Seorang
pembaca melaporkan kasus peredaran beberapa buku Kristen yang menggugat
keabsahan Al-Qur'an, salah satunya buku penginjilan berjudul "Ismael
Saudaraku" ditulis oleh orang yang menamakan diri Umar Tariqas. Buku 45
halaman ini menggugat empat tema Al-Qur'an yang membongkar otentisitas
Bibel, doktrin penyaliban Yesus, doktrin ketuhanan Yesus dan dogma
Trinitas.
Pada
bagian kedua “Bincang-Bincang Soal Isu Alkitabmu Palsu,” secara khusus
Tariqas mengklaim umat Islam yang meyakini kepalsuan Alkitab (Bibel),
sebagai keyakinan yang salah dan tak berdasar sama sekali:
“Tudingan
Muslim dalam perkara “Alkitabmu palsu”, sulit dicarikan ayatnya dari
Quran. Muslim hanya menuduh menurut kesan-kesan dan slogan yang telah
ditanamkan dalam-dalam ke hati mereka melalui sejarah dan tradisi
keagamaan yang sedemikian lama. Apa yang tertanam dalam, tentu sulit
dibongkar oleh tangan-tangan luar. Oleh karena itu Anda tidak perlu
membuang energi dengan adu ”jual-beli” argumentasi” (hlm 2).
Setelah
itu, secara demonstratif Tariqas mengutip belasan ayat-ayat Al-Qur'an
yang sering dikutip para mufassir untuk menyatakan kepalsuan kitab-kitab
terdahulu, antara lain: QS 2:41, 2:42, 2:75, 2:79, 2:146, 3:71, 3:78,
4:46, 5:13, 5:14, dan 5:15. Menurut Tariqas, ayat-ayat ini sama sekali
tidak menyatakan kepalsuan kitab-kitab terdahulu, melainkan hanya
kecaman terhadap perilaku kaum yang hobi merubah kitab suci:
“Jadi,
apa persisnya substansi Alkitab yang dipersoalkan oleh Muhammad disitu?
Muhammad tidak pernah mempermasalahkan Kitab yang beredar, melainkan
orang-orang yang melancungkan Kalimat-Nya dalam tutur katanya, dalam
ajarannya, dan dalam otaknya karena kelupaan. Tidak ada ancaman Alkitab
palsu yang dikhawatirkan atau yang diharamkan Muhammad” (hlm. 4).
Aneh
sekali jika Tariqas tidak bisa menangkap makna belasan ayat yang sudah
sangat jelas menyatakan adanya tahrif (pemalsuan) kitab-kitab terdahulu.
Memang
pada ayat tersebut tidak terdapat kalimat “Inilah Alkitab (Bibel), kitab
yang palsu.” Tapi bila mau berpikir agak cerdas sedikit, ungkapan
Al-Qur'an yang berisi fakta-fakta bahwa kaum Ahli Kitab sering melakukan
pemalsuan terhadap ayat-ayat Allah, otomatis sekaligus bukti adanya
kepalsuan Alkitab.
Dengan
salah satu ayat saja dari belasan ayat yang disebutkan Tariqas, sudah
lebih dari cukup untuk disimpulkan bahwa kitab-kitab terdahulu mengalami
pemalsuan.
“Segolongan
dari mereka (Yahudi) mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahya
setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui” (Qs Al-Baqarah 75).
Dalam ayat tersebut diungkapkan kata “yuharrifuunahu,”
berasal dari kata “tahriif,” maksudnya melakukan penambahan dan
pengurangan lafazh di dalam Taurat, atau menggantikan bagian-bagian
tertentu dengan yang lain sehingga sesuai dengan selera dan hawa nafsu
mereka.
Tahrif
terhadap kitab suci adalah tindakan yang sangat berbahaya, karena bisa
merubah status hukum dari halal menjadi haram, dan sebaliknya.
Karena
sedemikian besar bahaya tahrif terhadap kitab suci, maka Allah melaknat
dan mengancam pelakunya dengan siksaan yang maha dahsyat:
“Maka
kecelakaan yang besar bagi orang-orang yang menulis Alkitab dengan
tangan-tangan mereka sendiri, kemudian mereka mengatakan ini berasal
dari Allah untuk mendapatkan keuntungan yang sedikit, Maka kecelakaan
yang besar bagi mereka akibat tulisan tangan mereka, dan kecelakaan yang
besar bagi mereka akibat perbuatan mereka” (Al-Baqarah 79).
Ancaman
dengan menggunakan tiga kalimat “waylun” ini membuat bulu kudu
merinding. Menurut Al-Mu’jam al-Wasith, makna umum “waylun” adalah
solusi paling buruk.” Sedangkan menurut tafsir Al-Wajiz li-Kitabillahil-‘Aziz, “waylun” adalah azab yang keras, kecelakaan besar, kutukan, kesengsaraan.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa wail adalah sebuah lembah di neraka Jahanam. Rasulullah SAW bersabda: “Al-Wayl
adalah sebuah lembah di Neraka Jahanam, yang orang kafir akan jatuh ke
dalamnya selama 40 tahun sebelum mencapai dasarnya” (HR Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim).
Jadi,
keyakinan umat Islam bahwa kitab-kitab terdahulu adalah akidah yang
benar sesuai Al-Qur'an dan Sunnah. Karenanya, Rasulullah SAW mengajarkan
agar umat Islam agar bersikap kritis terhadap apapun yang disampaikan
oleh Ahli Kitab:
“Apabila
ada ahli kitab yang berkata kepadamu, maka janganlah kamu benarkan dan
jangan pula kamu dustakan. Katakanlah: “kami beriman kepada apa yang
diturunkan kepada kami (Al-Qur’an) dan apa yang diturunkan kepada
orang-orang sebelum kami dari Tuhan (Rabb) kami.” Apabila yang
disampaikan itu haq (benar), janganlah kamu dustakan. Jika batil
janganlah kamu benarkan” (HR Abu Daud)
Standar
untuk menguji kebenaran kitab suci Yahudi dan Nasrani adalah Al-Qur’an.
Jika sesuai dengan Al-Qur’an berarti ia benar –Kristen tetapi kita tidak
bisa memandangnya sebagai firman Allah. Sebaliknya bila bertentangan
berarti batil, dan kita wajib menolak kebatilan itu.
Misalnya,
umat Islam beriman kepada Injil yang diwahyukan Allah SWT kepada Nabi
Isa AS (Qs Al-Ma’idah 46). Meski dalam Alkitab (Bibel), kitab suci
kristiani terdapat empat Injil yaitu Injil Matius, Injil Markus, Injil
Lukas dan Injil Yohanes, namun umat Islam tidak boleh mengimani dan
mengamini empat Injil Kristen ini sebagai wahyu Allah seratus persen.
Karena keempat Injil ini sangat diragukan kebenarannya.
Menurut
hasil penelitian 72 profesor dan pakar Bibel kaliber internasional yang
tergabung dalam “The Jesus Seminar,” disimpulkan bahwa 82 persen kalimat
yang redaksinya diucapkan Yesus di dalam kitab-kitab Injil, sebenarnya
tidak pernah disabdakan oleh Yesus:
“Eighty-two percent of the words ascribed to Jesus in the Gospels were not actually spoken by him.” (Robert W Funk, Roy W Hoover, and The Jesus Seminar, The Five Gospels, What did Jesus Really Say?, hal. 5).
Para profesor dan ilmuwan Kristen itu begitu giat meneliti Bibel karena haus dan lapar akan kebenaran.
Berbeda
dengan penginjil Tariqas yang malas membuang energi untuk berargumen dan
meneliti, sehingga buta terhadap kondisi kitab sucinya sendiri.
Sikapilah
fakta-fakta Bibel yang diungkap para ilmuwan Kristen ini dengan
objektif, jujur dan lapang dada, supaya tidak jatuh dalam penyesalan
abadi di Hari Pembalasan!
Teolog Kristen pun Mengakui Kepalsuan Bibel
Tariqas
menuding keyakinan umat Islam terhadap kepalsuan Bibel sebagai slogan
dan kesan-kesan yang tidak ada dalilnya. Bahkan ia menuduh umat Islam
tidak memahami kandungan Al-Qur'an karena meyakini kepalsuan Bibel:
“Namun
bila mereka itu Muslim, maka sulit untuk kita mencari dasar tuduhannya.
Mungkin orang semacam ini kurang memahami ajaran Quran, atau terlanjur
membutakan hatinya sendiri. Sekali Muslim menuding keabsahan Alkitab,
mereka langsung masuk ke dalam dilema yang tidak terselesaikan” (hlm. 6).
Itu
hanya retorika penginjil untuk menutupi kelemahan kitab sucinya.
Keyakinan umat Islam bahwa kitab-kitab terdahulu sudah tidak asli,
adalah akidah yang benar sesuai Al-Qur'an dan Sunnah. Justru mati-matian
membela Bibel sebagai kitab suci yang otentik dan asli tanpa ada
pemalsuan sedikit pun, adalah keyakinan yang menyalahi Alkitab (Bibel)
sendiri.
Pasalnya,
dalam terbitan Bibel sendiri diakui dan ditulis jelas bahwa banyak
ayat-ayat yang benar-benar palsu. Misalnya, dalam Injil Markus 9 ayat 44
dan 46 tertulis:
“44
[di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.] 45
Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik
engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua
kakimu dicampakkan ke dalam neraka; 46 [di tempat itu ulatnya tidak akan
mati, dan apinya tidak akan padam.]”
Tanda kurung dalam ayat 44 dan 46 itu bukan salah ketik maupun salah cetak, tapi menyimpan misteri teologis.
Dalam
Bibel bahasa Melayu tahun 1929, kedua ayat yang divonis palsu oleh
lembaga Katolik itu sama sekali tidak dicantumkan. Karenanya, dalam
susunan ayat Bibel kuno itu terlihat itu loncat-loncat tidak memuat ayat
44 dan 46 (hlm 116). Tak ada penjelasan apapun mengapa ayatnya tidak
urut dari ayat 43 loncat ke ayat 45, lalu dari ayat 45 loncat lagi ke
47.
Lembaga
Biblika Indonesia (LBI) dalam “Kitab Suci Perjanjian Baru” terbitan
Arnoldus Ende tahun 1977/1978, tanpa ragu-ragu memvonis keduanya sebagai
ayat palsu dengan catatan kaki sebagai berikut:
“44, 46. Kedua ayat ini tidak asli dan hanya mengulang ayat 48.” (hlm 113).
Semakin
jelas bahwa kepalsuan kitab terdahulu adalah keyakinan yang faktual,
ilmiah dan sesuai dengan nas Ilahi. Sebaliknya, meyakini otentisitas
Bibel adalah halusinasi yang sangat tidak Alkitabiah!! [A. Ahmad
Hizbullah MAG/Suara Islam]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar