VATICAN CITY - Universitas Kepausan Gregoriana di Roma akan menjadi tuan rumah untuk sebuah simposium yang disponsori Vatikan tentang pedofilia pada Februari mendatang.
Forum tersebut dimaksud untuk membantu
para uskup Katolik dan para pemimpin ordo/kongregasi di dunia dalam
menghadapi pelecehan seksual oleh klerus terhadap anak-anak. Forum
tersebut juga akan memanfaatkan berbagai sarana online, demikian Religions News Service yang mengutip kantor berita Italia ANSA.
Menurut laporan, simposium ini akan diisi dengan sebuah lokakarya yang dipimpin oleh para pengembang Virtus. Para pembuatnya menggambarkan Virtus sebagai “state-of-the-art, web-based-platform” yang menyediakan “berbagai program praktis terbaik yang dirancang untuk membantu mencegah wrongdoing dan mempromosikan ‘rightdoing’ dalam berbagai organisasi keagamaan.”
Virtus ini dikembangkan oleh National Catholic Risk Retention Group Inc, sebuah perusahaan Amerika Serikat yang menawarkan “cost-effective excess liability programs” untuk berbagai institusi Katolik di negara tersebut.
Sebagaimana diberitakan berbagai media
beberapa, akhir-akhir ini wabah skandal seks menghantui Gereja Katolik
di seluruh dunia.
Pemicunya adalah banhyaknya kasus pelecehan seksual
terhadap anak-anak (pedofilia) yang dilakukan oleh para pastor, uskup
dan biarawan di Irlandia, Jerman, Austria, Belanda, Denmark, Swiss,
Amerika Serikat, dll.
Di Amerika, skandal seks Gereja Katolik
itu menjalar cepat di sekujur Amerika Serikat dalam beberapa tahun
belakangan. Menurut organisasi “Bishop Accountability,” di Amerika
Serikat saja tercatat lebih dari empat ribu pastur dari total sekitar 42
ribu pastur di AS, tersangkut kasus tindakan kekerasan seks terhadap
anak-anak. (AFP, Detik, Rabu 13 Agustus 2008).
Untuk membungkus aib pencabulan itu,
gereja tak segan-segan menyembunyikan dengan cara apapun, meski harus
mengeluarkan biaya yang sangat mahal. Tahun 2007, Gereja Katolik AS
membayar US$ 615 juta, yang sebagian besar (US$ 526 juta) untuk
menghentikan proses hukum lebih lanjut.
Setahun kemudian, pada bulan April 2008,
Paus Benediktus menemui para korban pelecehan seksual saat melawat ke
Amerika Serikat. Buntutnya, serikat Gereja Amerika Serikat mengeluarkan
biaya kompensasi sebesar US$ 2miliar untuk para korban pelecehan sejak
1992.
Masih pada bulan yang sama, tanggal 13
Agustus 2008, Gereja Katolik Chicago-AS membayar gantirugi sebesar US$
12,6 juta kepada 16 anak-anak yang jadi korban Pastur Pedophil. Proses
negoisasi berjalan alot itu berhasil setelah Kardinal Francis George,
kepala Konferensi Uskup Katolik AS juga minta maaf kepada para korban
dan keluarga mereka.
Ke-16 korban yang akan mendapat
kompensasi kali ini mencakup 14 kasus yang dilakukan 10 pastur sejak
1962 hingga 1994. Dua korban lainnya yang juga akan menerima kompensasi
adalah korban dari pastur Daniel J. McCormack yang sedang menjalani
hukuman penjara. Dia mengaku bersalah pada tahun 2007 lalu atas dakwaan
kekerasan seks terhadap 5 anak.
Di Brasil seorang pendeta dan dua
monsinyur dicekal dari gereja atas dugaan membuat video seks yang
melibatkan seorang remaja. Sebagian besar kasus-kasus lainnya datang
dari masa lalu ketika gereja kurang menyadari bahaya mengerikan yang
diakibatkan oleh pelecehan seksual, dan masa sebelum pengawasan melekat
yang ketat diberlakukan gereja.
Tahun 2009, terbit laporan pertama yang
disebut Ryan report yang berisi hasil investigasi kasus pelecehan oleh
institusi Katolik pada 1936-1970. Saking banyaknya kasus, laporan
tersusun setebal 2.600 halaman.
Tahun 2010, tepatnya bulan Maret, Uskup
asal Jerman, Gerhard Ludwig Mueller melakukan pelecehan seksual terhadap
anak di bawah umur, anggota paduan suara gereja. Uskup cabul yang
masih familinya Paus Benediktus XVI ini adalah uskup yang mengurusi
kelompok paduan suara Domspatzen, Jerman. (AFP, Minggu 07 Maret 2010).
Maraknya pelecehan seksual di Gereja
Katolik Jerman, memaksa Kanselir Jerman Angela Merkel mengeluarkan
statemen. Berbicara dalam pidatonya di parlemen, Rabu (17/3/2010),
Merkel mengecam pelecehan seksual terhadap anak-anak sebagai kejahatan
yang keji.
“Kita tidak akan pernah mampu
memperbaiki trauma psikologi dan fisik yang diderita korban, namun kita
bisa bicara tentang kompensasi, bagi mereka yang menderita pelecehan,”
kata Merkel.
Kanselir Merkel terpaksa berbicara
tentang skandal seks Gereja Katolik, karena kasus itu telah mengguncang
Jerman dalam beberapa minggu terakhir. Lebih dari 250 mantan siswa dari
lembaga-lembaga Katolik menjadi tersangka pelecehan seksual. Merkel
menyebut Gereja sedang berada di jantung skandal
.
Pelecehan Seksual di Kalangan Gereja Katolik Indonesia
Ternyata, indikasi pelecehan seksual di
Gereja Katolik juga terjadi di Indonesia. Hal ini terungkap dalam
wawancara Pastor Thomas Suratno dengan Radio Swara Wajar (www.ranesi.nl).
Pastor Thomas mengakui bahwa pelecehan
seksual juga terjadi di kalangan gereja Katolik di Indonesia. Bedanya,
di Indonesia tidak disorot oleh media. Thomas Suratno tidak heran dengan
fenomena pelecehan seksual di Gereja Katolik. Karena ketika tinggal di
Irlandia, ia menyaksikan dari tahun 1998 sampai 2000 hampir setengah
bulan sekali ada semacam kasus pelecehan seksual yang dibongkar dan
disidangkan ke pengadilan. Bahkan disiarkan oleh televisi. [silum/dbs,
catchnews, huffingtonpost]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar