisal dengannya. Ad-Daruqutni me- 38 A -Fatihah ngatakan
bahwa semua rawinya siqah (dipercaya). Imam Baihaqi me-riwayatkan sebuah
asar dari Ali, Ibnu Abbas, dan Abu Hurairah, bah-wa mereka menafsirkan
firman Allah Swt., "sab'an minal masani (tujuh ayat yang dibaca
berulang-ulang)," dengan makna surat
Al-Fatihah,
dan basmalah termasuk salah satu ayatnya yang tujuh. Hal ini akan
dibahas lebih lanjut lagi dalam pembahasan basmalah. Al-A'masy
meriwayatkan dari Ibrahim yang pernah mencerita-kan
bahwa
pernah ditanyakan kepada Ibnu Mas'ud, "Mengapa eng-kau tidak menulis
Al-Fatihah dalam mus-haf-mxxT, Ibnu Mas'ud men-jawab,
"Seandainya aku menulisnya,
niscaya aku akan menulisnya pada permulaan setiap surat." Abu Bakar ibnu
Abu Dawud mengata-kan, yang dimaksud ialah mengingat surat Al-Fatihah
dibaca dalam salat, hingga cukup tidak diperlukan lagi penulisannya,
sebab semua kaum muslim telah menghafalnya. Suatu pendapat mengatakan
bahwa surat Al-Fatihah merupakan bagian dari Al-Qur'an yang mula-mula
diturunkan, seperti yang telah disebutkan di dalam sebuah hadis yang
diriwayatkan oleh Imam Bai-haqi di dalam kitab Dalailun Nubuwwah,
dinukil oleh Al-Baqilani se-bagai salah satu dari tiga pendapat. Menurut
pendapat lain, yang
mu-la-mula diturunkan adalah firman Allah Swt. berikut ini: Hai orang yang berselimut. (Al-Muddassir: 1)
Seperti yang disebutkan di dalam hadis Jabir yang sahih. Menurut pendapat yang lainnya lagi adalah firman-Nya:
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah mencipta-kan. (Al-Alaq: 1)
Pendapat
terakhir inilah yang paling sahih, seperti yang akan dite-rangkan nanti
pada pembahasan tersendiri. Hadis-hadis yang menerangkan keutamaan
surat Al-Fatihah Imam Ahmad ibnu Muhammad ibnu Hambal di dalam
kitab Musnad-nya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya
ibnu Sa'id, dari Syu'bah yang mengatakan bahwa telah
menceritakan kepadaku Khubaib ibnu Abdur Rahman, dari Hafz ibnu Asim,
dari Abu Sa'id ibnul Ma'la r.a. yang menceritakan:
Aku
sedang salat, kemudian Rasulullah Saw. memanggilku, tetapi aku tidak
menjawabnya hingga aku selesai dari salatku, lalu aku datang kepadanya
dan ia bertanya, "Mengapa engkau tidak se-gera datang kepadakuT Aku
menjawab, "Wahai Rasulullah, se-sungguhnya aku sedang salat." Beliau
Saw. bersabda, "Bukan-kah Allah Swt. telah berfirman, 'Hai orang-orang
yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila
Rasul menyeru kalian kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kalian'
(Al-Anfal: 24)." Kemudian beliau Saw. bersabda,
"Sesungguh-nya aku benar-benar
akan mengajarkan kepadamu surat yang paling besar dalam Al-Qur'an
sebelum kamu keluar dari masjid ini." Lalu beliau memegang tanganku.
Ketika bttiau hendak ke-luar dari masjid, aku bertanya, "Wahai
Rasulullah, sesungguh-nya engkau telah mengatakan bahwa engkau akan
mengajarkan
kepadaku sebuah surat Al-Qur'an yang paling agung. Beliau menjawab,
"Ya, Alhamdulillahi rabbil 'alamin adalah sab'ul masani, dan Al-Qur'anul
'azim yang diberikun kepadaku." Dcmikian pula menurut yang diriwayatkan
oleh Imam Bukhari, dari Musaddad dan Ali ibnul Madini, keduanya dari
Yahya ibnu Sa'id
Al-Qattan
dengan lafaz yang sama. Imam Bukhari pun meriwayatkan ha-dis ini pada
bagian lain dalam tafsirnya, dan diriwayatkan pula olch Abu Daud, Nasai,
dan Ibnu Majah dari berbagai jalur melalui Syu'-bah
dengan
lafaz yang sama. Al-Waqidi meriwayatkannya dari Mu-hammad ibnu Mu'az
Al-Ansari, dari Khubaib ibnu Abdur Rahman, dari Abu Sa'id ibnul Ma'la,
dari Ubay ibnu Ka'b hadis yang semisal.
Di
dalam kitab Muwatta' Imam Malik terdapat sebuah hadis yang Perlu
diperhatikan. Hadis tersebut diriwayatkan oleh Imam Ma-lik dari Al-Ala
ibnu Abdur Rahman ibnu Ya'qub Al-Harqi, bahwa Abu Sa'id
maula
Amir ibnu Kuraiz telah menceritakan kepada mere-ka bahwa Rasulullah
pernah memanggil Ubay ibnu Ka'b yang sedang salat. Setelah Ubay
menyelesaikan salatnya, lalu ia menjumpai Nabi Saw. Nabi Saw. memegang
tangan Ubay, saat itu beliau hendak ke-luar menuju pintu masjid.
Kemudian beliau Saw. bersabda, "Sesung-guhnya aku benar-benar berharap
sebelum kamu keluar dari masjid ini kamu sudah mengetahui suatu surat
yang belum pernah diturunkan di dalam Taurat, Injil, dan tidak ada pula
di dalam Al-Qur'an surat yang serupa dengannya." Ubay melanjutkan
kisahnya, "Maka aku mengurangi kecepatan langkahku karena mengharapkan
pelajaran ter-sebut, kemudian aku berkata, 'Wahai Rasulullah, surat
apakah yang engkau
janjikan
kepadaku itu?' Bcliau Saw. bcrsabda, 'Apakah yang engkau baca bila
membuka salatmu?' Aku mcmbaca alhamdu lillahi rabbil 'alamina sampai
akhir surat,' lalu beliau bcrsabda, 'Itulah surat yang kumaksudkan.
Surat ini adalah sab'ul masani dan Al-Qur''anul 'azim yang diberikan
kepadaku'." Abu Sa'id yang terdapat dalam sanad hadis ini bukanlah Abu
Sa'id ibnul Ma-la seperti yang diduga oleh Ibnul Asir di dalam kitab
Jami'ul
Usul-nya dan orang-orang yang mengikuti pendapatnya. Ka-rena
sesungguhnya Ibnul Ma-la adalah seorang sahabat dari kalangan Ansar,
sedangkan Abu Sa'id maula ibnu Amir adalah seorang tabi'in, salah
seorang maula Bani Khuza'ah (yaitu Abdullah Amir Ibnu Ku-raiz
Al-Khuza'i). Hadis yang pertama muttasil dan berpredikat sahih,
sedangkan hadis kedua ini lahiriahnya munqali' jika memang Abu Sa'id
tidak mendengarnya dari Ubay ibnu Ka'b. Jika Abu Sa'id be-nar-benar
mendengarnya dari Ubay, maka untuk kebersihannya disya-ratkan disebutkan
di dalam kitab Sahih Muslim. Menurut Imam Ahmad, hadis ini diriwayatkan
pula melalui Ubay ibnu Ka'b, bukan hanya dari satu jalur. Imam Ahmad
mengatakan, te-lah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan
kepada ka-mi Abdur Rahman ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada
kami Al-Ala ibnu Abdur Rahman, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a.
yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. keluar menemui Ubay ibnu
Ka'b yang saat itu sedang salat. Beliau memanggil, "Hai Ubay!"
Ubay menoleh, tetapi tidak menjawab, lalu ia mempercepat salatnya.
Setelah itu ia segera menemui Rasulullah Saw., lalu bersalam
kepada-nya, "Assalamu'alaika, ya Rasulallah." Rasulullah Saw. menjawab,
"Wa'alaikas salam, hai Ubay.
Apakah yang mencegahmu untuk tidak menjawabku ketika aku memanggilmu?"
Ubay menjawab, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku sedang dalam
salatku." Rasulullah Saw. bersabda, "Tidakkah engkau menjumpai dalam apa
yang telah diwahyukan oleh Allah kepadaku, bahwa penuhilah seruan Allah
dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kalian kepada suatu
yang mem-beri kehidupan kepada kalian? (Al-Anfal: 24)." Ubay
menjawab, "Mereka benar, wahai Rasulullah, aku tidak akan mengulanginya
la-gi." Rasul Saw. bersabda, "Sukakah kamu bila aku mengajarkan
ke-padamu suatu surat yang tidak pernah diturunkan di dalam kitab
Tau-rat, tidak dalam kitab Injil, tidak dalam kitab Zabur, tidak pula di
da-lam
Al-Qur'an ada surat yang
serupa dengannya?" Ubay menjawab, "Ya, wahai Rasulullah." Rasulullah
Saw. bersabda, "Sesungguhnya aku benar-benar berharap, mudah-mudahan
sebelum aku keluar dari pintu ini kamu sudah mengetahuinya." Lalu
Rasulullah Saw. me-megang tangan Ubay seraya berbicara denganya, dan
Ubay memper-lambat langkahnya karena khawatir beliau sampai di pintu
masjid se- belum menyampaikan hadisnya. Ketika mereka mendekati
pintu ter-sebut, Ubay bertanya, "Wahai Rasulullah, surat apakah yang
engkau janjikan kepadaku itu?" Rasulullah Saw. bertanya, "Surat apakah
yang kamu baca dalam salat?" Lalu Ubay membacakan kepadanya surat Ummul
Qur'an, sesudah itu beliau Saw. bersabda, "Demi Tuhan yang
jiwaku
berada dalam gcnggaman kckuasaan-Nya, Allah tidak pemah menurunkan di
dalam kitab Taurat, tidak dalam kitab Injil ser-ta tidak dalam kitab
Zabur, tidak pula dalam Al-Qur'an suatu surat yang serupa
dcngan
surat itu (Ummul Qur'an). Sesungguhnya surat itu adalah As-Sab'ul
masani." Hadis ini diriwayatkan pula olch Imam Turmuzi dari
Qutaibah, dari Ad-Darawardi, dari Al-Ala, dari ayahnya, dari Abu
Hurairah r.a.
Lalu Imam Turmuzi
mengetcngahkan hadis ini, dan pada hadisnya ini tcrdapat kalimat,
"Sesungguhnya Al-Fatihah ini adalah As-Sab'ul masani dan Al-Qur'anul
'azim yang diturunkan kcpadaku." Kemudi-an Imam Turmuzi mcngatakan bahwa
hadis ini berpredikat hasan atau sahih. Dalam bab yang sama
diriwayatkan pula hadis ini melalui Anas ibnu Malik.
Hadis
ini diriwayatkan pula oleh Abdullah ibnu Imam Ahmad, dari Ismail ibnu
Abu Ma-mar, dari Abu Usamah, dari Abdul Hamid ibnu Ja'far, dari Al-Ala,
dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Ubay ibnu
Ka'b, lalu ia mcngetengahkan hadis ini dengan panjang lebar, semisal dengan hadis di atas ataii mcndckatinya.
Hadis
ini diriwayatkan pula oleh Abdullah ibnu Imam Ahmad, dari Ismail ibnu
Abu Ma-mar, dari Abu Usamah, dari Abdul Hamid ibnu Ja'far, dari Al-Ala,
dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Ubay ibnu
Ka'b, lalu ia mcngetengahkan hadis ini dengan panjang lebar, semisal dengan hadis di atas ataii mcndckatinya.
Hadis
ini diriwayatkan pula olch Imam Turmuzi dan Imam Nasai sccara
bcrsamaan, dari Abu Ammar Husain ibnu Hurayyis, dari Al-Fadl ibnu Musa,
dari Abdul Hamid ibnu Ja'far, dari Al-Ala, dari
ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Ubay ibnu Ka'b yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. telah bcrsabda:
Allah
lidak pernah menurunkan di dalam kitab Taurat, tidak pula dalam kitab
Injil hal yang semisal dengan Ummul Qur'an; ia adalah As-Sab'ul masani
dan ia terbagi antara Aku (Allah Swt.)
dan hamba-Ku menjadi dua bagian.
Demikianlah menurut lafaz Imam Nasai. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan lagi garib.
Imam
Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mu-hammad ibnu Ubaid,
telah menceritakan kepada kami Hasyim (yakni Ibnul Barid), telah
menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Muham-mad ibnu Aqil, dari Jabir
yang menceritakan, "Aku sampai kepada Rasulullah Saw. yang pada saat itu
air (wudu untuk beliau) telah di-tuangkan, maka aku mengucapkan,
'Assalamu 'alaika, ya Rasulallah. Tetapi beliau tidak menjawabku. Maka
aku ucapkan lagi, 'Assalamu 'aiaika, ya Rasulallah.' Beliau tidak
menjawabku, dan kuucapkan la-gi, 'Assalamu 'alaika, ya Rasulallah,'
tetapi beliau tetap tidak menja-wabku. Rasulullah Saw. berjalan,
sedangkan aku berada di belakang-nya hingga beliau masuk ke dalam
kemahnya. Kemudian aku masuk ke dalam masjid, lalu duduk dalam keadaan
bersedih hati dan mu-rung. Kemudian Rasulullah Saw. keluar menemuiku,
sedangkan be-liau telah bersuci, lalu bersabda, 'Wa'alaikas salam
warahmatullahi wabarakatuh, wa'alaikas salam warahmatullahi
wabarakatuh, wa'alaikas salam warahmatullah.' Kemudian beliau
bersabda, 'Mau-kah aku ajarkan kepadamu, hai Abdullah ibnu Jabir, suatu
surat yang paling baik dalam Al-Qur'an?' Aku menjawab, 'Tentu saja
aku mau, wahai Rasulullah.' Rasulullah Saw. bersabda, 'Bacalah
Alhamdu lil-lahi rabbil 'alamina hingga selesai'." Sanad hadis ini
jayyid (baik), dan Ibnu Aqil yang ada dalam sa-nad hadis ini hadisnya
dipakai sebagai hujah oleh para pemuka imam, sedangkan Abdullah ibnu
Jabir adalah seorang sahabat yang oleh Ib-nul Jauzi disebut seorang dari
kalangan Bani Abdi. Pendapat yang lain mengatakan bahwa dia adalah
Abdullah ibnu Jabir Al-Ansari Al-Bayadi, mcnurut Al-Hafiz ibnu Asakir.
Mereka
menyimpulkan dalil dari hadis ini dan yang semisal de-ngannya, bahwa
sebagian dari ayat dan surat mempunyai kelebihan tersendiri atas
sebagian yang lainnya. Sepcrti yang diriwayatkan dari banyak ulama,
antara lain Ishaq ibnu Rahawaih, Abu Bakar ibnul Arabi, dan Ibnu Haffar
dari kalangan mazhab Maliki. Scdangkan se-golongan lainnya dari kalangan
ulama berpendapat bahwa tiada ke-utamaan dalam hal tersebut karena
semuanya adalah Kalamullah, agar keutamaan ini tidak memberikan kesan
bahwa hal yang dikalah- kan keutamaannya mengandung kekurangan,
sekalipun pada kenyata-annya semua mempunyai keutamaan. Demikian menumt
yang dinukil oleh Al-Qurtubi, dari Al-Asy'ari, Abu Bakar Al-Baqilani,
Abu Hatim ibnu Hibban Al-Busti, Abu Hayyan, dan Yahya ibnu Yahya, serta
menurut salah satu riwayat dari Imam Malik. Imam Bukhari di dalam
Fadailil Qur'an mengatakan, telah men-ceritakan kepada kami Muhammad
ibnul Musanna, telah mencerita-kan kepada kami Wahb, telah menceritakan
kepada kami Hisyam, da-ri Muhammad ibnu Ma'bad, dari Abu Sa'id Al-Khudri
yang menceri-takan bahwa ketika kami brada dalam suatu
perjalanan, tiba-tiba da-tanglah seorang budak perempuan muda, lalu ia
berkata,
"Sesungguh-nya pemimpin
kabilah terkena sengatan binatang beracun, sedangkan kaum lelaki kami
sedang tidak ada di tempat, adakah di antara kalian yang dapat
me-ruqyah? Maka bangkitlah seorang laki-laki dari ka-lang'an kami
bersamanya, padahal kami sebelumnya tidak pernah memperhatikan bahwa dia
dapat mc-ruqyah (pengobatan dengan jam-pi). Kemudian lelaki itu
mc-ruqyah-nya, dan ternyata pemimpin ka-bilah sembuh, maka pemimpin
kabilah memerintahkan agar memberi-nya upah berupa tiga puluh ekor
kambing dan memberi kami minum laban (yoghurt). Kctika lclaki itu
kembali, kami bcrtanya kepadanya, "Apakah kamu dapat me-ruqyah atau
kamu pandai mc-ruqyah?" Ia menjawab, "Tidak, aku hanya me-ruqyah
dengan membaca Ummul Kitab." Kami berkata, "Janganlah
kalian mcmbicarakan sesuatu pun sebclum kita sampai dan bcrtanya
kepada Rasulullah." Kctika tiba di Madinah, kami ceritakan hal itu
kepada Nabi Saw., dan beliau menja-wab, "Siapakah yang
membcritahukan kepadanya bahwa Al-Fatihah adalah ruqyah? Bagi-bagikanlah
dan bcrikanlah kepadaku satu bagian darinya!"
Abu
Ma'mar mengatakan telah menceritakan kepada kami Abdul Waris, telah
menceritakan kepada kami Hisyam, telah menceritakan kepada kami Muhammad
ibnu Sirin, telah menceritakan kepadaku Ma'bad ibnu Sirin, dari Abu
Sa'id Al-Khudri, hadis yang sama. Imam Muslim dan Imam Abu Daud telah
meriwayatkannya pula me-lalui riwayat Hisyam, yaitu Ibnu Hassan, dari
Ibnu Sirin dengan lafaz yang sama.
Menurut
sebagian riwayat yang diketengahkan Imam Muslim, Abu Sa'id Al Khudri
adalah orang yang me-ruqyah orang yang terse-ngat binatang berbisa itu.
Mereka menyebutkan orang yang terkena sengatan binatang berbisa dengan
sebutan Salim (orang yang sehat) dengan harapan semoga ia sembuh. Imam
Muslim di dalam kitab Sahih-nya dan Imam Nasai di da-lam kitab Sunan-nya
telah meriwayatkan dari hadis Abul Ahwas Sa-lam ibnu Salim, dari Amman
ibnu Zuraiq, dari Abdullah ibnu Isa ibnu Abdur Rt iinan ibnu Abu Laila,
dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang menceritakan, "Ketika kami
sedang bersama Rasulullah Saw. yang saat itu sedang bersama Malaikat
Jibril, tiba-tiba Jibril mendengar suara gemuruh di atasnya, lalu Jibril
mengangkat pan-dangannya ke langit dan berkata, 'Ini adalah suara pintu
langit dibu-ka, pintu ini sama
sekali belum pernah dibuka.' Lalu turunlah seorang malaikat dan langsung datang kepada Nabi Saw., kemudian berkata:
Bergembiralah
dengan dua cahaya yang ielah diberikan kepada-mu, tiada seoran nabi pun
sebelummu yang pernah diberi ke-duanya, yaitu Fatihatul Kitab dan
ayat-ayat terakhir dari surat Al-Baqarah. Tidak sekali-kali kamu membaca
suatu huruf dari-nya melainkan pasti kamu diberi
(pahala)nya. Demikianlah menurut lafaz riwayat Imam Nasai, hampir sama
dengan lafaz Imam Muslim. Imam Muslim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Ishaq ibnu Ibrahim Al-Hanzali (yaitu Ibnu Rahawaih), telah
menceri-takan kcpada kami Sufyan ibnu Uyaynah, dari Al-Ala (yakni Ibnu
Abdur Rahman ibnu Ya'qub Al-Kharqi), dari Abu Hurairah r.a., dari
Nabi Saw. yang telah bersabda:
Barang siapa salat tanpa membaca Ummul Qur'an di dalamnya, maka salatnya khidaj sebanyak tiga kali yakni tidak sempur-na.
Kemudian
dikatakan kepada Abu Hurairah, "Sesungguhnya kami sa-lat di belakang
imam." Abu Hurairah r.a. menjawab, "Bacalah untuk dirimu scndiri, karena
sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulul-lah Saw. bersabda:
Allah
Swt. berfirman, 'Aku bagikan salat antara Aku dan hamba-Ku menjadi dua
bagian, dan bagi hamba-Ku apa yang dia min-ta. Bila seorang hamba
berkata, 'Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam,' Allah berfirman,
'Hamba-Ku telah memuji-Ku.' Bila ia berkata, 'Yang Maha Pemurah lagi
Maha Penyayang,'
Allah
berfirman, 'Hamba-Ku telah menyanjung-Ku.' Bila ia ber-kata, 'Yang
Menguasai hari pembalasan,' maka Allah berfirman, 'Hamba-Ku telah
mengagungkan-Ku,' dan adakalanya sesekali berfirman, 'Hamba-Ku telah
berserah diri kepada-Ku' Bila ia berkata, 'Hanya Engkaulah yang kami
sembah dan hanya kepa-da Engkaulah kami mohon pertolongan,' maka
Allah berfirman,
'Ini
antara diri-Ku dan hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa yang dia minta.'
Bila ia berkata, 'Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan
orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nik: mat kepada mereka, bukan
(jalan) mereka yang dimurkai dan bu-kan (pula jalan) mereka yang sesat,'
maka Allah berfirman, 'Ini
untuk
hamba-Ku dan bagi hamba-Ku yang dia mintaT Demikian pula yang
diriwayatkan oleh Imam Nasai, dari Ishaq ibnu Rahawaih; keduanya
meriwayatkannya dari Qutaibah, dari Malik, dari Al-Ala, dari Abus Saib
maula Hisyam ibnu Zahrah, dari Abu Hu-rairah yang menurut lafaz hadis
irii disebutkan: Separonya buat-Ku dan separonya lagi buat hamba-Ku,
bagi hamba-Ku apa yang dia minta. Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu
Ishaq, dari Al-Ala. Imam Muslim meriwayatkannya pula melalui hadis Ibnu
Juraij, dari Al-Ala, dari Abus Saib, seperti hadis ini. Ia
meriwayatkannya melalui hadis Ibnu Abu Uwais, dari Al-Ala, dari ayahnya
dan Abus Sa'ib, kedua-nya menerima hadis ini dari Abu Hurairah. Imam
Turmuzi mengata-kan bahwa hadis ini berpredikat hasan, dan aku pernah
menanyakan tentang hadis ini kepada Abu Zar'ah, maka ia menjawab bahwa
ke-dua hadis ini berpredikat sahih, yaitu yang dari Al-Ala, dari
ayahnya; dan yang dari Al-Ala, dari Abus Sa'ib.
Hadis
ini diriwayatkan pula oleh Abdullah ibnul Imam Ahmad, dari hadis
Al-Ala, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Ubay ibnu Ka'b secara
panjang lcbar. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Salih ibnu Mismar Al-Marwazi, telah mcnceritakan ke-pada kami Zaid ibnu
Habbab, telah menceritakan kepada kami Anba-sah ibnu Sa'id, dari
Mutarrif ibnu Tarif, dari Sa'id ibnu Ishaq, dari Ka'b ibnu Ujrah, dari
Jabir ibnu Abdullah yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pcrnah
bcrsabda:
Allah
Swt. berfirman, "Aku bagikan salat antara Aku dan hamba-Ku menjadi
dua bagian, dan bagi hamba-Ku apa yang dia min-ta." Apabila seorang
hamba mengucapkan, "Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam," maka
Allah berfirman, "Hamba-Ku telah memuji-Ku." Apabila ia mengucapkan,
"Yang Maha Pe-murah lagi Maha Penyayang," Allah berftrman,
"Hamba-Ku te-lah menyanjung-Ku," kemudian Aliah berfirman, "Ini
untuk-Ku dan bagi hamba-Ku adalah yang sisanya." Hadis ini garib bila
ditinjau dari segi kalimat terakhir ini.
Dikutip dari Terjemahan Tafsir Ibnu Katsir Terbitan Sinar Baru Algesindo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar