Oleh: Badrul Tamam
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya.
Apa yang
dibaca orang yang bersin, apa yang harus dibaca orang yang mendengar
tahmid orang bersin, dan apa pula yang harus dijawab oleh yang bersin
teringkas dalam hadits berikut ini:
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
إذَا
عَطَسَ أَحَدُكُمْ فَلْيَقُلْ الْحَمْدُ لِلَّهِ وَلْيَقُلْ لَهُ أَخُوهُ
أَوْ صَاحِبُهُ يَرْحَمُك اللَّهُ وَلْيَقُلْ هُوَ يَهْدِيكُمْ اللَّهُ
وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ
"Apabila salah seorang kamu bersin, hendaknya ia mengucapkan: الْحَمْدُ لِلَّهِ Al-Hamdulillah. Dan hendaknya saudaranya atau sahabatnya mengucapkan kepadanya: يَرْحَمُك اللَّهُ Yarhamukallah. Maka apabila ia mengucapkan yarhamukallah kepadanya, hendaknya ia mengucapkan: يَهْدِيكُمْ اللَّهُ وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ Yahdikumullah wa Yuslihu Baalakum. (HR. al-Bukhari no. 5756)
Hakikat Bersin
Bersin
merupakan nikmat dari Allah bagi seseorang. Melaluinya, Allah memberikan
banyak manfaat bagi seseorang dan menghindarkan dari berbagai bahaya
yang mengancam kesehatannya. Juga keberadaannya menjadi pertanda
berjalannya metabolisme tubuh, berfungsinya organ, dan fitalitas badan.
Dr
Michael Roizen, wellness officer Cleveland clinics menegaskan, bersin
merupakan kegiatan yang positif karena berfungsi membersihkan faring
(rongga antara hidung, mulut, dan tenggorakan). Dalam Syarh Riyadhus
Shalihin, Syekh Utsaimin mengutarakan, bersin dapat menggiatkan otak dan
meringankan tubuh. Dan tambahan dari pengarang 'Aunul Ma'bud, bersin
dapat menjernihkan ruhani dan menguatkan fungsi indera manusia.
Menurut Ibnul Qayyim, bersin dapat mengeluarkan uap dari dalam otak yang jika dibiarkan akan berbahaya. (Zadul Ma’ad 2: 438).
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
إِنَّ
اللَّهَ يُحِبُّ الْعُطَاسَ وَيَكْرَهُ التَّثَاؤُبَ فَإِذَا عَطَسَ
أَحَدُكُمْ وَحَمِدَ اللَّهَ كَانَ حَقًّا عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ سَمِعَهُ
أَنْ يَقُولَ لَهُ يَرْحَمُكَ اللَّهُ
"Sesungguhnya
Allah menyukai bersin dan membenci menguap. Maka jika salah seorang
kalian bersin dan memuji Allah, wajib bagi setiap muslim yang
mendengarnya agar mendoakannya: Yarhamukallah (semoga Allah
merahmatimu)." (HR. al-Bukhari dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu)
Untuk
itulah, setelah mendapatkan nikmat bersin, seseorang dianjurkan untuk
bersyukur kepada Allah. Dan syukur ini diwujudkan dengan bertahmid
(membaca Alhamdulillah), sebagaimana diterangkan dalam sebuah hadits:
إذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ فَلْيَقُلْ الْحَمْدُ لِلَّهِ
"Apabila salah seorang kamu bersin, hendaknya ia mengucapkan: Al-Hamdulillah." (HR. al-Bukhari) Membaca Alhamdulillah ini, oleh sebagian ulama dihukumi wajib. Namun imam Nawawi berpendapat berbeda, membaca hamdalah adalah sunnah.
. . . setelah mendapatkan nikmat bersin, seseorang dianjurkan untuk bersyukur kepada Allah. Dan syukur ini diwujudkan dengan bertahmid (membaca Alhamdulillah) . . .
Bagi yang Mendengar Tahmidnya Orang Bersin?
Bagi orang muslim yang mendengar saudara muslimnya bersin dan mengucapkan Alhamdulillah, maka
disyariatkan baginya untuk mengucapkan tasymit kepadanya. Bertasymit
kepada orang yang bersin adalah dengan mengucapkan kepada orang yang
bersin, "Yarhamukallah". (Lihat Syarh Nawawi 'Ala Muslim, hadits no.
3848). Dan maksud utama dari kalimat tasymit adalah mendoakan kebaikan
untuk orang yang bersin dan dia memuji Allah. Jika tidak memuji Allah
maka tidak dibacakan tasymit kepadanya.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
إذَا
عَطَسَ أَحَدُكُمْ فَلْيَقُلْ الْحَمْدُ لِلَّهِ وَلْيَقُلْ لَهُ أَخُوهُ
أَوْ صَاحِبُهُ يَرْحَمُك اللَّهُ وَلْيَقُلْ هُوَ يَهْدِيكُمْ اللَّهُ
وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ
"Apabila salah seorang kamu bersin, hendaknya ia mengucapkan: Al-Hamdulillah. Dan hendaknya saudaranya atau sahabatnya mengucapkan kepadanya: Yarhamukallah. Maka apabila ia mengucapkan yarhamukallah kepadanya, hendaknya ia mengucapkan: Yahdikumullah wa Yuslihu Baalakum. (HR. al-Bukhari no. 5756)
Diriwayatkan
dalam Shahih Muslim no. 5308, dari Abu Burdah, ia berkata: "Aku pernah
masuk menemui Abu Musa. Saat itu ia berada di rumah anak Perempuan
a-Fadhal bin Abbas. Tiba-tiba aku bersin, tapi ia tidak bertasymit
kepadaku (tidak mendoakanku). Dan bersinlah wanita itu, lalu ia
bertasymit kepadanya."
Kemudian
Abu Burdah pulang menemui ibunya dan menceritakan kejadian tadi. Maka
saat Abu Musa datang kepada ibunya, ia menanyakan hal itu: "Anakku
bersin di sampingmu, tapi engkau tak bertasymit kepadanya. Sementara dia
(Bintu Fadhal) bersin, engkau bertasymit kepadanya." Maka Abu Musa
menjawab,
إِنَّ
ابْنَكِ عَطَسَ فَلَمْ يَحْمَدْ اللَّهَ فَلَمْ أُشَمِّتْهُ وَعَطَسَتْ
فَحَمِدَتْ اللَّهَ فَشَمَّتُّهَا سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ فَحَمِدَ اللَّهَ
فَشَمِّتُوهُ فَإِنْ لَمْ يَحْمَدْ اللَّهَ فَلَا تُشَمِّتُوهُ
"Sesungguhnya
anakmu bersin dan ia tidak memuji Allah (tidak membaca al-Hamdulillah),
maka aku tidak bertasymit kepadanya. Sementara dia (bintu al-Fadhal)
bersin dan ia memuji Allah, maka aku bertasymit kepadanya. Aku pernah
mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Apabila
salah seorang kalian bersin dan memuji Allah, maka bertasymitlah
kepadanya. Dan jika tidak memuji Allah, maka janganlah bertasymit
untuknya"."
. . . hadits ini sangat jelas menerangkan perintah tasymit apabila orang yang bersin memuji Allah. . . larangan yang jelas mengucapkan tasymit apabila ia (yang bersin) tidak memuji Allah. Maka makruh mengucapkan tasymit kepadanya apabila ia tidak memuji Allah. . .
Syarat Di Bacakan Tasymit (Didoakan)
Imam Nawawi rahimahullah dalam
Syarh Muslim no. 5308, dalam menjelaskan hadits di atas menerangkan
bahwa hadits ini sangat jelas menerangkan perintah tasymit apabila orang
yang bersin memuji Allah. Dan juga menunjukkan larangan yang jelas
mengucapkan tasymit apabila ia (yang bersin) tidak memuji Allah. Maka
makruh mengucapkan tasymit kepadanya apabila ia tidak memuji Allah. Dan
jikapun ia memuji Allah namun tak terdengar oleh orang lain, maka tidak
ada perintah untuk bertasymit kepadanya. Maka Imam Nawawi menetapkan
syarat: orang tadi mendengar ucapan orang yang bersin: Al-Hamdulillah.
(Syarh Nawawi 'ala Muslim, 7/139: no. 3848)
Dan
sebagai bentuk saling menasehati antara sesama muslim dan sebagai bentuk
amar ma'ruf nahi munkar, maka disunnahkan bagi orang yang ada di sisi
orang yang bersin tapi ia tidak memuji Allah untuk mengingatkannya agar
membaca hamdalah. Tujuannya agar ia membaca al-Hamdulillah, lalu ia
mengucapkan tasymit (mendoakan) kepadanya. (Lihat Subulus Salam,
al-Shan'ani: 4/263)
. . . maka disunnahkan bagi orang yang ada di sisi orang yang bersin tapi ia tidak memuji Allah untuk mengingatkannya agar membaca hamdalah. . .
Hukum Mengucapkan Tasymit
Para ulama bersepakat tentang disyariatkannya membaca hamdalah
(baca: Alhamdulillah) bagi orang yang bersin yang bukan karena penyakit
(flu, pilek, dan semisalnya). Mereka juga bersepakat tentang
disyariatkannya bertasymit (mendoakan kebaikan) kepada orang yang bersin
dan memuji Allah tadi.
Berkaitan
dengan tasymit, para ulama berbeda pendapat tentang hukum wajibnya.
Sebagian ulama berpendapat, itu hukumnya wajib muta'ayyan (wajib 'ain).
Maksudnya setiap muslim yang mendengar saudara muslimnya bersin dan
memuji Allah, maka wajib bertasymit kepadanya. Ini pendapat ahli Dzahir
(yang melihat dzahir teks nashnya), Ibnul 'Arabi, Abu Dawud, Syaikh
al-Albani dan lainnya. Mereka berpendapat dengan hadits Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعُطَاسَ وَيَكْرَهُ التَّثَاؤُبَ فَإِذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ وَحَمِدَ اللَّهَ كَانَ حَقًّا عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ سَمِعَهُ أَنْ يَقُولَ لَهُ يَرْحَمُكَ اللَّهُ
"Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci menguap. Maka jika salah seorang kalian bersin dan memuji Allah, wajib bagi setiap muslim yang mendengarnya agar mendoakannya: Yarhamukallah (semoga Allah merahmatimu)." (HR. al-Bukhari dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu). Menurut penjelasan Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah:
hadits ini merupakan dalil wajibnya bertasymit bagi setiap orang yang
mendengarnya. Adapun anggapan kebanyakan orang bahwa menjawabnya adalah
wajib kifayah saja yang apabila dijawab oleh salah seorang maka gugurlah
kewajiban atas yang lainnya, pendapat ini tidak ada dasarnya sama
sekali, berbeda halnya dengan menjawab salam. (Lihat Shahih al-Kalim
al-Thayyib, hal. 158)
Pendapat
kedua, adalah wajib kifayah sebagaimana menajwab salam. Ini merupakan
pendapat Imam Malik dan sejumlah ulama lainnya seperti Ibnu Taimiyah rahimahullah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah
berkata: "Para sahabat kami dan selain mereka berselisih (tentang
hukum) menjenguk orang sakit, membaca tasymit (mendoakan) orang yang
bersin, dan memulai mengucapkan salam. Dan yang ditunjukkan oleh nash,
hal-hal itu hukumnya wajib, dan dikatakan itu wajib atas kifayah."
(Lihat Fatawa al-Kubra: 1/443)
Pendapat
ketiga, hukumnya sunnah, tidak sampai wajib. mereka memaknai hadits
yang dijadikan sandaran kelompok pertama sebagai adab yang baik dan
kemuliaan akhlak. Dan menurut kami, pendapat yang lebih kuat adalah
wajib kifayah. Yakni, apabila ada salah seorang dari kaum muslimin yang
mendengar saudara muslimnya bersin dan mengucapkan hamdalah, lalu ia
membacakan tasymit kepadanya, maka gugur kewajiban ini atas yang
lainnya. Tapi jika tak seorangpun dari mereka yang membacakan tasymit,
maka mereka semua berdosa. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
خَمْسٌ تَجِبُ لِلْمُسْلِمِ عَلَى أَخِيهِ رَدُّ السَّلَامِ وَتَشْمِيتُ الْعَاطِسِ
"Lima perkara yang wajib ditunaikan seorang muslim terhadap saudara (muslim)-nya: Menjawab salam, mendoakan yang bersin. . "
NB:
Disunnahkan bagi orang yang bersin agar tidak berlebihan dalam
mengeluarkan bersinnya. Disebutkan oleh Abdurrazaq, dari Ma'mar, dari
Qatadah, bahwa berlebihan (sangat keras) dalam bersin termasuk satu dari
tujuh perbuatan syetan. (Lihat: Fathul Baari, syarh Hadits no. 5755)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar