Bismillahirrohmanirrohim...
SIAPAKAH TUHAN NABI IBRAHIM?
QS 43:26-27
Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku."
QS 2:131:
Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam".
QS.Ibrahim (14):25
pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.
QS 2:136:
Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada
Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang
diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi
dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".
QS 37:84 :
(lngatlah) ketika ia (Ibrahim) datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci.
QS 21:89 :
Dan (ingatlah kisah) Zakaria, tatkala ia menyeru Tuhannya: "Ya Tuhanku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Waris Yang Paling Baik
Jawaban:
Sebenarnya
tidak ada yang aneh dengan ayat-ayat itu, Allah merupakan nama Tuhan
dan tidak ada Tuhan selain Dia. Apabila kata Allah tidak selalu
ditulis dalam Alqur’an sebagai kata ganti “Tuhan”, saya rasa tidak ada
masalah dan tidak akan merusak makna dari kalimat tersebut sama
sekali, toh Allah itu Tuhan sendiri kok. Hanya saja Alqur’an bukanlah
kitab yang suka dirombak isinya oleh umat islam, berbeda dengan
Alkitab yang sering mengalami revisi secara berkala. Logika
sederhananya, saya adalah manusia, dan saya bernama Hanina Syahiedah.
Apa akan jadi aneh kalau orang lain atau diri saya sendiri menyebut
saya sebagai manusia, tidak selalu dipanggil Hani. Tentu saja saya
tidak marah kecuali kalau ada yang memanggil saya dengan sebutan
hewan, iblis atau apa baru saya protes.
Simak baik-baik dalil-dalil berikut ini yang membuktikan bahwa nabi Ibrahim menyembah Allah dan beragama Islam:
Ketika
Nabi Ibrahim bernyuruh ayahnya untuk tidak menyembah berhala. Beliau
mendengar penghinaan, pengusiran, dan ancaman pembunuhan dari ayahnya,
beliau berkata dengan lembut:
"Semoga keselamatan
dilimpahkan kepadamu, aku akan meminta ampun bagimu kepada Tuhanku,
sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. Dan aku akan menjauhkan diri
darimu dan dari apa yang kamu sembah selain ALLAH, dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku.'" (QS. Maryam: 47-48)
Islam
adalah agama seluruh nabi dan rasul sebagaimana yang Allah beritakan
tentang bapak para nabi, Ibrahim yang menjadi teladan bagi alam
semesta. Allah Ta’ala berfirman:
“Dan tidak ada yang
benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya
sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya
dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang shaleh.
Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam".
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. (Ibrahim berkata): "HAI
ANAK-ANAKKU! SESUNGGUHNYA ALLAH TELAH MEMILIH AGAMA INI BAGIMU, MAKA
JANGANLAH KAMU MATI KECUALI DALAM MEMELUK AGAMA ISLAM".
Adakah
kamu hadir ketika Yakub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia
berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?"
Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu,
Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya
tunduk patuh kepada-Nya".” (QS. Al Baqarah: 130-133)
Orang
Yahudi mengklaim Nabi Ibrahim seorang Yahudi. Begitu juga orang
Nashrani, mereka mengklaim Nabi Ibrahim seorang Nashrani. Kemudian Allah
membantah kedustaan klaim mereka, Allah Ta’ala berfirman:
"Ibrahim
bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi
dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan
sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik." (QS. Ali Imran: 67)
“ataukah
kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa Ibrahim,
Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi
atau Nasrani?" Katakanlah: "Apakah kamu lebih mengetahui ataukah Allah,
dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang menyembunyikan
syahadah dari ALLAH yang ada padanya?" Dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan.“ [Al Baqarah:140]
Pokok tauhid hanya satu, yaitu La Ilaha Illallaah.
Setiap Nabi (termasuk Ibrahim as) diperintahkan untuk menyampaikannya
kepada umatnya. Dan siapakah Tuhan semesta alam dalam Alqur’an kalau
bukan Allah. Allah Ta'ala menerangkan tentang hal ini dalam
firman-Nya:
"Dan Kami tidak mengutus seorang rasul
pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak
ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian
akan Aku"." (QS.Al_Anbiya': 25)
“Dan
Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami
wahyukan kepadanya bahwa tidak ada Ilah (yang haq) melainkan Aku, maka
sembahlah Aku olehmu sekalian.” (Al-Anbiya: 25)
Jadi dari ayat-ayat diatas kita sudah bisa menyimpulkan bahwa Tuhan semesta alam yang disembah oleh Ibrahim adalah Allah. Tulisan “ALLAH” dan ISLAM. Sengaja saya Capslock dan saya bold, supaya jelas siapa Tuhan yang disembah oleh nabi Ibrahim.
ALLAH BERSUMPAH ATAS NAMA TUHAN LAIN?
QS 70:40
Maka aku (Allah) bersumpah dengan Tuhan Yang memiliki timur dan barat, sesungguhnya Kami benar-benar Maha Kuasa.
Jawaban:
Tuhan
yang mana lagi yang dimaksud? ALLAH bersumpah demi DiriNya Sendiri.
Karena Tuhan Yang Memiliki timur dan barat adalah ALLAH sendiri.
Tuhan Yang memiliki timur dan barat, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung. ( QS. Al Muzzamil:9)
Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat (QS.Al Baqarah:115)
Mengapa ALLAH bersumpah dengan diriNya sendiri? Hal ini tidak mustahil karena hal ini telah ada bahkan dalam ALKITAB
Kejadian 22:16 kata-Nya: “Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri–demikianlah
firman TUHAN–:Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak
segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku,
Dan ada lagi….
Ibrani 6:13 Sebab ketika Allah memberikan janji-Nya kepada Abraham, Ia bersumpah demi diri-Nya sendiri, karena tidak ada orang yang lebih tinggi dari pada-Nya,
Bukankah ALLAH Tuhan kami adalah Tuhan yang sama yang disembah Nabiullah Ibrahim..Abraham?
Di tempat lain anda bisa mendapati bahwa dalam ALKITAB anda bisa mendapati gaya bahasa yang sama :
ויאמר יהוה אל השטן יגער יהוה בך השטן ויגער יהוה בך הבחר בירושלם הלוא זה אוד מצל מאש
wy’mr yhwh ’l-hsshṭn yḡ‘r yhwh bḵ hssṭn wyḡ‘r yhwh bk hbḥr bršlm hlw’ zh ’ḏ mṣṣl m’eš:
3:2
And the LORD said unto Satan, The LORD rebuke thee, O Satan; even the
LORD that hath chosen Jerusalem rebuke thee: [is] not this a brand
plucked out of the fire?
3:2 Lalu berkatalah TUHAN kepada Iblis itu: “TUHAN kiranya menghardik engkau, hai Iblis! TUHAN yang memilih Yerusalem, kiranya menghardik engkau! Bukankah dia ini puntung yang telah ditarik dari api?”
ALLAH BERSUMPAH DEMI MAKHLUK?!
Dalam QS 56:75,QS 75:1-3, QS 81:15-18,QS 84:16-19, QS 95:1-3, QS 100:1
Jawaban:
Dalam
Al-Qur’an kita sering menemukan ayat tentang Allah bersumpah demi
sesuatu, baik dengan kalimat yang mencantumkan kata ‘bersumpah’ maupun
kata tersebut tersembunyi dan hanya mencantumkan ‘demi sesuatu’. Kedua
cara ini adalah sama, bahwa Allah telah bersumpah (soal ini terkait
dengan pemakaian kaedah tata-bahasa Arab, dimana sumpah disampaikan
dengan memakai 3 alternatif huruf : 'waw', 'ba' dan 'ta'.
Pengertian Sumpah dalam Al-Qur'an
Kata
‘sumpah’ berasal dari kata Arab ‘qasam’ yang akar katanya disusun
oleh huruf ‘qaf-sin-mim’, kata ini menurunkan beberapa pengertian : to
divide, dispose, separate, apportion, distribute..
http://www.studyquran.org/LaneLexicon/Volume8/00000242.pdf
Kata ‘qasam’ diartikan ‘bersumpah’ misalnya terdapat pada ayat :
falaa uqsimu bimawaaqi'i alnnujuumi
[56:75] Maka Aku bersumpah dengan masa turunnya bagian-bagian Al-Quraan.
falaa uqsimu bialsysyafaqi
[84:16] Maka sesungguhnya Aku bersumpah dengan cahaya merah di waktu senja,
laa uqsimu bihaadzaa albaladi
[90:1] Aku benar-benar bersumpah dengan kota ini (Mekah),
Namun kata ‘qasam’ dengan derivasinya juga diartikan membagi, memisahkan, misalnya terdapat pada ayat :
wa-idzaa hadhara alqismata uluu alqurbaa waalyataamaa waalmasaakiinu faurzuquuhum minhu waquuluu lahum qawlan ma'ruufaan
[4:8]
Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang
miskin, maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.
Faalmuqassimaati amraan
[51:4] dan (malaikat-malaikat) yang membagi-bagi urusan
tilka idzan qismatun dhiizaa
[53:22] Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil.
”Lalu
apa hubungannya bersumpah dengan membagi atau memisahkan..??”, apa
sebenarnya arti bersumpah ketika ada kalimat ‘Tuhan bersumpah demi
makhluk’..?? bagaimana sebenarnya posisi makhluk tersebut dalam sumpah
tersebut..?? apakah benar posisinya sebagai pihak yang berkuasa untuk
menghakimi pihak yang bersumpah..?? bagaimana halnya ketika Allah
bersumpah demi diri-Nya sendiri..??
Kata ‘qasam’ sendiri dalam bahasa Arab setara dengan istilah lain :
Dalam
bahasa Arab sumpah disebut dengan al-aimanu, al-halfu, al-qasamu.
Al-aimanu jama’ dari kata al-yamiinu (tangan kanan) karena orang Arab di
zaman Jahiliyah apabila bersumpah satu sama lain saling berpegangan
tangan kanan. Kata al-yamiinu secara etimologis dikaitakan dengan
tangan kanan yang bisa berarti al-quwwah (kekuatan), dan al-qasam
(sumpah). Dengan demikian pengertian al-yuamiinu merupakan perpaduan
dari tiga makna tersebut yang selanjutnya digunakan untuk bersumpah.
Dikaitkan dengan kekuatan (al-quwwah), karena orang yang ingin
mengatakan atau menyatakan sesuatu dikukuhkan dengan sumpah sehingga
pernyataannya lebih kuat sebagaimana tangan kanan lebih kuat dari
tangan kiri.
http://bs-ba.facebook.com/topic.php?uid=53744579012&topic=7485
sehingga selain arti kata : membagi atau memisahkan, ‘bersumpah’ juga mengandung unsur : menguatkan, mengukuhkan.
Yang
perlu diperjelas disini adalah, ketika Allah bersumpah dengan nama
makhluk-Nya, maka tidak ada suatu kesan yang muncul dari umat Islam,
bahwa Allah telah ‘menyerahkan kekuasaan untuk menghakimi’ sumpah-Nya
tersebut kepada benda tersebut. Baik didasar sumpah ataupun tidak,
ataupun sumpah tersebut dilontarkan oleh siapapun, maka pihak yang
berkuasa untuk menghakimi hanyalah Allah. Kalau begitu bagaimanakah
sebenarnya ‘status’ makhluk/benda yang terdapat dalam sumpah itu..??
maka posisi makhluk/benda tersebut adalah sebagai SAKSI atas sumpah
tersebut, saksi yang dikesankan independen, berdiri sendiri dan terpisah
dari pihak yang bersumpah, berfungsi untuk menguatkan dan mengukuhkan
bahwa apa yang disampaikan dalam sumpah tersebut benar adanya. Ini
terkait dengan tujuan suatu sumpah dilontarkan, yaitu untuk meyakinkan
pihak lain atas kebenaran apa yang disumpahkan, dimana pihak lain
tersebut ragu-ragu atau tidak percaya. Kesan terpisah ini sejalan dengan
tujuan disampaikannya sumpah, sehingga seolah-olah Allah mengatakan
;”Sekalipun Aku adalah Tuhan Yang Maha Berkuasa, namun makhluk/benda
yang Aku jadikan objek sumpah-Ku, dipersilahkan memutuskan sendiri
kesaksiannya. Apabila Aku telah berbohong atau sumpah-Ku tidak benar,
maka Aku sendiri yang akan menghakimi diri-Ku..”.
Pengertian
‘qasam’ ini juga berlaku dalam hal Tuhan bersumpah atas diri-Nya
sendiri. Pemisahan diibaratkan ‘posisi’ Tuhan sebagai pihak yang
bersumpah dan sebagai pihak yang bersaksi merupakan dua hal yang
seolah-olah terpisah, sehingga kesaksian Tuhan adalah adli, kuat dan
benar. Ini memenuhi tujuan untuk apa sumpah tersebut dilontarkan, yaitu
untuk meyakinkan pihak lain yang tidak percaya dan ragu-ragu.
Disinilah kesetaraan antara istilah ‘qasam’ dan ‘aimanu’, yaitu
kemandirian sebagai saksi menunjang pengukuhan dan penguatan sumpah
yang disampaikan.
Berdasarkan penjelasan ini, pertanyaan
dari pihak Kristen sudah bisa dijelaskan, apa yang mereka gugat
tentang sumpah Allah yang terdapat dalam Al-Qur’an karena mereka
memakai ukuran sendiri tentang apa yang dimaksud dengan sumpah dan
subjek sumpah, mengartikan bahwa makhluk/benda yang terdapat dalam
sumpah adalah sebagai pihak yang berkuasa untuk menghakimi, dan bukan
sebagai saksi yang akan memberikan kesaksian terhadap kebenaran sumpah
tersebut. Dalam istilah Islam, terlihat bahwa posisinya bukanlah
demikian, karena yang berkuasa untuk menghakimi tetap saja ada
ditangan Allah, makhluk/benda berfungsi sebagai saksi.
ALLAH PUNYA ANAK PEREMPUAN?
Allah
SWT adalah sesembahan leluhur Muhammad (Quraisy Jahiliyah). Di dalam
Kaabah terdapat 360 patung, di mana yang terbesar adalah "Allah",
mempunyai tiga anak (perempuan): Al Latta, Al Uzza, dan Manah (QS
An-Najm 19-20).
Jawaban:
ada
baiknya kita lihat dulu secara menyeluruh konteks surat An-Najm yang
dimaksud jangan sepotong-sepotong, lihat ayat selengkapnya :
“Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap Al-Lata
dan Al-Uzza, dan Mana yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak
perempuan Allah)? Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan
untuk Allah (anak) perempuan? Yang demikian itu tentulah suatu
pembagian yang tidak adil. Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu
dan bapak-bapak kamu mengada-adakannya; Allah tidak menurunkan suatu
keteranganpun untuk (menyembah)nya. Mereka tidak lain hanyalah
mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu
mereka, dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Rabb
mereka.” (QS.An-Najm:19-23)
Sangat jelas dalam
ayat QS.An-Najm:19-20 menyatakan Allah punya anak perempuan adalah
tuduhan orang-orang kafir dan Allah menyangkalnya di ayat berikutnya.
Lainkali kalau mau copas ayat Alqur’an lihat dulu ayat sebelum atau
sesudahnya, biar ga malu-maluin.
Allah tidak mungkin punya anak ditegaskan dalam QS.Al-Ikhlas:1-4
Surat
Al Ikhlas turun menangapi keyakinan beberapa golongan masyarakat pada
masa itu yg meyakini bahwa Tuhan mempunyai anak atau mengangkat anak.
Perhatikan ayat-ayat berikut ini: ٌ
“Dia pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu”. (QS. 6:101)
Sekarang kita lihat keyakinan yg ada dimasa itu menurut yg diriwayatkan Qur'an :
“Orang-orang
Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang-orang Nasrani
berkata: "Al-Masih itu putera Allah". Demikian itulah ucapan mereka
dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir
terdahulu. Dila'nati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai
berpaling.” (QS.At-Tawbah:30)
"Dan mereka
(orang-orang Musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal
Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka membohong (dengan
mengatakan): "Bahwasanya Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan",
tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi
dari sifat-sifat yang mereka berikan." (QS.Al-An'am:100)
Keyakinan
yang seperti itu (dimasa itu) demikian dominannya, sehingga begitu
banyak ayat Qur'an yg membantah soal ini, sampai-sampai turun ayat yg
menegaskan begini :
Katakanlah, jika benar (Rabb) Yang Maha Pemurah mempunyai anak, maka akulah (Muhammad) orang yang mula-mula memuliakan (anak itu). (QS. Az-Zuhruf:81)
MUHAMMAD
MEMBASMI 359 BERHALA ITU, MENYISAKAN SATU, YANG TERBESAR, YAKNI
"ALLAH", BERPENAMPILAN BATU HITAM (HAJAR ASWAD). BATU HITAM INILAH YANG
SELALU DISAPA OLEH PARA CALON HAJI DENGAN MENGUCAPKAN: "YA ALLAH, AKU
DATANG KEPADAMU!" SERAYA DICIUM.?!
Jawaban:
Bangsa
Arab di masa paganismenya menyembah 360 berhala yang diletakkan di
dalam dan di sekeliling ka’bah. Tapi tidak pernah menyembah ka’bah.
Demikian juga, mereka tidak pernah menyembah batu hitam (hajar aswad).
Yang mereka sembah itu patung yang diukir dan dibuat membentuk
dewa-dewa. Tapi mereka tidak pernah menyembah batu sebagai bahan dasar
pembuatan patung. Seperti yang dijelaskan sebelumnya. Maka setelah
mereka (Orang Arab) memeluk Islam, Rasulullah saw sudah tidak perlu lagi
menjelaskan posisi Hajar Aswad dalam hal peribadahan mereka.
Rasulullah
SAW mencium hajar aswad karena batu itu mulia dan berasal dari surga.
Tapi bukan karena kita diajarkan untuk menyembah batu itu.
Dari
Ibn Abbas bahwa Nabi Muhammad s.a.w. tidak melambaikan tangan
(menyalami) kecuali kepada Hajar Aswad dan Rukun Yamani. dua kota suci,
Mekkah dan Madinah. Bagi kita sendiri ummat Islam sudah jelaslah
ketetapan akan hukum-hukum Allah.
“Hai manusia, sembahlah
Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar
kamu bertakwa.Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan
langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu
Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki
untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah,
padahal kamu mengetahui.” [Al Baqarah :21-22]
Dalam
berbagai kesempatan umat kristen bilang bahwa umat Islam adalah umat
penyembah batu. Mereka beranggapan demikian karena setiap hari umat
Islam sholat selalu menghadap ka’bah yang dibagiannya ada Hajar
Aswadnya.
Ummat Islam dalam sholat menghadap ka’bah (batu)
dan dalam thowaf keliling batu bukanlah berarti ummat islam menyembah
batu. Mereka melakukan ini karena itu adalah diperintahkan oleh
Tuhannya supaya dalam sholat dan thowaf untuk menghadap batu dan
keliling batu.
"Sungguh Kami (sering) melihat mukamu
menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat
yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di
mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya
orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan
Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah
benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang
mereka kerjakan." [QS. Al Baqarah:144].
Ummar bin Khatab pun berkata:
Diriwayatkan oleh ‘Abis bin Rabia:
Saidina
Umar bin al-Khattab r.a pernah mengecup Hajarul Aswad. Kemudian dia
berkata: Demi Allah! Aku tahu kamu hanyalah sekedar batu yang tidak
dapat memudharatkan dan tidak dapat memberi manfaat siapapun.. Sekiranya
aku tidak melihat sendiri Rasulullah s.a.w mengecupmu, pasti aku
tidak akan mengecupmu.” (Sahih Bukhari juz 2 no 667).
Kalau anda membaca sejarah tentang peradaban islam, maka anda akan jumpai bahwa dulu batu hitam itu pernah dicuri
oleh seseorang (artinya ka’bah pernah tidak ada hajar aswad di
dalamnya). Tetapi apakah setelah hilangnya batu itu ummat Islam lantas
tidah sholat karena hadapannya tidak ada ? Kalau ummat Islam sholat
karena landasan harus menghadap batu itu, niscaya mereka sudah tidak
pada sholat lagi sebab batunya telah hilang, atau kalupun sholat
menghadapnya mungkin ke si pencuri batu itu. Tetapi ternyata tidak.
Ummat islam tetap sholat menghadap kiblat, baik dengan ada batu ataupun
tidak sebab esensi mereka ialah mematuhi perintah Allah bukan
menghadap batu dan menyembah batu.
Kemudian dalam
sejarah islam pun dijelaskan bahwa setelah batu hitam itu berhasil
ditemukan kembali, batu itu sudah tidak utuh lagi. Ada pecahan disana
sini, bahkan volumenya sudah mulai berkurang. Dan batu hitam yg ada
sampai sekarang pun itu sudah paduan antara batu hitam yg asli dengan
yg imitasi. Tetapi anda lihat, apakah ummat islam heboh karena itu ?
Jawabnya: Tidak pernah!. Sebab Tuhan mereka bukanlah batu tetapi
Allah. Batu boleh rusak dan hilang tetapi Allah (Tuhan mereka) tetap
ada. Berbeda sekali dengan ummat agama lain yg menganut paganisme.
Mereka
melakukan itu bukan atas dasar perintah Tuhan tetapi apa kata nenek
moyang mereka, apa kata tetua-tetua mereka dan apa kata leluhur mereka.
Tidak ada dasar yg langsung di dasari dari ketentuan Kitabnya (yg
merupakan kumpulan perintah-perintah Tuhan). Ini bisa anda lihat dalam
berbagai literatur tentang filsafat agama dan perbandingan agama. Tiga
agama yg memiliki kitab suci yang berisi perkataan – perkataan
Langsung Tuhan, yaitu Islam, Kristen dan Yahudi.
Selebihnya
agama yg lain hanya didasari oleh filsafat orang-orang terdahulu dan
nenek moyang mereka. Jadi inilah perbedaannya antara ibadah ritual
ummat Islam yg menghadap batu dengan ibadah ritual ummat lain yg juga
menghadap batu. Dalam agama lain, batu itu dianggap seperti
Dewa/Tuhan, sesuatu yg diagungkan dan dipuja-puja, sedangkan ummat
islam memandang batu itu hanyalah sebagai alat untuk mewujudkan
kebaktian kepada Tuhan yang sebenarnya. Sebetulnya pengertian berhala
di sini tidak hanya batu saja, tetapilebih luas. Berhala bisa berarti
ideologi, bisa berarti materi/uang, bisa berarti manusia, bisa berarti
yg lain-lain selain Tuhan alam Semesta.
Jadi anda harus
bisa membedakan mana yg benar-benar memuja berhala sebagai Tuhan dan
mana yg melakukan sujud menghadap batu hanya sebagai wujud ketaatan
kepada Tuhan yg sebenarnya. Rasulullah sendiri pernah menunjuk Hajar
Aswad dengan tongkat Beliau:
Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas:
Nabi
mengerjakan Tawaf mengelilingi Ka’bah dengan menunggang seekor unta
pada ibadah haji terakhir dan menyentuh hajar aswad dengan tongkatnya.
(Sahih Bukhari juz 2 no 677).
Jika Hajar Aswad adalah Allah, mana mungkin Rasulullah berani lancang menyentuhnya hanya dengan ujung tongkat?!
Dengan
demikian nyatalah bahwa Hajar Aswad itu hanyalah batu yang tidak
dapat mendatangkan celaka atau tidak dapat mendatangkan untung kecuali
dengan ijin Allah swt.
wallahu'alam bishshowab...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar