Saya
sering sekali mendapat pertanyaan dari para netter Kristen tentang
siapakah suami muslimah ahli surga, padahal suaminya dinikahkan dengan
bidadari? Apakah kenikmatan surga yang didapatkan oleh para muslimah?
Ada pula pertanyaan menggelikan kalau tidak ada bidadara (maksudnya
bidadari jenis laki-laki kali ya) apa muslimah harus jadi lesbi?
hehehee.... lucunya, afwan.... ikhwafillah admin numpang ketawa
dikit....^_^
Syaikh Utsaimin rahimahullah berkata, bahwa Allah Azza wa Jalla hanya
menyebutkan istri bagi suami (dalam surga) karena suami biasanya yang
mencari dan dialah yang menginginkan terhadap wanita, oleh karena itu
disebutkan istri-istri bagi para pria di dalam surga dan tidak
disebutkan suami-suami bagi kaum wanita. Akan tetapi hal itu tidak
bermakna mereka wanita tidak mendapatkan suami, namun mereka memiliki
suami dari bangsa manusia.
Wanita di dunia tidak terlepas dari keadaan-keadaan berikut yaitu:
1. Apabila wanita tersebut meninggal sebelum menikah yakni masih perawan,maka di surga kelak Allah Azza wa Jalla akan
menikahkan wanita tersebut dengan dengan seorang laki dari penduduk
bumi berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:
عن
محمد قال: اما تفاخروا واما تذاكروا: الرجال في الجنة اكثر ام
النساء؟ فقال ابو هريرة: او لم يقل ابو القاسم صلى الله عليه وسلم
"ان اول زمرة تدخل الجنة على صورة القمر ليلة البدر. والتي تليها على
اضوا كوكب دري في السماء. لكل امرئ منهم زوجتان اثنتان. يرى مخ سوقهما
من وراء اللحم. وما في الجنة أعزب؟"
Dari
Muhammad berkata: “Apakah mereka saling berbangga atau saling
mengingatkan: kaum laki di surga lebih banyak atau wanita? Maka Abu
Hurairah berkata: Bukankah Abul Qasim shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya kelompok pertama yang masuk surga menyerupai bentuk
bulan purnama, kemudian yang berikutnya secerah cahaya bintang di
langit, setiap orang di sana memiliki dua orang istri, di mana dia
dapat melihat sumsum mereka dari balik dagingnya. Dan di surga tidak
ada bujangan” (HR Muslim No. 5062 Juz: 13 hal: 467, Maktabah Syamilah).
Syaikh
Utsaimin berkata: “Apabila wanita tersebut belum pernah menikah di
dunia maka Allah akan menikahkannya dengan laki-laki yang disukainya di
surga. Karena kenikmatan di surga tidak hanya terbatas untuk kaum laki
saja, namun juga untuk kaum laki dan wanita, di mana yang termasuk
kenikmatan: adalah menikah.
2. Kondisi nomor satu di atas juga berlaku bagi wanita yang meninggal namun bercerai.
3. Kondisi nomor satu di atas berlaku pula bagi wanita yang suaminya bukan termasuk penghuni surga.
Syaikh
Utsaimin berkata: “Apabila wanita tersebut termasuk ahli surga dan
belum menikah, atau suaminya bukan termasuk ahli surga, maka apabila dia
masuk surga maka di surga ada kaum laki-laki yang belum menikah
sebelumnya, maka dia menikah dengan salah satu wanita tersebut.
4. Adapun wanita yang meninggal setelah menikah –dia termasuk ahli surga– maka dia menikah dengan mantan suaminya di dunia.
5.
Adapun wanita yang suaminya meninggal lalu dia tidak menikah lagi
setelah itu sampai dia meninggal maka wanita itu menjadi istrinya di
surga.
6. Adapun wanita yang suaminya meninggal lalu dia
menikah lagi sesudahnya maka wanita tadi menjadi istri bagi suaminya
yang terakhir meskipun wanita tadi sudah berkali-kali menikah, maka
sesuai dengan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:
عن
ميمون بن مهران قال : خطب معاوية رضي الله عنه أم الدرداء ، فأبت أن
تزوجه و قالت : سمعت أبا الدرداء يقول : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم
: " المرأة في آخر أزواجها أو قال : لآخر أزواجها " أو كما قالت - و لست
أريد بأبي الدرداء بدلا ) ( سلسلة الأحاديث الصحيحة للألباني).
Dari Maimun bin Mihran berkata: Mu’awiyah radhiyallahu anhu melamar istri Abu Darda’, namun dia tidak menerimanya dan berkata: Aku mendengar Abu Darda’ berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Wanita bersama suaminya yang terakhir,” dia berkata: dan aku tidak
ingin pengganti untuk Abu Darda’ (hadits shahih dikeluarkan oleh Abu Ali
Al-Harrani Al-Qusyairi dalam Tarikhul Riqqah (2/39/3) Silsilah Ahadits Shahihah karangan Syaikh Albani 3/25).
Juga berdasarkan perkataan Hudzaifah radhiyallahu anhu kepada istrinya:
عن حذيفة – رضي الله عنه – لامرأته : ( إن شئت أن تكوني زوجتي في الجنة فلا تزوجي بعدي فإن
المرأة في الجنة لآخر أزواجها في الدنيا فلذلك حرم الله على أزواج النبي أن ينكحن بعده لأنهن أزواجه في
الجنة)).أخرجه البيهقي في السنن
Dari Hudzaifah radhiyallahu anhu berkata
kepada istrinya: “Jika kamu ingin menjadi istriku di surga maka jangan
menikah lagi sesudahku: karena wanita di surga bersama suaminya yang
terakhir di dunia oleh karena itu Allah mengharamkan kepada istri-istri
Nabi untuk menikah lagi sesudahnya karena mereka adalah istri-istri
Beliau di surga,” (dikeluarkan oleh Al Baihaqi dalam Sunannya (7/69-70).
Permasalahan:
Sebagian mungkin berkata: bahwa dalam doa jenazah kita mengucapkan:
"Dan gantilah untuknya suami yang lebih baik dari suaminya." Tapi
apabila dia menikah, bagaimana kita mendoakannya sedangkan kita tahu
bahwa suaminya di dunia adalah suaminya di surga dan apabila dia belum
menikah maka di mana suaminya?
Jawabannya: Sebagaimana dikatakan Syaikh Utsaimin rahimahullah:
Jika dia belum pernah menikah maka yang dimaksud yang lebih baik dari
suaminya adalah suami yang telah ditentukan untuknya jika dia masih
hidup, adapun jika dia pernah menikah maka yang dimaksudkan yang lebih
baik dari suaminya yakni lebih baik dalam sifatnya di dunia karena
pergantian adalah dengan mengganti zatnya sebagaimana jika kita menukar
seekor kambing dengan unta misalnya, begitu juga dengan menggantikan
sifatnya sebagaimana seandainya saya berkata kepada anda
(semoga Allah mengganti kekufuran orang ini dengan keimanan, begitu pula seperti dalam firman Allah Ta’ala:
ويوم تبدل الأرض غير الأرض والسماوات
"(Yaitu)
pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian
pula) langit, dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul
menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa" (Qs. Ibrahim 48).
Maksudnya buminya tetap bumi yang sama, akan tetapi dibentangkan dan langit pun tetap langit yang sama akan tetapi dibelah.
Wanita Dunia yang Sholehah Lebih Mulia dari Bidadari Surga
Imam
Ath-Thabrany mengisahkan sebuah hadis dari Ummu Salamah. "Wahai,
Rasulullah, jelaskanlah kepadaku firman Allah tentang bidadari-bidadari
yang bermata jeli?" Beliau menjawab, "Bidadari yang kulitnya putih,
matanya jeli dan lebar, serta rambutnya berkilau seperti sayap burung
nasar."
"Lalu, bagaimana tentang firman Allah, 'Laksana
mutiara yang tersimpan baik'." (QS Alwaqi'ah [56]: 23). Jawabnya,
"Kebeningannya seperti mutiara di kedalaman lautan yang tidak pernah
tersentuh tangan manusia."
"Jelaskan lagi kepadaku firman
Allah, 'Di dalam surga-surga itu, ada bidadari-bidadari yang baik-baik
dan lagi cantik-cantik'." (QS Arrahman [55]: 70). Beliau menjawab,
"Akhlaknya baik dan wajahnya cantik jelita."
Saya berkata
lagi, "Jelaskanlah firman Allah, 'Seakan-akan mereka adalah telur
(burung unta) yang tersimpan dengan baik'." (QS Ashshaffat [37]: 49).
Beliau menjawab, "Kelembutannya seperti kelembutan kulit yang ada di
bagian dalam telur dan terlindung kulit telur bagian luar."
"Manakah
yang lebih utama, wanita dunia atau bidadari yang bermata jeli?"
Rasulullah berkata, "Wanita-wanita dunia lebih utama dari
bidadari-bidadari yang bermata jeli, seperti kelebihan apa yang tampak
dengan apa yang tak tampak."
"Karena apa wanita dunia
lebih utama dari mereka?" Beliau menjawab, "Karena, shalat, puasa, dan
ibadah mereka. Sehingga, Allah meletakkan cahaya di wajah mereka. Tubuh
mereka seperti kain sutra, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna
hijau, perhiasannya kekuning-kuningan, sanggulnya mutiara, dan sisirnya
terbuat dari emas."
Simple logic-nya gini deh: anda lebih
respect atau kagum kepada orang yang mendapat kekayaan karena kerja
keras atau orang yang kaya karena warisan? Itulah perbandingan wanita
dunia yang sholehah dengan bidadari surga.
Selanjutnya tentang apakah sama kenikmatan surga yang dirasakan oleh wanita dan laki-laki?
Kalau
dilihat sekilas, banyak ayat Al-Qur’an yang menjelaskan kenikmatan
surga lebih ditujukan bagi laki-laki. Mereka dijanjikan bidadari yang
cantik jelita dan berbagai kenikmatan luar biasa lainnya. Lalu apa yang
akan didapatkan para wanita di sana? Apakah mereka mendapatkan
pengganti dari suami-suami mereka dahulu.? Dan apakah nikmat yang akan
diperoleh mereka tidak lebih baik dari yang akan diterima kaum Adam?
Tidak
diragukan lagi bahwa pahala di dalam surga yang banyak terdapat dalam
al-Qur’an bersifat umum, mencakup laki-laki dan perempuan.
Firman Allah Ta’ala:
فَاسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ أَنِّي لَا أُضِيعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِنْكُمْ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى بَعْضُكُمْ مِنْ بَعْضٍ
"Sesungguhnya
Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu,
baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan
dari sebagian yang lain." (QS. Ali-Imran: 195)
وَمَنْ
يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ
فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا
“Barangsiapa
yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang
ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka
tidak dianiaya sedikitpun.” (QS. an-Nisa’: 124)
مَنْ
عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ
فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ
بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa
yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan
yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan
pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. an-Nahl: 97)
إِنَّ
الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ
وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ
وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ
وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ
كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا
عَظِيمًا
"Sesungguhnya laki-laki dan
perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki
dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang
benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan
yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan
perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara
kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama)
Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang
besar.” (QS. al-Ahzab: 35)
Allah telah menyebutkan bahwa mereka kaum mukminin laki-laki dan perempuan akan masuk surga semua.
هُمْ وَأَزْوَاجُهُمْ فِي ظِلَالٍ عَلَى الْأَرَائِكِ مُتَّكِئُونَ
“Mereka dan isteri-isteri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan.” (QS. Yaasin: 56)
ادْخُلُوا الْجَنَّةَ أَنْتُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ تُحْبَرُونَ
“Masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan isteri-isteri kamu digembirakan." (QS. az-Zukhruf: 70)
Bahkan Allah juga mengabarkan akan mengulangi lagi penciptaan para wanita penghuni surga.
إِنَّا أَنْشَأْنَاهُنَّ إِنْشَاءً فَجَعَلْنَاهُنَّ أَبْكَارًا
“Sesungguhnya kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung. Dan kami jadikan mereka gadis-gadis perawan.” (QS. al-Waqi’ah: 35-36)
Maksudnya
yaitu Allah akan mengulangi lagi penciptaan para wanita yang sudah
renta. Allah menjadikan mereka belia lagi sebagaimana menjadikan para
lelaki yang sudah tua menjadi muda. Dan telah dijelaskan di dalam hadits
bahwa para wanita dunia di surga lebih mulia daripada para bidadari
yang cantik jelita karena ibadah dan ketaatan mereka.
. . . bahwa para wanita dunia di surga lebih mulia daripada para bidadari yang cantik jelita karena ibadah dan ketaatan mereka.
Para
wanita mukminat masuk surga sebagaimana kaum lelaki. Jika mereka
pernah dinikahi oleh beberapa laki-laki, dan mereka semua masuk surga
bersamanya, ia berhak memilih di antara mereka, lalu ia akan memilih
yang terbaik akhlaknya.
Para wanita di surga mendapatkan
laki-laki ahli surga. Sedangkan laki-laki ahli surga itu lebih baik
daripada para bidadari. Dari sini, maka boleh jadi pahala yang akan
diperoleh wanita ahli surga lebih besar daripada yang diperoleh oleh
laki-laki penghuni surga, dari sisi pasangannya.
Wanita ahli surga lebih mulia daripada bidadari, para wanita di surga mendapatkan laki-laki ahli surga.
Sedangkan laki-laki ahli surga itu lebih baik daripada para bidadari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar