Cari Di Blog Ini

Rabu, 14 Desember 2011

Vatikan akan Sponsori Simposium Pedofilia untuk Bantu Uskup Katolik


VATICAN CITY  - Universitas Kepausan Gregoriana di Roma akan menjadi tuan rumah untuk sebuah simposium yang disponsori Vatikan tentang pedofilia pada Februari mendatang.

Forum tersebut dimaksud untuk membantu para uskup Katolik dan para pemimpin ordo/kongregasi di dunia dalam menghadapi pelecehan seksual oleh klerus terhadap anak-anak. Forum tersebut juga akan memanfaatkan berbagai sarana online, demikian Religions News Service yang mengutip kantor berita Italia ANSA.

Menurut laporan, simposium ini akan diisi dengan sebuah lokakarya yang dipimpin oleh para pengembang Virtus. Para pembuatnya menggambarkan Virtus sebagai “state-of-the-art, web-based-platform” yang menyediakan “berbagai program praktis terbaik yang dirancang untuk membantu mencegah wrongdoing dan mempromosikan ‘rightdoing’ dalam berbagai organisasi keagamaan.”

Virtus ini dikembangkan oleh National Catholic Risk Retention Group Inc, sebuah perusahaan Amerika Serikat yang menawarkan “cost-effective excess liability programs” untuk berbagai institusi Katolik di negara tersebut.

Sebagaimana diberitakan berbagai media beberapa, akhir-akhir ini wabah skandal seks menghantui Gereja Katolik di seluruh dunia.
Pemicunya adalah banhyaknya kasus pelecehan seksual terhadap anak-anak (pedofilia) yang dilakukan oleh para pastor, uskup dan biarawan di Irlandia, Jerman, Austria, Belanda, Denmark, Swiss, Amerika Serikat, dll.

Di Amerika, skandal seks Gereja Katolik itu menjalar cepat di sekujur Amerika Serikat dalam beberapa tahun belakangan. Menurut organisasi “Bishop Accountability,” di Amerika Serikat saja tercatat lebih dari empat ribu pastur dari total sekitar 42 ribu pastur di AS, tersangkut kasus tindakan kekerasan seks terhadap anak-anak. (AFP, Detik, Rabu 13 Agustus 2008).

Untuk membungkus aib pencabulan itu, gereja tak segan-segan menyembunyikan dengan cara apapun, meski harus mengeluarkan biaya yang sangat mahal. Tahun 2007, Gereja Katolik AS membayar US$ 615 juta, yang sebagian besar (US$ 526 juta) untuk menghentikan proses hukum lebih lanjut.

Setahun kemudian, pada bulan April 2008, Paus Benediktus menemui para korban pelecehan seksual saat melawat ke Amerika Serikat. Buntutnya, serikat Gereja Amerika Serikat mengeluarkan biaya kompensasi sebesar US$ 2miliar untuk para korban pelecehan sejak 1992.

Masih pada bulan yang sama, tanggal 13 Agustus 2008, Gereja Katolik Chicago-AS membayar gantirugi sebesar US$ 12,6 juta kepada 16 anak-anak yang jadi korban Pastur Pedophil. Proses negoisasi berjalan alot itu berhasil setelah Kardinal Francis George, kepala Konferensi Uskup Katolik AS juga minta maaf kepada para korban dan keluarga mereka.

Ke-16 korban yang akan mendapat kompensasi kali ini mencakup 14 kasus yang dilakukan 10 pastur sejak 1962 hingga 1994. Dua korban lainnya yang juga akan menerima kompensasi adalah korban dari pastur Daniel J. McCormack yang sedang menjalani hukuman penjara. Dia mengaku bersalah pada tahun 2007 lalu atas dakwaan kekerasan seks terhadap 5 anak.

Di Brasil seorang pendeta dan dua monsinyur dicekal dari gereja atas dugaan membuat video seks yang melibatkan seorang remaja. Sebagian besar kasus-kasus lainnya datang dari masa lalu ketika gereja kurang menyadari bahaya mengerikan yang diakibatkan oleh pelecehan seksual, dan masa sebelum pengawasan melekat yang ketat diberlakukan gereja.

Tahun 2009, terbit laporan pertama yang disebut Ryan report yang berisi hasil investigasi kasus pelecehan oleh institusi Katolik pada 1936-1970. Saking banyaknya kasus, laporan tersusun setebal 2.600 halaman.
Tahun 2010, tepatnya bulan Maret, Uskup asal Jerman, Gerhard Ludwig Mueller melakukan pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur, anggota paduan suara gereja.  Uskup cabul yang masih familinya Paus Benediktus XVI ini adalah uskup yang mengurusi kelompok paduan suara Domspatzen, Jerman. (AFP, Minggu 07 Maret 2010).

Maraknya pelecehan seksual di Gereja Katolik Jerman, memaksa Kanselir Jerman Angela Merkel mengeluarkan statemen. Berbicara dalam pidatonya di parlemen, Rabu (17/3/2010), Merkel mengecam pelecehan seksual terhadap anak-anak sebagai kejahatan yang keji.

“Kita tidak akan pernah mampu memperbaiki trauma psikologi dan fisik yang diderita korban, namun kita bisa bicara tentang kompensasi, bagi mereka yang menderita pelecehan,” kata Merkel.
Kanselir Merkel terpaksa berbicara tentang skandal seks Gereja Katolik, karena kasus itu telah mengguncang Jerman dalam beberapa minggu terakhir. Lebih dari 250 mantan siswa dari lembaga-lembaga Katolik menjadi tersangka pelecehan seksual. Merkel menyebut Gereja sedang berada di jantung skandal
.
Pelecehan Seksual di Kalangan Gereja Katolik Indonesia

Ternyata, indikasi pelecehan seksual di Gereja Katolik juga terjadi di Indonesia. Hal ini terungkap dalam wawancara  Pastor Thomas Suratno dengan Radio Swara Wajar (www.ranesi.nl).
Pastor Thomas mengakui bahwa pelecehan seksual juga terjadi di kalangan gereja Katolik di Indonesia. Bedanya, di Indonesia tidak disorot oleh media. Thomas Suratno tidak heran dengan fenomena pelecehan seksual di Gereja Katolik. Karena ketika tinggal di Irlandia, ia menyaksikan dari tahun 1998 sampai 2000 hampir setengah bulan sekali ada semacam kasus pelecehan seksual yang dibongkar dan disidangkan ke pengadilan. Bahkan  disiarkan oleh televisi. [silum/dbs, catchnews, huffingtonpost] 

(voa-islam.com)

Tidak ada komentar: