-Karen Armstrong, Holy War-
...
Sejarah masyarakat kristen barat mencatat, pernah membantai kaum
HERETIC, penganut kristen yang memiliki kepercayaan berbeda dengan
kepercayaan resmi gereja.
Mereka tidak diberikan hak hidup dan harus dibasmi. Bahkan penggunaan jenis hukuman yang sangat kejam seperti penyiksaan fisik dan pembakaran hidup2 dilegalkan pihak gereja dan pemerintah yang berkuasa.
Pada masa itu siapapun yang dianggap sebagai HERETIC berarti hukuman MATI sudah jatuh kepadanya. Orang itu ditangkap, dibawa ke makamah inkuisisi yang memiliki wewenang untuk menyelidiki, menangkap, menahan, menyiksa, bahkan membasmi kaum HERETIC. Inilah salah satu konsep yang menyumbang banyaknya PERSEKUSI terhadap YAHUDI, ISLAM dan berbagai kelompok lain yang bertentangan dengan Kristen dalam sejarah kristen Eropa.
Di Indonesia sistem ini terjadi di Sulawesi Selatan yang dipimpin oleh seorang katolik fanatik Raymond Pierre Paul Westerling. Peristiwa ini terjadi pada bulan Desember 1946-Februari 1947 selama operasi militer Counter Insurgency (penumpasan pemberontakan) yaitu suatu unit pasukan khusus kompeni yang dikirim dari Jakarta untuk menumpas pejuang Muslim di daerah Sulawesi Selatan yang menelan korban umat muslim ± 40.000 jiwa termasuk lansia dan anak2.
Sasarannya adalah desa Batua serta beberapa desa kecil di sebelah timur Makassar, Polobangkeng yang terletak di selatan Makassar, Gowa, pasar di Parepare dan dilanjuntukan di Madello, Abbokongeng, Padakkalawa, satu desa tak dikenal, Enrekang, Talabangi, Soppeng, Barru, Malimpung, dan Suppa, Tanete, Taraweang dan Bornong-Bornong. Kemudian juga di Mandar, Kulo, Amparita dan Maroangin, dan yang paling besar korban jiwa adalah desa Galung Lombok.
Berapa jumlah korban umat muslim yang dibantai Westerling penganut katolik? Tahun 1947, delegasi Republik Indonesia menyampaikan kepada Dewan Keamanan PBB, korban pembantaian terhadap penduduk, yang dilakukan oleh Kapten Raymond Westerling sejak bulan Desember 1946 di Sulawesi Selatan mencapai 40.000 jiwa.
Di Eropa, makamah iskuisisi berprinsip, lebih baik menghukum seribu orang yang tidak bersalah terhadap gereja daripada lengah sehingga membiarkan lolos walaupun hanya seorang yang tidak setia kepada gereja.
Raja Phillipus 2 dari Spanyol membantai 12.000.000 manusia karena meninggalkan katolik dan masuk Protestan. Night of Saint Bartholomeuz atau MALAM PERNIKAHAN BERDARAH di Pariss lebih dari 10.000 mayat warga bukan katolik bergelimpangan. Tahun 1415 M di Spanyol 31.000 orang dibakar. Tahun 1546 di Munster, Belanda, 30.000 orang yang DIHUKUM MATI karena menolak KETUHANAN YESUS. Pada tahun 1568 M di Nederland ribuan pria dan wanita tubuhnya dipotong-potong.
Inilah daftar ilmuan, pemuka/tokoh masyarakat yang menjadi korban kekejian ajaran "Kasih" sepanjang sejarah:
Mereka tidak diberikan hak hidup dan harus dibasmi. Bahkan penggunaan jenis hukuman yang sangat kejam seperti penyiksaan fisik dan pembakaran hidup2 dilegalkan pihak gereja dan pemerintah yang berkuasa.
Pada masa itu siapapun yang dianggap sebagai HERETIC berarti hukuman MATI sudah jatuh kepadanya. Orang itu ditangkap, dibawa ke makamah inkuisisi yang memiliki wewenang untuk menyelidiki, menangkap, menahan, menyiksa, bahkan membasmi kaum HERETIC. Inilah salah satu konsep yang menyumbang banyaknya PERSEKUSI terhadap YAHUDI, ISLAM dan berbagai kelompok lain yang bertentangan dengan Kristen dalam sejarah kristen Eropa.
Di Indonesia sistem ini terjadi di Sulawesi Selatan yang dipimpin oleh seorang katolik fanatik Raymond Pierre Paul Westerling. Peristiwa ini terjadi pada bulan Desember 1946-Februari 1947 selama operasi militer Counter Insurgency (penumpasan pemberontakan) yaitu suatu unit pasukan khusus kompeni yang dikirim dari Jakarta untuk menumpas pejuang Muslim di daerah Sulawesi Selatan yang menelan korban umat muslim ± 40.000 jiwa termasuk lansia dan anak2.
Sasarannya adalah desa Batua serta beberapa desa kecil di sebelah timur Makassar, Polobangkeng yang terletak di selatan Makassar, Gowa, pasar di Parepare dan dilanjuntukan di Madello, Abbokongeng, Padakkalawa, satu desa tak dikenal, Enrekang, Talabangi, Soppeng, Barru, Malimpung, dan Suppa, Tanete, Taraweang dan Bornong-Bornong. Kemudian juga di Mandar, Kulo, Amparita dan Maroangin, dan yang paling besar korban jiwa adalah desa Galung Lombok.
Berapa jumlah korban umat muslim yang dibantai Westerling penganut katolik? Tahun 1947, delegasi Republik Indonesia menyampaikan kepada Dewan Keamanan PBB, korban pembantaian terhadap penduduk, yang dilakukan oleh Kapten Raymond Westerling sejak bulan Desember 1946 di Sulawesi Selatan mencapai 40.000 jiwa.
Di Eropa, makamah iskuisisi berprinsip, lebih baik menghukum seribu orang yang tidak bersalah terhadap gereja daripada lengah sehingga membiarkan lolos walaupun hanya seorang yang tidak setia kepada gereja.
Raja Phillipus 2 dari Spanyol membantai 12.000.000 manusia karena meninggalkan katolik dan masuk Protestan. Night of Saint Bartholomeuz atau MALAM PERNIKAHAN BERDARAH di Pariss lebih dari 10.000 mayat warga bukan katolik bergelimpangan. Tahun 1415 M di Spanyol 31.000 orang dibakar. Tahun 1546 di Munster, Belanda, 30.000 orang yang DIHUKUM MATI karena menolak KETUHANAN YESUS. Pada tahun 1568 M di Nederland ribuan pria dan wanita tubuhnya dipotong-potong.
Inilah daftar ilmuan, pemuka/tokoh masyarakat yang menjadi korban kekejian ajaran "Kasih" sepanjang sejarah: