Hj Irena Handono, Pakar Kristologi, Pendiri Irena Center
Dalam
ilmu Kristologi tidak ada penjelasan yang paten, tidak ada jawaban
yang pasti dan tiap orang Kristen selalu berbeda tentang bagaimana
Yesus menjadi Tuhan.
Novel
Da Vinci Code yang membongkar sejarah Yesus dan
menyejajarkannya dengan manusia (bukan tuhan) yang juga makan,
minum, mempunyai istri dan mempunyai keturunan, mengundang
kemarahan besar pihak Vatikan. Di Indonesia, demi menjaga keutuhan
iman Kristen, kemudian muncullah berbagai judul buku yang menentang,
membantah bahkan ada yang cenderung 'lebay' seperti judul “Da Peci
Code”.
Dan
akhirnya kehebohan informasi sejarah yang dimuat dalam Novel Da Vinci
Code pun tenggelam. Namun demikian, dalam sebuah wawancara NatGeo
terhadap seorang Pendeta P Mc Brien tentang Novel Da Vinci Code, ia
menjawab, “Ya,Yesus memang menikah. Dan pernikahan bukan hal yang
dosa.”
Pendeta tersebut menjawab, “No, absolutely not! Yesus is truly God, truly human!” (Yesus 100% Tuhan sekaligus 100% manusia)
Inilah
yang mau kita bahas dalam tulisan kali ini. Dari segala sisi
analisa rasional dogma ini sangat sulit dicerna. Pernahkan Yesus
sendiri mengatakan dalam Bibel, bahwa dirinya adalah 100% Tuhan, 100%
Manusia?? Tidak pernah! Justru sebaliknya dalam Bibel banyak
sekali ayat-ayat yang mengatakan bahwa Yesus hanyalah seorang utusan,
seorang manusia.
Lalu
kapan dogma Yesus 100% Tuhan sekaligus 100% manusia ditetapkan?
Sepeninggal Yesus, orang-orang Kristen mayoritas masih beranggapan
bahwa Yesus adalah manusia. Namun ada juga sekte 'menyimpang' yang
dipimpin oleh Paulus yang menuhankan Yesus dan menganggap Paulus sebagai
Rasul. Sekte ini mampu mendekat pada poros kekuasaan para
penguasa-penguasa Romawi yang mengikuti Paganisme.
Akhirnya
kelompok 'menyimpang' yang minoritas ini mampu mendominasi Konsili
yang diadakan di Nicea tahun 325M. Justru kelompok mayoritas
yang dipimpin Arius dikalahkan, sebagian diusir keluar dari konsili.
Arius mendapatkan hukuman dari Kaisar, dan pahamnya yang benar tersebut
malah dianggap sebagai paham sesat yang dianggap membahayakan keutuhan
imperium Romawi.
Ternyata
tidak semudah itu menjadikan Yesus yang seorang manusia menjadi tuhan
dalam satu masa konsili. Pertentangan-pertentangan terus terjadi
hingga menimbulkan huru-hara di berbagai daerah. Akhirnya
diselenggarakan Konsili Konstantinopel yang Pertama tahun 381 M dan
Konsili Efesus pada tahun 431 M. Konsili Efesus menjawab kebingungan,
jika Yesus adalah tuhan maka ibunya, Maria, sebagai apa? Dan
konsili menetapkan doktrin bahwa Bunda Maria sebagai Bunda Allah
(theotokos).
Konsili
Chalcedon tahun 451 M. Di konsili inilah ditetapkan doktrin yang
mengatakan bahwa Yesus adalah sungguh-sungguh Allah dan
sungguh-sungguh manusia, Yesus 100% Tuhan sekaligus 100% manusia.
Sedangkan gereja-gereja timur yang berpusat di Alexandria masih
mengikuti paham Arianisme bahwa Yesus adalah manusia dan bukan tuhan.
Kaisar Romawi mengucilkan gereja-gereja timur dan memberi kekuasaan
besar terhadap gereja Bizantium. Demikian bunyi ketetapan di Konsili
di Chalcedon, Oktober 451 M yang disponsori oleh Kaisar Romawi saat
itu, Marcion.
”Sesuai
dengan ajaran para pemimpin gereja, kami bersaksi dengan suara bulat
bahwa satu-satunya Anak, Tuan kita Yesus Kristus, adalah Tuhan
sempurna (100%) dan manusia yang sempurna (100%), Tuhan yang
sesungguhnya dan manusia yang sesungguhnya.”
Prof.
John Hick dalam bukunya The Myth of God Incarnate mengatakan:
“Bahwa Yesus adalah inkarnasi Tuhan secara harfiah tidak benar,
karena secara harfiah tidak ada artinya dan hanya dapat diterapkan
kepada Yesus dalam mitos yang fungsinya mirip seperti pandangan
tentang raja sebagai anak dewa dalam legenda.”
Huston
smith, pakar perbandingan agama dalam bukunya The World's Religion
hal. 340 mengomentari ke-dwisifat-an Yesus: “Untuk sepenuhnya ilahi,
berarti dia harus bebas dari segala keterbatasan manusia. Kalau
dia memiliki satu kelemahan manusia, berarti dia bukan Tuhan.
Tetapi berdasarkan kredo, dia (Yesus) memiliki segala keterbatasan
sebagai seorang manusia. Oleh sebab itu mana mungkin dia Tuhan?”
Namun
walaupun ajaran yang tidak masuk akal ini mendapat tantangan dari
ilmuwan dan pakar Alkitab, gereja tetap mempertahankannya mati-matian
karena umat Kristiani sudah telanjur menerima bahwa dua kodrat Yesus
merupakan syarat untuk menjadikannya sebagai Juru Selamat sesuai
agama pagan Yunani.
Anak
Allah (Tuhan) adalah Logos-nya filsafat Yunani. Gelar anak Tuhan ini
kemudian digunakan oleh Paulus untuk Yesus. Selanjutnya penyalin
Injil yang umumnya adalah pengikut Paulus juga ikut-ikutan menyebut
Yesus sebagai Anak Allah (Tuhan) dengan menambahkannya ke dalam
ayat-ayat Injil.
“Inilah
permulaan Injil tentang Yesus Kristus, anak Allah“ (Markus 1:1)
”Jawabnya : “Aku percaya bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah” (Kis.
8:37). Kata “Anak Allah” dari kedua ayat tersebut di atas tidak ada
dalam teks Injil Markus maupun Kisah Para Rasul yang diperkirakan
ditulis pada tahun 325 M. Kata “Anak Allah” dalam kedua kitab
diatas, baru diselipkan di akhir abad ke IV atau awal abad ke V.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar